Pernikahan yang bermula dari sebuah perjodohan , Membuat Amira berpikir akan menjadi sebuah pernikahan yang langgeng...Karena dari pihak Amira maupun pihak Reza sama sama sepakat dan menyetujui akan perjodohan ini..
Namun siapa sangka pernikahan yang sudah berjalan tiga tahun akhirnya di terpa badai , dengan hadirnya orang ketiga...yang menjadikan pernikahan Amira menjadi neraka untuk dirinya sendiri.
Bagaimanakah Amira bisa menghadapi sebuah pernikahan yang bagaikan neraka dalam hidupnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wildat Dzi Wildat Dzi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
N P
Di dalam kamar Silvi, Arga duduk berhadap hadapan dengan adik bungsunya itu.
Silvi hanya bisa menunduk sambil meremas baju tidur yang di kenakan nya, tak berani dirinya bertatap muka dengan kakaknya yang sedari mengetuk sampai masuk ke dalam kamarnya sangat berwajah tak sedap di pandang.
"Apa kamu akan terus menunduk seperti itu!" Silvi menggigit bibir bawahnya, begitu dingin ucapan kakaknya ini.
"Jawab!!! Kemana kamu sepulang kelas kuliah tadi!" rendah namun menekan nada bicara Arga kali ini.
"Maaf mas...Silvi tadi di ajak teman, kami hanya menonton dan makan bersama untuk merayakan hari ulang tahun teman Silvi, itu saja kok!" jelas Silvi tanpa adanya yang dia tutup tutupi.
"Dengan cara kabur begitu!" Arga menaikkan sebelah alisnya. Yang di tanya hanya diam tidak menjawab.
"Jawab!!!!" sentak Arga.
Silvi mendongak, dirinya menatap tidak suka kakak laki lakinya itu. Kenapa juga harus menyentak dirinya.
"Kalau aku tidak kabur, apa mas Aga akan mengijinkan aku? Tidak kan! Mas Aga selalu melarang aku. Melarang ini lah itu lah semuanya di larang oleh mas Aga! Aku meminta untuk mandiri dengan ngekos di kota pun mas Aga larang. Padahal, dulu mbak Dina ngekos kan sewaktu masih kuliah. Dan kenapa setelah aku kuliah mas Aga selalu melarang aku berbagai macam hal!" keluar sudah semua unek unek yang di pendamnya selama ini.
"Itu karena kamu berbeda dengan mbak mu!!" terang Arga
"Apanya yang berbeda mas! kami sama kok, sama sama perempuan, kuliah di tempat yang sama kota yang sama, bahkan juga sama sama adik mas Aga. Tapi mas Aga begitu tidak adil sama aku!!" suara Silvi sudah naik beberapa oktaf.
"Sudah selesai!" Arga bersedekap menatap intens adik bungsu nakalnya ini.
Yang di tanya hanya melengos, enggan bertatap mata dengan mata tajam kakaknya itu.
"Apakah kamu tahu bahwa mas selama ini keras kepadamu karena mas begitu menyayangimu?" Silvi berdecak tidak percaya.
"Mas menyiapkan supir untuk kamu mengantar jemput kamu selama ini karena mas begitu menyayangimu, mas tidak mau kalau kamu sampai salah pergaulan di kota sana! Apakah kamu tahu apa pesan terakhir bapak untuk mas?" Arga menjeda ucapannya.
"Bapak mengatakan kalau mas harus bisa menjadi pengganti bapak untuk kamu! Bapak mengatakan mas harus menyayangimu lebih dari mas menyayangi mbak Dina, karena apa? Karena hanya kamu yang menghabiskan sedikit waktu bersama dengan bapak! Bapak tidak ingin anak bungsu bapak yang selalu bapak sebut dengan si bungsu yang manis nya ini kekurangan kasih sayang seorang ayah!" rendah namun tegas suara Arga menasehati adiknya.
"Apakah kamu tahu, betapa mas sangat khawatir sewaktu pak lek mengatakan kalau kamu tidak ada di kampus? Bahkan mas sempat ingin mengabaikan istri mas sendiri! Mas sayang sama kamu Silvi...mas begitu menyayangimu melebihi rasa sayang mas kepada mbak Dina!" Arga menekan seluruh kata katanya. Berharap adiknya bisa mengerti bahwa dirinya begitu sangat menyayanginya.
Silvi merosot ke bawah, merangkak menuju sang kakak duduk bersimpuh dan memegang lutut kakaknya. Sebenarnya sedari tadi pandangannya sudah berkaca kaca, dirinya memang nakal. Namun kalau sang kakak sudah dalam mode seperti ini se nakal apapun dirinya pasti akan luruh juga air matanya apalagi, di sini dirinya memang bersalah.
"Maaf mas... Maaf hiks hiks...maafkan Silvi...huu.." luruh sudah air matanya. Dirinya membenamkan wajahnya di kedua lutut kakaknya.
Arga segera menghapus bulir bening yang akan keluar di sudut matanya.
Diangkatnya sang adik, menyuruhnya untuk duduk di samping dirinya.
"Sudah malam, sebaiknya segera tidur" Silvi mengangguk sambil sesekali mengusap air mata yang masih mengalir di kedua pipinya.
"Ingat!! lain kali kalau ada acara mendadak langsung telepon mas, jangan sampai dengan acara kabur kaburan lagi!"
"Iya mas...maaf!" Arga mengangguk dan membelai rambut adiknya sayang.
Setelah di rasa adiknya sudah tenang, Arga keluar dari kamar adiknya setelah mematikan lampu kamarnya.
Di luar, dirinya di buat terkejut dengan dua perempuan kesayangannya. istri, dan juga adiknya.
"Sedang apa kalian!" tanya Arga.
entah siapa yang memulai duluan, Amira dan Dina kompak langsung memeluk tubuh Arga. Terharu mereka dengan ungkapan hati Arga yang memang begitu menyayangi si bungsu nakal itu, walaupun selama ini rasa sayangnya itu tidak terucapkan oleh lisan.
"Tanggung jawab lho mas, sudah buat aku menangis begini!" gerutu Amira.
"Hah...kan mas tidak menyuruh kalian menguping!" dirinya tahu sekarang, bahwa kedua wanita di pelukannya ini menguping pembicaraan dirinya dengan Silvi.
"Tapi tetap saja mas harus tanggung jawab sudah membuat aku dengan Dina menagis begini!"
Arga menghela nafas berat. "Mas harus apa sayang untuk bertanggung jawab, apa mas harus menghamili kamu!"
Aauuww...Arga menahan jeritannya, istrinya itu mencubit kecil pinggangnya.
Dina jadi teringat sesuatu, saat kakak iparnya itu pergi sehabis mencubit sang kakak Dina membisikkan sesuatu di telinga kakaknya.
"Benarkah?"
"Di cek dulu saja mas!" Arga mengangguk sambil menengadah tangan berdoa.
.
.
***
Sarapan pagi di mulai, dengan masakan mbak Susi semua keluarga makan dengan khidmat, terkecuali Amira yang makan bak orang tidak makan sebulan.
Rendra yang memang baru datang subuh tadi menelan saliva nya susah payah, rasanya ada yang aneh dengan istri kakak iparnya itu.
Dirinya melirik sang istri yang hanya senyum senyum tidak jelas sambil memperhatikan mbak Amira makan.
"Makan pelan pelan saja sayang!" Arga mengingatkan.
"heemm" hanya deheman saja jawaban dari Amira. karena, mulutnya masih penuh dengan makanan.
Setelah menghabiskan tiga piring nasi goreng Amira meminum satu gelas air putih lalu bersendawa begitu keras.
Rendra melotot dengan suara sendawa Amira, apakah betul itu perempuan yang di nikahi kakak iparnya, tidak tertukar kah?.
"Mbak Susi, kue kacang telur ku mana?" Sudah seperti raja saja Amira ini, apa apa selalu meminta tolong, biasanya juga semuanya di kerjakannya sendiri.
Mbak Susi datang dengan membawa setoples kue kacang telur.
Amira tersenyum sumringah, menerima dari tangan mbak Susi membuka dan langsung melahapnya, di peluknya kue kacang satu toples itu.
Rendra lagi lagi di buat melongo dengan nafsu makan istri kakak iparnya itu.
Sebenarnya bukan hanya Rendra saja yang heran Silvi pun juga heran. Namun dirinya tidak berani bertanya. Sebab, akhir akhir ini kakak iparnya sangat sensitif suasana hatinya.
"Mas ingat kan ucapanku semalam" bisik Dina, dan Arga hanya mengangguk.
Rendra curiga, istrinya berbisik berdua dengan mas Arga. Pasti terjadi sesuatu yang tidak dia ketahui di rumah ini.
.
.
"Masih ingat kan pesan mas semalam!" Arga mengingatkan saat adiknya pamit untuk pergi kuliah hari ini.
Silvi mengangguk sambil menyalimi kakaknya
"Mas sebenarnya ada apa dengan mbak Amira, tidak biasanya dia seperti itu!" tanya Silvi penasaran.
"Sudah kamu tidak usah memikirkan mbakmu itu, tugas kamu hanya belajar, belajar dan belajar!" Silvi merengut karena tidak mendapatkan jawaban dari kakanya itu.
Arga tersenyum gemas sambil mengacak acak rambut adik bungsunya yang sedang cemberut itu.
setelah adiknya masuk ke dalam mobil dengan di supiri pak lek Tomo
Arga kembali ke kamarnya ingin mengecek kedaan istrinya.
Ah...benar kan dugaannya, istrinya itu sedang duduk sambil masih memakan kacang telur yang sudah tinggal separuh itu.
"Sayang...kita ke kota yuk!" Amira mengernyit
"Ngapain kita ke sana lagi!"
"Kan hari ini Rendra akan bawa Dina sama Zahwa lihat rumah baru mereka yang sudah di renovasi!" ma5ra Amira berbinar.
"Benarkah?" Arga mengangguk sambil tersenyum.
"Ya sudah, ayo!" Amira bangkit dan langsung bersiap untuk mandi
tumben sekali dia berinisiatif untuk mandi sendiri, biasanya juga menunggu di suruh!.
up dua bab lagi nih...🥳🥳
Jangan lupa like dan komennya ya...!!🤗🤗🤗