Di pungut oleh Ayahnya untuk menggantikan adik tirinya menikahi anak haram dari keluarga ternama.
Dia di tolak mentah-mentah oleh anak haram keluarga ternama itu, tapi pada akhirnya dia tetap menikah.
Dia harus menjalani kehidupan rumah tangga yang tidak menyenangkan karena suaminya begitu membenci dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Amaya menatap sinis meski tak langsung dia arahkan kepada Edward.
Ada sepiring makanan yang diantarkan oleh pelayan kepada Amaya sebagai menu sarapan. Tetapi, Amaya Benar-benar tidak ingin memakan apapun karena dia menganggap apa yang akan dia makan itu sebagai kesialan.
Amaya benar-benar hanya bisa menahan semuanya, termasuk rasa sakit di hatinya hingga entah kapan akan berakhir.
Amaya menarik nafasnya dalam-dalam, menghembuskan perlahan sembari membatin di dalam hati, betapa sulitnya kehidupan ini! Amaya memijat punggungnya yang terasa nyeri dan pegal. Yah, semalaman Edward benar-benar tak memberikan kesempatan sama sekali kepada Amaya untuk beristirahat dengan benar. Entahlah, mungkin memang semua pria arogan memiliki sifat seperti Edward yang benar-benar tidak bisa membiarkan mangsanya lewat begitu saja.
"Jadi, kau berniat mogok makan agar kau cepat mati dengan cara itu?" Ucap Edward yang baru saja datang ke kamar Amaya untuk melihat Amaya yang katanya tidak makan apapun sudah hampir dua hari ini.
Amaya mengangkat wajahnya untuk melihat pemilik suara yang sebenarnya sudah dia sangat hafal Siapa orangnya. Hanya sekitar dua atau tiga detik saja Amaya melihat ke arah Edward, setelah itu Dia memutuskan untuk kembali menunduk menatap sepiring makanan yang masih saja tak ingin dia makan.
"Kau berani sekali mengabaikanku ya? Sepertinya, Kau benar-benar perlu mengenalku dengan baik jadi kau bisa berpikir benar apa yang kau lakukan itu, dan juga apa resikonya." Ucap lagi Edward yang kini mulai kesal.
Sebenarnya, dia sendiri ingin mengacuhkan Amaya dan tidak memperdulikan dia mau hidup atau mati, dia mau makan atau tidak mau juga masa bodoh saja. Tetapi, mengingat bahwa Amaya memiliki rasa yang tidak biasa, dia jadi merasa bahwa harus mempertahankan kehidupan wanita yang dapat memuaskannya.
Edward menatap Amaya dengan tatapan kesal karena apapun yang dia katakan nyatanya Amaya sama sekali tidak terlihat ingin bereaksi. padahal, Amaya disuruh untuk makan saja bukan? Kenapa harus sampai dia turun tangan juga seperti ini?
"Ngomong-ngomong, apa kau mengenal seseorang bernama Vanka?" Tanya Edward lalu menyeringai, "Dia, adalah seorang gadis sekaligus mantan pelayan yang dulunya bekerja di kediaman Dorent. Aku dengar, Kakaknya juga pernah bekerja di sana, tapi tiba-tiba saja kakaknya meninggal dengan alasan kecelakaan kerja."
Amaya terkejut sekali. dia kembali menatap Edward dengan tatapan membelalak seolah Dia sangat tidak menyukai apa yang diucapkan oleh Edward, dan tentang Vanka itu, ada banyak cerita dan bisa dibilang Vanka adalah, kunci utamanya untuk menghancurkan keluarga Dorent.
Amaya mencengkeram kain baju yang ia gunakan saat itu, terus menatap Edward dengan tatapan marah dan juga penuh kekesalan lalu berkata, "kau tidak berhak mengusik tentang Vanka, dan kenapa kau mencari tahu segalanya tentangku?!"
Edward tersenyum, dia terkekeh setelahnya karena melihat kemarahan yang timbul di wajah amayah begitu jelas. Tentu saja, semua orang yang masuk ke dalam rumahnya harus dicari tahu sedetail mungkin tentang seluk beluk, juga Bagaimana cara bergaul untuk mengantisipasi masalah-masalah di masa depan.
Edward juga tahu benar Bagaimana kehidupan Amaya yang sangat malang itu. Akan tetapi, kebencian yang dirasakan Edward kepada keluarga Dorent benar-benar membuat akal sehatnya buta, sedangkan dia selalu saja bertindak tanpa menggunakan hatinya sama sekali.
"Wah!" Edward menatap Amaya dengan tatapan meremehkan seolah begitu menghina Amaya melalui tatapan matanya itu lalu kembali berkata, "Aku tahu banyak hal, aku tahu hampir semuanya tentangmu bahkan yang tidak kau ketahui sekalipun, aku mengetahuinya dengan sangat baik."
Amaya menggigit bibir bawahnya. Entah bagaimana dia akan melampiaskan kemarahannya terhadap pria yang sudah menghancurkannya sehancur-hancurnya.
Selama tinggal di rumah Edward, Amaya benar-benar seperti burung dalam sangkar yang tidak bisa melakukan apapun dengan bebas. Bahkan, untuk bisa merasakan sinar matahari secara langsung pun itu sangat sulit untuk dilakukan oleh Amaya. Tidak ada benda yang sedikit tajam untuk digunakan Amaya agar bisa melakukan sesuatu, bahkan sisir pun tidak ada di kamar itu. Jika Amaya ingin merapikan rambutnya, maka akan ada pelayan yang datang setelah Amaya menekan tombol yang ada di dekat tempat tidurnya. Entahlah, cara Edward melindungi dirinya benar-benar sangat hebat sampai-sampai, Amaya yang sudah memiliki rencana begitu matang dibuat mati kutu oleh Edward.
"Sebenarnya, Apa yang kau inginkan dariku?" Tanya Amaya dengan sorot matanya yang begitu marah, tapi nada bicaranya seolah Dia sangat frustasi dan tak memiliki apapun lagi.
Edward kembali tersenyum, Jika ditanya apa yang dia inginkan, Tentu saja dia menginginkan orang lain hancur lebih hancur daripada yang dia rasakan. Walaupun memang benar sikap itu terlalu kekanak-kanakan dan juga jahat, nyatanya, dengan sikap dan sifat seperti itulah seorang Edward masih bisa bertahan hingga sampai dengan detik ini. Di hatinya memiliki banyak sekali kebencian, dia hidup dan bertumbuh dengan segala harapan-harapan dan juga keinginan yang seringkali tak dapat dia dapatkan. Bagi Edward, Dia sudah terbiasa menerima kepedihan dan juga kekalahan. Tetapi, semua itu terjadi saat dia masih kecil atau masih terlalu muda, sekarang di usianya ini, dia benar-benar tidak akan membiarkan satu orang pun menghancurkan dirinya karena merasa, dia sudah pernah sangat hancur dan dibuat sedih sepanjang waktu. Sekarang, Sudah saatnya Edward mendapatkan semua yang dia inginkan karena dia menganggap kesabarannya itu haruslah berbuah manis seperti kebanyakan pepatah mengatakan.
"Kau memang tidak memiliki apapun. Tapi setelah dipikirkan kembali, Bukankah kamu masih memiliki tubuhmu?" Edward menatap Amaya lekat lalu kembali berkata, "walaupun kau cenderung tidak berguna, dan tidak menarik meski kau memang cantik setelah kekumuhanmu itu dijauhkan, tetap saja kau bagaikan kepompong kosong."
Amaya tak ingin mengatakan apapun. Sepertinya, sikap Edward yang seperti itu bukan Tanpa alasan. Sama seperti dirinya, dulu sekali saat Ibunya masih hidup, dia adalah gadis yang sangat manis, cantik, dan suka salah kali berbicara menceritakan tentang apa saja yang bisa dia ceritakan dengan begitu bersemangat. Amaya, dulu dia adalah gadis yang ceria, tapi kehidupan yang kejam telah mengubahnya menjadi seorang Amaya yang begitu suram.
"Melihatmu yang hanya berbicara sesekali saja, Sepertinya kau adalah tipe orang yang mudah kesepian ya? kalau memang benar begitu, Bagaimana kalau Aku memberikanmu satu teman yang bisa kau ajak tinggal di satu kamar yang sama?" Ucap Edward.
Amaya menjadi semakin tidak ingin mengatakan apapun. Namun, tetap saja Amaya membatin di dalam hatinya, Apakah Edward akan membawa wanita murahan untuk menjadikan dia teman di kamar Amaya berada sekarang?
Yah, hobi orang kaya memang pastilah sangat suka bergonta-ganti wanita.
lamalama jadi malas baca.
Semoga sukses selalu n lancar rejekinya🤗🤗🤗 ❤️❤️❤️🤲🤲🤲👍👍👍💪💪💪😘😘😘