Mengalami pelecehan bukan hal yang mudah untuk diterima, dunia Aya yang penuh semangat, seakan tiba tiba berhenti berputar.
"Aku akan memberi kompensasi untuk kejadian malam itu, berapa harga keperawanan mu, akan ku berikan berapapun yang kamu inginkan." Darren Alexander Geraldy.
"Jika aku menerima uangmu, sama halnya dengan aku menjual kehangatan tubuhku." Cahaya Dihyani.
Musibah datang silih berganti, menempa semangat hidup seorang Aya, yang akhirnya bersedia menerima takdir buruknya menjadi istri rahasia dari teman sekelas nya semasa SMU, demi menyelamatkan sang kakak dari jerat hutang rentenir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#14
#14
"Mas… ada kabar dari rumah sakit?"
Dion menatap Darren dengan wajah lesu, kentara sekali jika pria itu tengah bersedih, pasca menerima pesan singkat dari sang istri yang kini menemani semua proses yang harus Aya jalani sebelum melakukan tindakan kuretase.
Dion menggeleng sedih, pertanda tak ada lagi harapan, "Keputusan sudah final, sekarang mereka sedang di ruang tunggu, operasi mengeluarkan Janin dilakukan 30 menit lagi."
Darren merasakan sekujur tubuhnya menegang, ia teringat cerita sang mama yang berprofesi sebagai dokter kandungan,
-walau janin itu masih berupa gumpalan darah, ia sudah memiliki nasib dan garis hidup yang ditulis oleh tuhan, menggugurkannya sama halnya dengan membunuh satu manusia, ingat!!! janin itu tak minta dihadirkan, begitupun ia tak bisa memilih dari rahim orang tua mana ia dilahirkan, maka jangan egois dan jadilah manusia bertanggung jawab dengan apa yang sudah kamu lakukan-
"Sh*iiiittt… " Darren mengumpat keras, ia berlari seperti orang kesssettttanan.
"Darren… kamu mau ke mana?" Teriak Dion, namun Darren abaikan, Darren hanya membawa selembar masker dan ponsel.
Motor yang biasa dipakai kru untuk mondar mandir membeli peralatan ataupun makan siang, kini jadi sasarannya, di pacunya kendaraan roda dua itu dengan kecepatan tinggi, salah sedikit saja, dirinya dan Aya akan jadi pembunuh paling kejam, membunuh anak anak mereka sendiri, untuk sejenak otaknya waras, ia merasa bersalah, jika ada yang patut disalahkan itu adalah dirinya, malam itu terjadi karena dirinya yang menelan obat peran**gsang, sedangkan Aya datang hanya karena pekerjaan mengharuskannya mengirimkan pesanan pelanggan restoran, bahkan Darren yang membawa Aya masuk ke apartemennya, karena ia sudah lama tak berbincang dengan Aya.
20 menit ia habiskan waktu di jalanan, Darren langsung menghubungi Nita, dan menanyakan dimana ruang operasinya.
"Dimana dia?" Tanya Darren dengan nafas memburu ketika melihat Nita mondar mandir resah di depan ruang operasi.
"Di dalam… Aya baru masuk 10 menit yang lalu." Jawab Nita.
"Sh*iiiit!!!"
Sekali lagi Darren mengumpat, kemudian menerobos pintu utama. "Maaf pak… anda tidak boleh masuk, dokter akan segera melakukan tindakan." Cegah seorang perawat ketika melihat Darren menerobos masuk ke ruangan yang kini sudah bersuhu sangat dingin, dengan Aya yang berbaring di brankar pasien, walau operasi belum dimulai, tapi infus, alat rekam jantung dan kadar oksigen sudah terpasang, bahkan kantung darah sudah terhubung melalui sebuah selang.
"STOOOOPPPP!!!" pekik Darren dengan suara menggelegar dan menggema, didengar oleh semua petugas medis yang ada di dalam ruangan tersebut.
"Hentikan apa yang anda lakukan, lepas semua yang menempel di tubuhnya!!!" Perintah Darren dengan gaya arogannya.
"Tapi tuan…"
"Saya ayah dari janin itu, dan saya batalkan persetujuan saya!!" Maki Darren pada salah seorang perawat yang hendak membantahnya.
"Ayo turun!!"
"Gak mau." Tolak Aya.
Mendengar penolakan Aya, Darren melepaskan jarum infus yang menancap di pergelangan tangan Aya, kemudian melepas semua kabel kabel yang menempel di dada dan pundak Aya, Tanpa menunggu persetujuan Darren menggendong Aya keluar dari ruang operasi, aksinya tersebut mengundang tanya sekaligus decak kagum dari para petugas medis yang saat itu menjadi saksi, walau wajah sang ayah tak terlihat, tapi satu hal yang mereka tahu, dia akan jadi ayah bertanggung jawab suatu hari nanti, entah kapan, tapi itu pasti terjadi.
"Lepas Dare!! Turunkan aku!" Perintah Aya dengan kasar, tubuh mungilnya terus berontak, tapi tentu saja bukan Darren lawannya, karena tenaga Aya tak ada apa apanya dengan tenaga Darren, yang sudah terbiasa olahraga berat.
"Diam atau ku biarkan kamu jatuh."
Nita bisa bernafas lega ketika melihat Darren menggendong Aya keluar dari ruang operasi.
"Oh… syukurlah kamu datang tepat waktu." Tangis Nita pecah begitu saja, haru dan bahagia menyeruak, karena janin janin tak berdosa itu selamat.
"Jahat!! Kamu manusia paling jahat yang pernah kukenal!!" Aya memaki Darren, kedua tangannya memukul dada dan pundak Darren. "Jahat… kamu jahat… kenapa kamu lakukan ini padaku, seharusnya kamu biarkan aku mengakhiri semua ini." Aya meluapkan amarah dan tangis pilunya.
Dan Darren hanya terdiam menerima semua muntahan amarah yang keluar dari bibir Aya.
Nita memakaikan cardigan yang ia pakai untuk melapisi pakaian Aya, karena Aya masih memakai baju pasien dengan bahan yang tipis dan agak menerawang, bahkan tanpa pakaian dalam.
Kemudian Nita membawa Aya ke pelukannya, "jangan bunuh mereka, mbak mohon jangan, dosa besar kalau kamu melakukannya, tak masalah jika kamu tak menginginkan mereka, lahirkan saja, aku dan mas Dion yang akan merawat mereka, jika kalian tak keberatan kami yang akan jadi orang tua mereka," Bisik Nita penuh solusi, agar keributan mereka tak terdengar oleh keluarga pasien yang berada di ruang tunggu.
Sementara tangisan Aya semakin pecah tak terbendung mendengar bisikan Nita, sejujurnya sejak memasuki ruang operasi hatinya mulai galau dan bimbang, bagaimanapun janin janin ini juga anak anak nya, walau pria brengggsek itu lah penyebab kehadiran mereka tak ia inginkan, tapi janin ini murni tak bersalah.
"Ayo kita kembali ke kamar." Nita membimbing langkah Aya, mengabaikan keberadaan Darren yang sedang terduduk di lantai dengan lutut ditekuk dan wajah menunduk penuh sesal.
.
.
Jam 9 malam Aya tiba di rumahnya, Sepanjang perjalanan tak ada perbincangan diantara mereka, hanya audio mobil yang mengalun lembut, serta helaan nafas dari indra kedua manusia tersebut.
"Pikirkan baik baik, aku rasa saran mas Dion dan mbak Nita cukup masuk akal." Darren buka suara sebelum Aya membuka pintu mobil.
"Terserah, yang penting kita tak jadi pembunuh." Jawab Aya dingin.
"Jika kamu tak ingin anak ini terlahir dengan status anak haram, kita bisa menikah, hanya sampai anak itu lahir, hanya demi anak!!"
Merasa tak ada lagi yang penting untuk dibicarakan, Aya pun menarik handle pintu mobil.
"Kamu punya waktu dua hari untuk memikirkannya, aku akan menjemputmu di jam yang sama dengan sekarang, saat itu kuharap sudah ada keputusan."
Aya keluar lalu menutup pintu mobil begitu saja, tak ada kalimat pamit, apalagi salam seperti setahun yang lalu ketika Darren mengantar Aya sepulang mereka dari airport.
Kini sedingin inilah hubungan mereka, walau sejak dulu pun mereka memang tak pernah terlibat sengketa rasa, tapi setidaknya dulu mereka bisa tertawa lepas bersama, tanpa ada halangan dan batasan, karena mereka memang berteman.
"Assalamualaikum…"
"Waalaikumsalam…" Jawab nyak Leha, beliau belum tidur, seperti biasa sedang menangis menyaksikan drama sinetron di tivi ikan terbang. "Kok pulang gak bilang bilang?"
Aya tersenyum menatap wajah sembab nyak Leha, "iya buk, maaf aku sibuk, jadi tak sempat berkabar."
"Kamu naik apa?"
"Naik… em… naik taxi."
"Waahh… pasti mahal, kamu habis dapet bonus dari bosmu?" Cecar nyak Leha.
Lagi lagi Aya harus tertawa mendengar pertanyaan nyak Leha, "anggap saja begitu buk." Jawab Aya, yang kemudian ikutan duduk di samping nyak Leha, yang masih menangis karena drama sinetron belum juga berakhir.
Setidaknya Aya bisa ikut menangis tanpa perlu alasan yang berbelit belit, Aya merebahkan kepalanya di pangkuan nyak Leha, kemudian ikut menyaksikan apa yang kini nyak Leha lihat, tapi tak lama ia pun terlelap, karena lelah, sejak pagi di rundung duka, lalu menumpahkan segala rasa sesal yang tersisa, karena berniat menyingkirkan calon anak anaknya.
.
hari ini jangan nunggu dobel up yah, jujurly... aku belom punya tabungan bab hehehehe... 😁
.
Yang belum like? Plis tolong di like 😊
Komen? Bebas asal sopan, othor terbuka untuk kritik dan saran juga kok 🥰
Vote? Seikhlas dan ridho nya kalian 🤗
Mohon maaf jika seandainya di nupel ini nanti, retensinya tak sesuai standar editor, mungkin novel ini bakalan HIATUS 🤓
Terima kasih 🙏
💙