Bukan cerita poligami... Ini cerita dua orang wanita yang tidak mau mencapai surga dengan cara berbagi suami...
Shanshan mengira, menjadi cucu dari keluarga kaya raya, dan model seksi ternama, bisa membuatnya mudah mendapatkan Emyr; pria yang dicintainya...
Rupanya tidak, karena background kehidupannya, justru menjadi masalah bagi hubungan cintanya...
Shanshan harus menyaksikan pernikahan kekasihnya bersama wanita surga pilihan orang tua Emyr...
Meski nyatanya cinta Emyr masih untuknya, tapi ia tidak rela menjadi madu dari salah satu kaumnya (perempuan). Jangan sampai ada surga tak terindu: baginya dan Adeeva.
“Sekalipun aku tidak berpikir untuk menyentuhnya, rasaku masih tulus padamu, Shan," ucap Emyr.
“Allahumma baid baini wa baina.” Berkaca-kaca Shanshan merapalnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolak...
Visual...
Dicintai memang indah, terlebih ketika cinta itu juga adalah cinta kita. Tapi, tidak dengan merebut kebahagiaan milik orang.
Seperti Shanshan yang terus menafikannya: ia tidak rela menjadi madu dari salah satu kaumnya.
Cukup sudah dia dipandang rendah karena hubungan rumit di antara ke tiga orang tuanya, jangan sampai ada surga tak terindu baginya dan Adeeva.
"Kamu tahu Emyr, kamu sudah melampaui batasan mu." Jujur, Shanshan terenyuh melihat tatapan ketulusan itu, tapi tidak pula ingin menjadi alasan untuk kaumnya sakit.
Bagaimana perasaan Adeeva nanti? Tak dinyana jika Emyr yang dia anggap laki-laki beriman, bertanggung jawab, penyayang, terutama saleh dan sempat ia kira sebagai jawaban atas sujud panjangnya, begitu egois dalam menyikapi hal ini.
"Kalau sampai aku mau menjadi istri ke dua mu, akan ada berapa banyak yang tersakiti hmm? Apa kau tidak memikirkan hal ini?"
Emyr menundukkan pandangan, sekali lagi saja dalam seumur hidup, ia ingin berbuat sesuka hatinya.
Tidak selalu melakukan hal yang dituntut keluarga besarnya, seperti pilihannya menjadi dokter yang disetujui sang Abah, Emyr juga ingin meminang Shanshan.
Walau nyatanya, tak akan ada adil yang bisa dia berikan pada Adeeva. Tentu saja, hatinya hanya terpatri pada Shanshan dari dahulu hingga sekarang.
"Kamu menyakiti Adeeva, menyakiti kaum ku, menyakiti aku, menyakiti keluarga mu, juga keluarga ku, banyak sekali yang tersakiti jika kita menikah, Emyr!"
Emyr menggeleng. "Tapi sekalipun aku tidak berpikir untuk menyentuhnya, rasaku masih tulus padamu, Shan," lirihnya.
"Allahumma baid baini wa baina." Berkaca-kaca Shanshan merapalnya.
Emyr tertunduk, ia seakan tercabik-cabik saat Shanshan menyindirnya dengan doa yang pernah ia ajarkan sendiri.
Di mana Emyr mengajarinya, ketika ingin dijauhkan dari kesalahan sebagaimana Allah telah menjauhkan antara timur dan barat.
Ini tidak benar, Shanshan merasa Emyr sudah sangat keterlaluan. Pernikahan bukan ajang uji coba, di mana para wanita dikumpulkan demi memenuhi kebutuhan ego laki-laki.
"Aku tahu Adeeva wanita shalihah, aku tahu dia pasti rela dimadu, dengan harapan Allah menjaminkan surga-Nya. Tapi aku yakin, ini surga yang paling tidak terindukan kaum hawa, Emyr!"
Emyr menatap lekat mata Shanshan, segelintir air telah terjatuh melewati pipi mulus gadis itu. Emyr tahu betul, Shanshan masih memiliki rasa yang sama dengannya.
Namun, untuk mengkhianati, apa lagi menyakiti orang lain, bukan watak dari gadis cantik nan seksi ini.
Shanshan spesial, maka itu sulit baginya merelakan begitu saja kepada Haikal yang notabennya murid didik di pesantren milik Abah-nya.
"Bagaimana dengan rasa mu? Apa Haikal bisa menggantikan aku?"
"Ini bukan ranah pertanyaan mu, Emyr!" Gadis itu memekikkan suaranya. "Istighfar, kamu tidak seharusnya begini Myr." Shanshan merendahkan wajahnya, menatap seksama wajah tampan mantan kekasihnya.
"Aku memang datang ke dunia ini dengan cara yang salah, tapi aku ingin kembali dengan cara yang baik, aku juga mau jadi wanita baik-baik yang terhormat, bukan sebagai pelakor!"
Setelah cukup lama hening untuk saling menusukkan tatapan pedihnya. Shanshan memilih untuk melangkah pergi.
Tak kuat-kuatnya, jika harus menyaksikan wajah pilu sang tampan yang pertama kali merenggut seluruh hatinya.
"Shan!" Emyr tak mampu melangkahkan kakinya walau hanya satu derap.
Dia yakin betul, sampai kapan pun Shanshan tetap pada pendiriannya, yakni menolak dijadikan istri ke dua.