Karena penghianatan sang ibu di masa lalunya, membuat seorang Zayyan Erik Mahesa (30) menutup dirinya pada semua wanita dan menjadikannya pria dingin dan anti wanita.
Namun ia terpaksa menikah dengan Mia Azzura (26) demi memenuhi permintaan terakhir sang ayah.
Mia tak keberatan dengan hal itu karena sudah lama sekali Mia menaruh hatinya pada Erik, namun mampukah Mia meluluhkan hati dan mendapatkan cinta Erik? bagaimana kisah mereka berlanjut?
"Aku tidak pernah percaya pada cinta dan wanita." Erik.
"Menaklukan hatinya adalah sebuah tantangan bagiku!'' Mia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenMama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Setelah lukanya selesai di obati, kini Mia pun kembali ke ruang keluarga untuk melihat keberadaan suaminya, namun saat ia berada di sana Mia langsung di suguhkan pemandangan yang menyejukan hati kala sang suami tengah asyik bermain bersama para keponakan nya.
''Ahhh.... Tak ku sangka dalam sikapnya yang dingin ternyata dia adalah pria penyayang dan suka dengan dunia anak-anak.'' Mia berbinar penuh kebahagiaan saat melihat senyuman suaminya yang baru ia lihat.
Kini Mia pun berjalan menghampiri mereka, namun ia merasa aneh saat Erik langsung merubah ekspresi nya saat melihat keberadaan nya disana. ''Kenapa dia seperti ingin menelanku saja! apa maksud dari tatapan itu?" batin Mia, bingung.
"Karena istrimu sudah datang jadi sekarang kalian cepat berangkatlah, dan tidak perlu memikirkan apapun lagi karena sudah mempersiapkan segalanya." Tukas Ravin mulai mengusir suami adik iparnya.
"Pergi, kemana?" tanya Mia dengan wajah bingungnya.
"Bulan madu, kemana lagi? kalian pengantin baru wajib melakukan itu bukan terus sibuk bekerja dan bekerja saja." Sahut Mila dengan antusias.
"Aghh.... Benarkah?" pekik Mia kegirangan.
"Wah bos mempelai wanita sangat bersemangat sekali." Bisik Liam pada Erik yang kini langsung mendapatkan tatapan tajam dari bosnya.
Liam hanya memperlihatkan barisan gigi putihnya di hadapan Erik tanpa rasa takut sedikit pun.
Setelah sedikit drama seperti layaknya sebuah sinetron kini Mia dan Erik pun sudah berada di dalam pesawat menuju tempat bulan madu mereka. Sudah berbagai macam acara yang manarik kini tersusun rapih dalam benak dan pikiran Mia, ia benar-benar merasa sangat senang dengan kepergian nya bersama sang suami dan tak henti-hentinya berterima kasih pada kakak dan kakak iparnya dalam hati.
"Erik sayang, setelah sampai di tempat tujuan kita. Aku benar-benar akan menyerahkan segalanya padamu dan menjadikan diriku milikmu seutuhnya.'' Mia tersenyum menatap wajah tampan suaminya yang kini duduk di sampingnya dengan mata yang tertutup kaca mata hitam.
Mia menggenggam tangan Erik dan mengecupnya penuh ketulusan. Erik yang pura-pura tidur pun merasakan tulusnya cinta sang istri padanya, namun kini ia mengingat kembali percakapan singkat yang begitu terdengar sangat mesum di dalam ruangan bersama Adreas beberapa jam yang lalu.
Mengingat hal itu rahang Erik pun mengeras dan menarik tangannya dengan sangat kasar membuat Mia terlojak kaget dengan sikap suaminya. ''Erik kenapa kau begitu kasar padaku?'' tanya Mia dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Namun Erik tak menjawab pertanyaan Mia yang kini mulai terisak di hadapannya, ada rasa bersalah di hatinya saat ini tapi Erik menekan rasa itu dan pergi meninggalkan istrinya tanpa ingin membujuk untuk menenangkan nya ataupun meminta maaf atas kesalahan yang sudah ia lakukan pada istrinya.
Kini Mia semakin terisak saat melihat Erik lebih memilih pergi meninggalkan dan duduk di kursi lain. "Sabar Mia. Sabar, semua pasti ada jalan keluarnya ingat saja. Sekeras apapun batu akan hancur hanya dengan tetesan air." Mia megelelap air matanya dengan sedikit kasar dan menarik bibirnya membentuk senyuman.
"Semangat Mia kau pasti bisa!'' serunya dalam hati mulai menyemangati dirinya sendiri.
Setelah beberapa jam berlalu kini Mia dan Erik pun telah sampai di tempat tujuan, Mia tersenyum penuh kebahagiaan saat melihat pemandangan sekitarnya yang begitu indah menyejukan hati. Mia merentangkan tangannya dan menutup matanya saat hembusan angin pantai meyapu wajahnya, kini ombak-ombak kecil pun saling mengejar dan menyentuh kakinya lembut.
"Seperti angin yang berhembus dan ombak yang saling mengejar seperti itulah cintaku padamu Erik...'' Mia berteriak di tengah-tengah pantai sendirian.
Sedangkan Erik hanya menatap istrinya dari atas balkon villa yang mereka tempati. Karena tempat yang lumayan jauh aia pun tak bisa mendengar suara istrinya yang bersahutan dengan ombak yang kini semakin naik.
"Mia, Mia! cepat pergilah dari tempat itu ombak nya semakin besar!'' teriak Erik memperingatkan sang istri, namun Mia benar-benar tak mendengar suara selain ombak yang kian beradu menghantam kakinya tanpa berniat untuk membuka matanya sedikit pun.
Dengan cepat Erik berlari menghampiri istrinya dan membawanya ke dalam villa karena cuaca yang cerah itu tiba-tiba saja berubah menjadi gelap di sertai rintik hujan yang turun membasahi bumi.
Mia terkejut saat tubuhnya melayang ia pun mulai membuka matanya perlahan dan melihat suaminya datang dan membawanya pergi dari bibir pantai, Mia tak menghiraukan alam di sekitarnya yang ia lihat hanya wajah tanpa ekspresi suaminya yang kini tengah membawanya di bawah derasnya air hujan.
Mia tersenyum dan mulai mengalungkan tangannya di pundak Erik dan menempelkan wajahnya di dada bidang sang suami.
"Tetaplah begini,'' gumam Mia dalam hati.
Bughh..
"Aghhh... '' Mia terkejut saat Erik menjatuhkan tubuhnya di atas sofa.
"Erik apa yang kau lakukan? ini namanya penganiayaan, dengan istilah lain dari kekerasan dalam rumah tangga!'' pekik Mia tak terima.
Namun Erik tak menghiraukan kekesalan istrinya dan melemparkan handuk ke arah Mia tanpa berkata apapun lagi. " Ckk... Dasar patung es, sangat menyebalkan dan tidak romantis!" seru Mia dengan wajah di tekuk.
Kini ia pun menyerobot masuk ke dalam kamar mandi yang sudah di isi oleh suaminya. Mia membelalakan matanya saat melihat suamiya yang sedang mandi di bawah guyuran air sower.
Mia mulai menelan slipanya dengan susah payah, matanya tak berkedip sedikit pun saat melihat pemandangan di hadapannya. Erik yang merasa tengah di awasi pun langsung mematikan kerannya dan menatap ke arah Mia yang berdiri memandang nya dengan tatapan aneh.
"Sedang apa kau disini?'' tanya Erik dengan sedikit menaikan intronasi suaranya.
"Melihat mu mandi." Jawab Mia jujur. Kini ia pun melangkahkan kakinya menghampiri sang suami yang tengah ketar-ketir mencari handuknya untuk menutupi aset berharga miliknya.
"Kenapa kau begitu ketakutan, aku bahkan tidak melakukan apapun.'' Mia mulai melepaskan pakainnya yang basah tanpa rasa malu sedikit pun di hadapan suaminya.
"Dasar tidak waras!" Erik langsung memalingkan wajahnya dan berjalan melewati Mia yang tengah mandi di bawah guyuran air sower.
Mia terkikik geli melihat wajah panik suaminya. "Aku tidak akan pernah berhenti untuk menggoda mu Erik ku sayang." Mia menutup mulutnya menahan tawa yang hampir meledak.
Setelah selesai dengan aktifitas mandinya. Kini Mia pun berjalan di memindai kamarnya dan tak melihat keberadaan Erik di sana. ''Kemana dia?'' gumamnya lirih.
Kini ia pun mulai membuka lemari dan matanya terbuka lebar saai isi nya hanya baju ligerie dengan berbagai macam warna dan model tergantung rapih disana. "Apa ini? kenapa tidak ada satu baju pun yang bisa aku pakai.'' Mia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Bersambung....