" Menikah dengan siapa?! om pamungkas?!!" suara Ratih meninggi, di tatapnya semua anggota keluarganya dengan rasa tak percaya.
" Pamungkas adalah pilihan terbaik untukmu nduk.." suara papanya penuh keyakinan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak saling bicara
Hendra memperhatikan gerak gerik adiknya,
pulang dari sarangan bukan makin ceria, tapi makin aneh.
Begitu juga dengan om Pamungkasnya, hampir tak pernah keluar dari kamar, sekalinya keluar dia malah menginap di tempat lain.
Seminggu berlalu,
Ratih sibuk wira wiri ke kantor untuk mengurus pengajuannya,
" Bagaimana hari ini Rat?" tanya si ibu pada Ratih yang baru saja masuk ke dalam rumah.
" Tentu saja si brengsek itu menyulitkan ku ma, dia sok memohon mohon padaku di depan Komandan..!" jelas Ratih sembari melepas sepatunya.
" Jangan mau kalau di ajak kembali nduk.. bukan mama mengajarimu jelek.. tapi kalau laki laki sudah tidur sama perempuan lain, apalagi perempuan itu orang terdekatmu sendiri..
yakinlah, suatu ketikan hal yang lebih buruk bisa saja terjadi kembali.."
" Ratih tau ma, karena itu Ratih tidak mau damai meski orang satu kantor menyuruh Ratih untuk berdamai,"
" Baguslah nduk.." ibunya itu tersenyum lega, dia sudah benar benar tidak ingin putrinya itu melanjutkan rumah tangganya dengan Arga.
" Mas Hendra kapan balik ke bali katanya ma?"
" kenapa? kau benar benar mau ikut Hendra ke bali??"
Ratih terdiam,
" nduk, apa harus?" tanya ibunya gelisah,
" papa dana mama sepi nduk.." imbuh ibunya pelan,
" lihat saja nanti ma.." jawab Ratih pelan.
" Oh iya, tadi ada Dian dan Yunda datang kesini,
sepertinya mereka baru tau kabarmu nduk..
katanya mereka sudah menelfon, tapi tidak kau angkat?"
" ah.. rasanya Ratih sudah malas berteman ma,
Tias membuat semua kepercayaan ku lenyap terhadap yang namanya persahabatan," Ratih terlihat lelah.
" Mas Hendra keluar?" tanya Ratih melihat sekeliling rumah yang sepi,
" Keluar dengan om mu tadi,"
" om Pamungkas?"
" memangnya om mu yang disini siapa lagi?"
Ratih diam, ia tak ingin memikirkan omnya itu sedikitpun.
" Ya sudah.. Ratih ke kamar dulu.." Pamit Ratih beranjak dan berjalan ke arah kamarnya.
Matahari sudah turun, saat Pamungkas pulang.
" Aku mandi dulu ya om?! ketemu makan malam!" suara Hendra menggema di ruang tengah.
Tak terdengar suara Pamungkas menjawab, Ratih yang sedang sibuk di Dapur berdiri tenang.
sudah seminggu dirinya tak bertemu dengan omnya itu meski mereka tinggal satu atap, jadi.. sekarang pun juga pasti tidak akan bertemu, pikir Ratih.
Tapi ternyata Ratih salah, Pamungkas masuk ke dapur,
dan tak sengaja keduanya berpapasan.
Pamungkas mematung di tempatnya, begitu juga Ratih, tidak sepatah katapun keluar dari mulut mereka, hanya tatapan canggung dan perasaan bingung yang di rasakan keduanya.
" Sudah pulang Pam?!" suara ibu Ratih memecah keheningan di dapur.
" Oh, sudah mbak, bukannya mbak Ana ikut mas Adi?" tanya Pamungkas mengalihkan perhatiannya pada kakak iparnya itu,
" Mas mu berangkat sendiri, tadi aku ikut Ratih ke bintal.."
mendengar penjelasan kakak iparnya itu Pamungkas hanya mengangguk.
" Ya sudah mbak, aku mandi dulu.." pamit Pamungkas langsung berjalan begitu saja meninggalkan dapur.
Ana memandangi putrinya yang terpaku di tempat, matanya sesekali melirik punggung Pamungkas yang mulai menghilang dari pandangannya.
" Kenapa nduk?" tanya si ibu karena heran melihat putrinya.
" Ada yang terjadi di sarangan?" tanya Ana langsung,
" maksudnya ma?" tanya Ratih sontak memandang ibunya.
" jawab saja, ada yang terjadi di sarangan?"
" mama ini bicara apa? memangnya apa yang bisa terjadi antara aku dan om Pam?!" nada Ratih meninggi, lalu pergi dari dapur dengan langkah cepat.
Melihat sikap putrinya itu Ana yakin, ada sesuatu diantara keduanya.
Dua hari ini Ratih benar benar sibuk, ia berangkat pagi, dan pulang malam.
Wajahnya selalu terlihat payah dan lesu,
setiap pulang matanya selalu sembab, entah siapa lagi yang sudah membuatnya menangis.
Setelah mandi Ratih turun ke ruang makan,
hanya ada papa dan mamanya disana,
" Mas Hendra mana?" tanya Ratih duduk di kursi,
" lho, mas mu yo ngantar om mu tho ke bandara.." sahut papanya,
Ratih menatap papanya dengan dahi berkerut,
" ke bandara?" tanya Ratih pelan,
" iya nduk.. cuti om mu kan sudah habis, dia juga sudah dapat rumah.." jelas papanya.
Ratih langsung tertunduk, nafsu makannya hilang seketika.
" Memangnya om mu tidak pamit padamu nduk?" tanya ibunya karena penasaran dengan ekspresi putrinya yang terlihat kecewa.
emang kamu pikir si ratih itu ga punya hati apa.....
luka karna dikhianati sama org terdekat itu susah sembuhnya, kamu malah ngerecokin si ratih mulu
slading online juga nih
istri rasa ponakan itu perlu pemahaman yang besar 😆😆