Harap bijak dalam memilih bacaan.!!!
Namanya Jingga, sama seperti senja yang memiliki arti keindahan dan kebaikan yang tidak perlu di suarakan. Di pertemukan dengan seorang pria bernama Arkana, pria yang haus akan pujian dan selalu hidup dalam kepalsuan.
Pertemuan mereka seperti takdir yang telah di tentukan oleh tuhan, kehadiran Jingga berhasil merusak topeng Arkana dan mengisi hatinya yang kosong dengan penuh cinta.
Arkana sadar bahwa Jingga telah mengajarkan bahwa kebaikan dan keindahan tidak perlu diumbar. Jika memang itu tulus untuk kebaikan, biarkan orang lain yang menilai.
Tetap saksikan kelanjutan dari kisah Jingga & Arkana, jangan lupa jadikan favorite dan berikan lima bintang beserta dengan ulasan terbaik dari kalian. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Idtx_x, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Putra Pertama
Pria itu melangkahkan kakinya sendirian masuk ke dalam sebuah ruangan pasien, tidak ada satu penjaga pasien di dalam ruangan itu dan dia terlihat menatap seorang wanita yang sedang terbaring tak sadarkan diri di atas tempat tidur.
Tatapannya mulai beralih pada selang infus, yang kemudian melangkahkan kaki mendekatinya. Dia mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya, kemudian dia meraih selang infus tersebut dengan tujuan menyuntikkan sebuah cairan ke dalamnya.
Sejenak dia berhenti, tangannya mendadak bergetar dengan hebat. Suntikan yang dia pegang baru saja terjatuh, dia segera meraihnya dan menyimpannya kembali ke dalam saku jasnya.
Perlahan namun pasti pasien yang terbaring di atas tempat tidur mulai menunjukkan tanda-tanda akan segera siuman, tanpa menunggu waktu lama pria itu segera berlari keluar dari ruangan tersebut.
“ Dimana aku.?” Gumam Widya yang sekarang telah kembali tersadar.
Widya melihat sekitar ruangan yang sudah jelas bahwa dirinya berada di rumah sakit, dan dia mengingat kejadian yang menimpanya baru-baru ini.
Pintu kembali terkuak, dan sekarang sosok putranya baru saja muncul dengan raut wajah bahagia setelah melihat mamanya kembali siuman. Arkana segera memeriksa keadaan mamanya tanpa harus memanggil dokter yang menangani mamanya, sebab dia juga paham mengecek keadaan pasien yang telah sadar pasca operasi.
“ Mama nggak apa-apa kan.?” Tanya mama Widya menatap Arkana lurus.
“ Mama baik-baik aja, jangan khawatir. Mungkin mama akan sedikit lebih lama di rumah sakit, tapi aku akan pastikan kalau mama akan segera pulih dengan cepat.” Jelas Arkana.
“ Dimana istri kamu?” Tanya mama Widya yang mencari-cari keberadaan Jingga.
“ Mama nggak usah cari Jingga dulu, fokus istirahat aja dulu.”
Mama Widya mendengar apa kata Arkana dan memilih untuk beristirahat terlebih dulu, kemudian sosok yang tak terduga memasuki ruangan tersebut.
“ Kamu.?” Arkana terlihat sangat terkejut menatap pria yang baru saja masuk di ruangan itu.
“ Aku dengar kalau mama kecelakaan, makanya aku datang untuk menjenguk.”
Arkana yang terbawa emosi langsung menghampirinya dan mendorong pria itu ke tembok. Arkana menarik kerah bajunya dengan tatapan tajam penuh amarah.
“ Arkana, cukup. Dia kakak kamu, jangan bersikap seperti itu padanya.” Sahut mama Widya.
“ Tapi ma, dia udah buat kita susah. Mama lupa.?” Lontar Arkana tampak tak terima.
“ Kamu tinggalkan mama sama Bima, biar kami berdua bicara.” Sambung mama Widya.
“ Aku juga mau disini, aku nggak mau dia buat mama kenapa-napa.” Tolak Arkana.
“ Aku nggak akan melakukan apa-apa, tujuanku datang hanya untuk menjenguk. Tidak lebih.” Sahut Bima menatap Arkana serius.
Arkana merasa sangat kesal, bahkan setelah apa yang di perbuat oleh kakaknya di masa lalu tetap membuat mama Widya masih bersikap baik kepadanya.
“ Aku akan menunggu diluar, kalau terjadi sesuatu pada mama. Kamu akan tahu akibatnya.” Ancam Arkana sebelum meninggalkan ruangan tersebut.
**
Pagi ini Jingga sudah membuat makanan yang sehat untuk mama Widya, dia mendengar dari papa mertuanya kalau beliau sudah siuman. Arkana sedang tidak di rumah, dan dia juga sudah memberitahu Arkana bahwa dia akan ke rumah sakit sekalian membawakannya makan siang.
Jingga pergi di antar oleh supir pribadi Arkana, dan mereka pun langsung meluncur menuju rumah sakit. Sepanjang perjalanan tampak Jingga yang sedang sibuk merogoh isi tasnya, dia lupa membawa ponsel yang tadi dia letakkan di atas meja makan.
“ Pak, hp saya ketinggalan di rumah. Bisa tolong putar balik nggak.” Sahut Jingga langsung di laksanakan oleh pak Jefri.
Jingga kembali ke rumah dan segera mengambil ponselnya, namun dia dia buat terkejut saat mendapati pesan Arkana yang tiba-tiba melarangnya untuk pergi kemana-mana.
“ Mas Arka jadi aneh lagi, aku kan mau jenguk mama.” Jingga segera menghubungi Arkana untuk membuat semuanya jelas.
“ Halo mas Arka? Kok aku nggak boleh ke rumah sakit? Aku kan mau lihat mama.”
Arkana tampak sibuk bicara dengan orang lain di dekatnya, Jingga pun menunggu sampai Arkana meminta waktu untuk bicara dengan istrinya.
“ Kamu nggak usah kesini, ada aku kok yang jagain mama.”
“ Aku Cuma mau jenguk sekalian bawa makanan aja.”
“ Nggak usah, aku bilang nggak ya nggak. Bisa nurut apa kata suami nggak sih.?”
“ Terus gimana dengan masakan yang udah aku buat?”
“ Kasih Jefri, biar dia yang bawa ke rumah sakit.”
“ Baik mas, aku titip di pak Jefri aja.”
Jingga mengakhiri panggilannya dengan ekspresi memelas, padahal dia sudah begitu bersemangat ingin pergi. Tapi karena Arkana sudah melarangnya, mau tidak mau dia harus menuruti apa kata suaminya tersebut.
“ Pak, makananya langsung bawa ke mas Arkana aja ya. Aku nggak jadi ke rumah sakit.” Sahut Jingga kepada Jefri.
“ Loh, kenapa mbak.?” Tanya Jefri bingung.
“ Mas Arka suruh saya di rumah aja, tolong ya pak.” Sambung Jingga kemudian.
**
Karena Jingga terpaksa harus di rumah saja, dia pun memilih untuk mengurus rumah dimana sekarang adalah waktu untuk mengumpulkan pakaian kotor milik Arkana yang akan di bawa ke laundry dekat rumah.
Arkana tidak ingin pakaiannya di cuci oleh Jingga, dan dia ingin selalu pakaiannya di bawa ke laundry saja. Biasanya Arkana menyimpan semua pakaian di dekat lorong masuk ke kamarnya, namun kali ini sepertinya dia lupa melakukannya.
Jingga pun masuk ke dalam kamar Arkana untuk mengambilnya sendiri, dia melihat kamar Arkana begitu bersih meskipun tanpa seorang pembantu dia tetap mau merapihkan kamarnya seorang diri. Bahkan ketika Jingga menawarkan diri untuk membersihkannya, dia menolak dengan ketus.
“ Cuma segini.?” Jingga heran melihat pakaian kotor Arkana tidak sebanyak sebelumnya, namun dia tetap akan membawanya ke tempat laundry segera mungkin.
Sepasang mata Jingga menangkap sesuatu di atas nakas milik Arkana, entah mengapa dia menjadi begitu penasaran dan segera mendekat agar bisa lebih jelas melihatnya.
Sebuah foto keluarga, di perkirakan Arkana masih berusia 3 tahun saat itu. Ada seorang anak laki-laki yang berdiri di sebelah mama Widya dengan senyum yang merekah.
“ Apa ini adalah kak Bima kakaknya mas Arka.?” Gumam Jingga mengamatinya dengan sangat.
Wajahnya terlihat tidak asing, di lihat dari postur tubuh dan wajahnya mungkin Arkana dan Bima memiliki jarak usia lima tahun. Jingga sangat ingin melihat foto dewasa Bima, dia ingin tahu seperti apa wajah kakaknya Arkana.
Bagi Jingga, Arkana memang sangat tampan. Dan di lihat dari keturunannya, papa mereka juga memiliki wajah yang cukup tampan sehingga tak heran jika kedua anaknya akan mengikut pada papanya.
“ Kayaknya mas Arka nggak punya foto kak Bima.” Ucap Jingga menyerah untuk mencarinya.
Jingga mengurungkan niatnya dan segera beranjak dari sana, pakaian Arkana harus segera di bawa ke tempat laundry agar secepatnya kembali.
jd bingung dibuatnya🤔🤔
Next, ditunggu kelanjutannya.