Seorang wanita muda, meminta seorang pria yang tak di kenal nya untuk menikahinya. Namun siapa sangka permintaan nya pun di kabulkan saat melihat wanita tersebut di paksa menikah oleh kedua orang tua nya demi melunasi sebuah hutang.
Adela Anggita dan Raiz Hafid Faisal, pernikahan kedua nya terikat di atas sebuah kontrak pernikahan.
Apakah pernikahan kontrak tersebut akan membawa mereka pada pernikahan yang sesungguhnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Herliyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perlahan Rasa
Mata Adela membuka yang masih sangat terasa berat, terdengar suara gaduh di ruang tengah membuat dirinya bangun lebih awal.
Adela merasakan sesuatu yang berat, saat sebuah tangan kejar memeluk dirinya seperti guling.
Dengan perlahan Adela mengangkat tangan tersebut namun semakin di erat kan.
"Mas, tangan kamu. " Ucap Adela pelan.
Namun Raiz tak mendengar hanya terdengar dengkuran halus. Mata Adela menatap wajah natural suaminya, tak terasa senyum nya mengembang saat menatap wajah Raiz. Tangan Adela pun terangkat untuk menyentuh wajah nya, namun tangan nya di tarik kembali dan senyum nya pun pudar.
"Kamu bukan milik saya, tak pantas saya melakukan ini. Mungkin momen indah seperti ini saat - saat untuk terakhir kita." Ucap Adela dalam hati dan kembali memejamkan matanya.
Namun suara gaduh kembali terdengar dan mata Raiz membuka. Tanpa sadar tangan nya masih melingkar di perut Adela.
"Del, suara ribut apa? " Tanya Raiz dengan suara khas bangun tidur nya.
"Nggak tahu Mas, kita bangun yuk. " Jawab Adela.
Saat Adela akan bangun, Raiz menyadari tangan nya masih melingkar di perut Adela.
"Maaf, maaf nggak sengaja. " Ucap Raiz mengangkat tangan nya dan segera bangun dari atas tempat tidur.
"Jangan di bawa, nanti kalau Ibu datang bisa marah. " Ucap Ibu Nuri.
"Eh, lihat kristal nya juga banyak nggak hanya satu. Lagian pelit amat, masa sama besan saja pelit. " Bentak Ibu Sukma.
"Tapi itu harga nya mahal." Ucap Ibu Nuri berusaha mengambil hiasan yang berbentuk kuda yang terbuat dari kristal.
"Eh pembantu, kristal ini buat mereka tak ada harga nya kalau tahu hilang satu pasti beli lagi. " Ucap Mia yang di anggukkan oleh Ibu Sukma.
"Ada apa pagi - pagi ribut? " Tegur Raiz.
"Ini Raiz, mertua kamu ambil kristal mau di bawa untuk pulang." Ucap Ibu Nuri.
"Raiz, Ibu hanya minta satu. Boleh kan?" Ucap Ibu Sukma.
"Itu kan yang beli Mamah kamu Raiz, kalau tahu pasti marah. " Ucap Ibu Nuri.
"Bu, taruh kembali kristal nya. Adela juga nggak mampu untuk beli Kristal kecil itu yang harga nya selangit." Ucap Adela.
"Kamu ini kenapa sih, jadi orang ikut pelit." Bentak Ibu Sukma.
"Sudah jangan ribut bahas masalah kecil, ambil saja Bu bawa satu saja. Nanti kalau mamah cari bilang saja, saya yang pecahkan kristal nya. " Ucap Raiz yang langsung berlalu meninggalkan mereka semua.
"Ibu, bisa nggak sih nggak bikin masalah. Sebaiknya kalian cepat kemasi barang kalian dan ingat jangan ambil lagi yang ada disini untuk di bawa pulang." Ucap Adela kesal dan meninggal kan Ibu dan Adik nya.
"Kamu mau apa lagi? " Bentak Ibu Sukma pada Ibu Nuri.
"Seharusnya, kamu itu malu terhadap menantu dan anak kamu." Ucap Ibu Nuri lantas pergi meninggalkan Ibu Sukma dan Mia.
"Uh... dasar, Asisten rumah tangga saja belagu. " Ucap Ibu Sukma.
****
"Mas, Maaf ya. " Ucap Adela.
"Maaf untuk apa? " Ucap Raiz sambil mengancing baju seragam safari nya.
"Mas tahu kan bagaimana kelakuan Ibu sama Adik tiri saya. Mas sekarang tahu kan kenapa kedua orang tua Bang Irfan menolak saya."
Raiz menatap ke arah Adela yang duduk di tepi tempat tidur, dan berjongkok berhadapan dengan Adela.
"Mas nggak masalahkan mereka, Mas orang nya nggak terlalu di pikirkan." Ucap Raiz.
"Selagi tak masih ada batas nya kecuali sudah di luar batas baru Mas akan tegur." Ucap Raiz kembali.
"Semoga kelak, calon iman saya seperti Mas Raiz. Dan tak hanya mencintai saya tapi mau mencintai keluarga saya."
"Insya Allah kamu pasti akan dapat lebih dari apa yang kamu ucapkan tadi."
"Terima kasih Mas."
"Sama - sama, kita keluar yuk sebentar lagi Sony datang dan akan mengantar mereka ke Stasiun."
****
"Ini ada uang untuk kalian, maaf saya tidak bisa mengantar sampai Stasiun." Ucap Raiz.
"Terima kasih Kak, maaf merepotkan. " Ucap Pak Syarif.
"Nggak merepotkan tapi lain kali kalau mau kemari kabari dulu."
"Pasti lah nanti kami kabari, salam buat besan." Ucap Ibu Sukma.
"Nanti saya sampaikan salam nya."
"Satu jam lagi kereta nya, kita harus bergegas." Ucap Sony.
"Hati - hati. " Ucap Raiz.
"Kami pamit nak, Adela Ayah Ibu sama Mia pamit. " Ucap Pak Syarif.
"Hati - hati. " Ucap Adela sambil mencium punggung tangan Pak Syarif dan Ibu Sukma.
*****
"Iya Mah, nanti saya pulang ke rumah ya." Ucap Raiz dan langsung menutup ponselnya.
"Adela jadwal saya setelah ini apa? " Tanya Raiz sambil mengoperasikan ponselnya.
"Jadwal Bapak hari ini sudah tak ada lagi, hingga besok lusa kosong." Jawab Raiz.
"Hallo Yank, kamu sudah siap nunggu di depan kantor? Mas meluncur kesana ya karena Ayah Bunda ada di rumah Mamah Papah, mereka mengadakan pertemuan dadakan." Ucap Raiz dari panggilan telepon.
"Sudah sedang siap - siap Mas, saya tunggu di depan ya. " Ucap Anita dari seberang.
"Pak Amir, ke kantor Bapeda. " Ucap Raiz.
"Siap Pak. " Ucap Pak Amir.
Sony pindah duduk di mobil Patwal, begitu pun dengan Adela saat Anita masuk kedalam mobil Dinas Raiz.
"Kenapa kita pindah Mas? " Tanya Adela pada Sony.
"Privacy mereka, hanya ada Pak Amir." Jawab Sony.
Seketika hati Adela sedikit sakit dan tiba - tiba wajahnya menjadi mendung.
"Buang jauh - jauh rasa yang ada saat ini." Ucap Sony tiba - tiba dan sangat menyentuh hati.
Adela hanya diam dan memalingkan wajah nya ke arah jendela.
Mobil sampai di rumah kedua orang tua Raiz, saat itu Raiz meminta semuanya turun dan ikut makan siang bersama.
"Ini kan masalah inti kedua keluarga, biar kami makan siang di luar." Ucap Sony.
"Makan lah, walah tidak satu meja kalian semua makan disini. Nanti akan ada yang siapa kan untuk kalian semua." Ucap Raiz.
"Ok, makasih. Kebetulan kami semua juga lapar. " Ucap Sony.
"Kalau begitu saya sama Anita masuk kedalam. " Ucap Raiz berjalan masuk dan Anita mengandeng tangan Raiz.
*****
"Kamu kenapa makan sedikit? " Tanya Sony pada Adela saat mereka semua sedang makan di atas gazebo.
"Kenyang, hanya ingin minum." Jawab Adela.
"Bu Adela makan yang banyak, jarang loh makan di sini. " Ucap Pak Amir.
"Kalau kenyang bagaimana bisa masuk Pak." Ucap Adela kembali.
"Keluarga Pak Raiz terkenal baik, Pak Raiz nya apalagi. Pantas Pak Raiz seperti itu karena turunan kedua orang tua nya. " Ucap Anton seorang Polisi yang mengawal Raiz kemana pun.
"Saya juga beruntung bisa mengawal Pak Bupati yang baiknya naudzubillah." Ucap Rizal seorang Polisi juga.
*****
Adela keluar dari kamar mandi setelah dirinya merasakan ingin buang air kecil, dan tanpa sengaja Adela melewati ruang keluarga.
Terlihat senyum Raiz dan perhatian nya pada Anita di depan kedua orang tuanya. Adela tersenyum pilu dengan mata yang berkaca - kaca.
"Jadi bagaimana kalau pernikahan kalian jangan menunggu sampai selesai pemilu? Kami ingin segera menimang cucu, dan sudah terlalu lama antara jarak pertunangan dan pernikahan. " Ucap Pak Bagaskara, Ayah Anita.
"Kalau kalian ingin kan itu saya setuju, toh sekarang atau nanti sama saja. " Ucap Raiz.
Seketika air mata Adela lolos, dan tanpa sengaja mata Raiz beradu pandang dengan mata Adela yang kini sedang menatap nya.
Adela segera pergi saat tahu Raiz menatap nya, Raiz terus menatap Adela hingga punggung nya tak terlihat.