Nilam rela meninggalkan panggung hiburan demi Indra, suaminya yang seorang manager di sebuah pusat perbelanjaan terkenal. Sayangnya, memasuki usia dua tahun pernikahan, sang suami berulah dengan berselingkuh. Suaminya punya kekasih!
Nilam yang kecewa kepada suaminya memutuskan untuk kembali lagi ke panggung hiburan yang membesarkan namanya dulu. Namun, dia belum mampu melepaskan Indra. Di tengah badai rumah tangga itu, datang lelaki tampan misterius bernama Tommy Orlando. Terbesit untuk balas dendam dengan memanfaatkan Tommy agar membuat Indra cemburu.
Siapa yang menyangka bahwa lelaki itu adalah seorang pengusaha sukses dengan masalalu kelam, mantan pemakai narkoba. Mampukah Tommy meraih hati Nilam yang terlanjur sakit hati dengan lelaki dan bisakah Nilam membuat Tommy percaya bahwa masih ada cinta yang tulus di dunia ini untuk lelaki dengan masa lalu kelam seperti dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lemari Kertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tommy Orlando
Nilam kembali mendekat ke arah Yuki yang terlihat sedang sibuk dengan minuman di tangannya. Wajah Nilam yang terlihat kesal membuat Yuki jadi bertanya-tanya. Segera ditegurnya Nilam karena dia penasaran dengan perubahan air muka perempuan cantik itu.
"Lam, kok asam sekali wajahmu. Toiletnya mampet?" tanya Yuki. Nilam menggeleng. "Terus kenapa?"
"Aku sial sekali hari ini, Mbak. Asal Mbak tahu, semalam aku menginap di hotel ini dan pagi tadi tak sengaja bertabrakan dengan seorang lelaki. Lalu tadi, aku juga kembali bertabrakan lagi dengannya dan parahnya dia tahu semua yang aku lakukan termasuk kegiatanku mengintai Indra dan selingkuhannya semalaman di hotel ini!"
Yuki tampak ternganga. Dia tidak tahu siapa yang Nilam maksud, tetapi dia cukup terkejut mendengar pernyataan Nilam bahwa semalaman dia ternyata sudah dari hotel ini.
"Tunggu, maksudmu kau sudah bertemu dengan selingkuhan Indra dan kau sudah melabraknya?"
Nilam memandang Yuki kemudian menggeleng. "Aku sedang mengumpulkan semua bukti, Mbak. Dan semalam sudah dapat banyak. Nanti aku tunjukkan ke Mbak semua rekaman percakapan juga foto-foto kemesraan durjana mereka di restoran. Hanya sewaktu mereka indehoi saja aku tak dapat fotonya. Hanya bisa membayangkannya dengan jijik," ungkap Nilam berapi-api.
Yuki hanya bisa mengusap punggung Nilam agar bisa menenangkan Nilam yang mulai emosi. Tapi dia juga penasaran dengan pria yang katanya sudah bertabrakan dengan Nilam dan sudah mengetahui aksinya semalam.
"Jadi siapa pria yang katamu tadi, Lam? Kok dia lancang sekali. Atau mungkin dia staff di hotel ini juga, mungkin di bagian CCTV?"
"Tapi, penampilannya tidak seperti seorang pegawai, Mbak."
"Kalau begitu, dia tamu juga?"
"Mungkin. Aku pikir juga begitu. Tapi sepertinya aku harus komplain dengan pihak hotel ini karena sudah lancang memberikan rekaman CCTV kepada orang asing."
"Benar juga," sambung Yuki sembari berpikir.
"Ah, sudahlah, Mbak. Nanti temani aku ke bagian resepsionist ya, aku mau memberitahu hal ini kepada mereka. Aku tidak suka ada yang mengusik privasiku."
Yuki mengangguk, dia setuju dengan Nilam. Sekarang, mereka sedang berkeliling. Nilam dan Yuki kemudian bergabung dengan para sineas yang tengah duduk di depan meja melingkar.
Para tamu lain sedang asyik menyantap hidangan. Mereka sedari tadi sedang menunggu orang spesial yang konon katanya berpengaruh sekali.
"Memangnya yang punya acara ini belum datang ya?" tanya Nilam kepada salah satu orang di sana sembari menyesap minumannya.
"Dengar-dengar sudah, tetapi dia memang ingin kita menikmati dulu semua hal yang ada di sini. Lihat ruangan ini, begitu luas, mewah dan pasti akan menjadi tempat favorit artis-artis beken kelak. Yang punya ini, orangnya memang baru kembali dari Australia. Selama ini, kaki tangannya yang mengurus semua hal di Indonesia."
"Betul, dulu katanya juga ayahnya lah pemegang utama perusahaan besar miliknya sekarang, tetapi karena tuan Rocky Orlando sudah meninggal empat tahun yang lalu, anaknya lah yang mengambil alih," sambung seorang yang lain. Nilam dan Yuki asik saja mendengarkan.
"Katanya juga, dia seorang lelaki yang tampan," timpal satu lagi.
Nilam lagi-lagi hanya mendengarkan saja sampai akhirnya MC kembali berbicara dengan mic.
Ini adalah saat yang kita tunggu-tunggu, dimana pemimpin perusahaan kenamaan yang banyak menaungi bidang hiburan tanah air ini akan hadir di depan kita semua. Beliau adalah penerus almarhum tuan Rocky Orlando, di bawah kepemimpinannya kita semua patut berbangga karena sudah banyak sekali penghargaan yang didapatkan. Perlu saudara semua ketahui, bahwa beliau adalah pemilik hotel megah dan mewah ini. Baiklah, sekarang saatnya kita sambut ... Tuan Tommy Orlando!
Suara MC bergema, semua orang sekarang fokus kepada satu titik. Saat suara hentakan sepatu yang begitu teratur dan tegas terdengar, dibarengi senyuman penuh wibawa, lelaki itu berjalan dengan gagahnya di atas panggung. Semua orang bertepuk tangan menyambutnya, bahkan sampai berdiri. Hanya Nilam yang duduk di tempatnya, bahkan buah anggur yang berada di depan bibirnya tiba-tiba jatuh begitu saja, menggelinding ke lantai dan terinjak pelayan yang tengah mengantarkan minuman.
"Lam???"
Yuki menepuk pelan bahu Nilam, membuat Nilam mendongak, ia berdiri lalu hendak berbisik kepada Yuki yang juga nampaknya sedang terpesona pada sosok yang tengah berdiri gagah di depan sana.
"Gila, ganteng banget, Lam!" pekik Yuki sebelum Nilam sempat berbisik kepadanya.
"Mbak ... Sumpah, itu pria yang baru saja aku ceritakan kepadamu," bisik Nilam membuat Yuki menoleh dengan cepat.
"Kau mengigau?"
"Sumpah, Mbak. Itu orangnya."
Yuki melihatnya dengan tak percaya kemudian dia menggeleng.
"Kalau begitu, batal kita melaporkannya ke pihak hotel, Lam. Bisa mampus karirku sebagai managermu!"
Nilam menekuk wajahnya, lalu duduk bersama Yuki yang mengacungkan kedua jarinya sebagai tanda damai. Lalu tatapan Nilam beralih lagi kepada lelaki yang tengah menyampaikan beberapa kata dengan penuh wibawa.
Namun, beberapa kali pandangan mereka jadi bertemu. Dia juga beberapa kali nampak tersenyum penuh misteri kepada Nilam, yang Nilam sekarang rasakan malah jadi seperti ancaman. Nilam berdecak kesal, dia tahu pria itu bukan orang sembarangan.