Dipertemukan di sebuah masjid dengan kejadian memalukan membuat Galexia Adhara, gadis berumur 18 tahun ini menyukai sosok dokter muda.
Namun, masalahnya dokter muda yang ia sukai itu adalah kakak dari musuh bebuyutannya di sekolah.
Galexia maupun dokter muda itu pun tak sadar jika sudah mengenal sejak dulu, hanya saja jarak dan waktu memisahkan keduanya menjadi dua orang yang asing. Hingga suatu hari kebenarannya terungkap, jika dulu mereka pernah saling mengenal.
Bagaimana perjuangan Galexia mendapatkan hati si dokter muda, apakah masa lalu akan menjadi penghalang keduanya untuk bersatu ? Dan ujian apa yang datang menghampiri keduanya ? Ikuti kisah si gadis natckal ini yuk !
Sequel ISTRINYA PAK GURU ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perfect man for perfect woman
Sesiang ini tak nampak batang hidung Gale. Jelas saja, jika siang hari maka ia akan berada satu ruangan dengan bantal dan guling. Gadis ini tak mau melewatkan tidur siangnya demi apapun, ia akan tetap tidur siang meskipun negara api menyerang Indonesia dan menculik Keluarga Somat. Apalagi disini kondisinya sangat mendukung, angin sepoi-sepoi seakan mengusap kelopak matanya yang mulai memberat.
Beda halnya dengan Fatur yang jarang, bahkan tak pernah tidur siang. Sejak dulu ia tak pernah melakukan ritual tidur siang, karena harus bekerja banting tulang.
...****************...
"Lagi goreng apa teh ?" tanya Gale, menemui teh Rita yang sedang di dapur.
"Neng, udah bangun ?" Gale mengangguk lalu duduk di bangku kayu panjang tempat teh Rita mengupas dan memilah bahan masakan.
"Lagi goreng ikan buat makan malam nanti," jawab teh Rita.
"Oh," Gale berohria sambil menatap cuaca sore yang lumayan masih cerah berwarna biru, meskipun tak sebiru hatinya.
Senyumnya terbit saat melihat Fatur tengah mengajarkan anak-anak cara menjaga kesehatan dengan mencuci tangan dan makan makanan bergizi.
"Cie, katanya ada yang ngajak nikah ya ? Belum juga lulus udah laku duluan, sama dokter ganteng lagi !" goda teh Rita, Gale yang digoda seperti itu tersenyum meringis. Pasalnya dalam pikiran gadis itu, Fatur tidak serius ingin melamarnya, lagipun dalam otak encernya tak pernah terlintas menjadi little wife di usia 18 tahun. Apa jadinya jika dirinya memakai daster dan perut buncit, sedang menunggu Fatur pulang di ambang pintu ? Galexia tertawa sendiri.
"Ihhh, udah stress !" ujar teh Rita.
"Kebayang ga sih teh Gale seumur gini jadi istri, dasteran sepaket perut buncit lagi nungguin laki ? Ko ngeri ya bayanginnya ?" tanya Gale.
"Ha-ha-ha ! Semua itu mungkin aja Le, lagian apa ada yang salah sama dasteran ? Ko kayanya si daster jadi kambing hitam ?!" tanya teh Rita.
"Ya engga sih, cuma kesannya kan istri-istri rumahan banget gitu teh,"
"Lucu aja kayanya kalo kamu jadi istri sama ibu muda. Nanti bukannya nenangin anak malah kamu ikut mewek kalo anak kamu mewek !" keduanya tertawa bersama tak bisa membayangkan jika Gale jadi ibu muda.
"Tapi serius Le, momy kamu ngalahin ekspektasi semua orang loh !" ucap teh Rita.
"Gale tuh pengennya kuliah dulu teh, pengen nikmatin dulu hidup. Kesana, kesini bareng temen-temen. Belum kepikiran buat nikah muda !" jawab Gale.
"Emang kenapa sama nikah muda ? Momy nya Gale waktu nikah sama ayah juga masih muda, masih sekolah malah !" jawab teh Rita.
"Itu mah ayahnya udah ketuaan, momy akunya keganjenan, sama-sama ga kuat nanggung penderitaan hidup sebagai seorang jomblo !" jawab Gale terkekeh.
"Menjauhi fitnah neng, daripada pacaran. Hayoo ?!"
"Emang iya si teh, menjauhi fitnah. Tapi, ga tau ahhh !" ia menggelengkan kepalanya.
Teh Rita tersenyum, "jodoh, maut, rejeki mah di tangan Tuhan neng. Kalo Allah sudah berkehendak. Mau sekarang pun pasti jadi !"
"Teteh solat ashar dulu, titip ikannya sebentar. Awas jangan sampai gosong ! Kalo gosong, nanti teteh suruh neng tangkep lagi di kolam !" teh Rita menunjuk Gale seraya tertawa.
"Hih, tega amat." Gale bangkit dari duduknya. Melihat minyak yang meletup-letup membuat Gale bergidik ngeri, jangan sampai letupan minyak panas mengenai kulitnya.
"Teh Rita ih ! Ga ngomong kalo minyaknya pada main lompat tali !" omelnya. Tak kehabisan akal Gale mencari sesuatu untuk melindunginya dari letupan minyak panas.
Dengan hati-hati Gale membalikkan ikan-ikan yang ada di wajan.
"Nah kan, kalo gini aman !" senyumnya melebar.
Arka selesai mengajar di area Pondok. Ia kembali ke rumah pak Hadi, melewati dapur agar aksesnya lebih dekat, tidak memutar.
Ia terkesiap melihat seseorang di dapur dengan tampilan aneh, lengkap dengan jas hujan dan helm di kepalanya.
Melihat perawakannya, sepertinya ia hafal dengan sosok ini.
"Kaka ?"
Ia mendongak, "eh...ayah ?!" Gale membuka kaca helmnya.
"Kamu dari mana ?" tanya Arka.
"Engga dari mana-mana," jawab Gale.
Kebetulan di belakang Arka, Fatur baru selesai membimbing anak-anak.
"Emangnya hujan ya ?" Arka sampai menoleh ke belakang ke arah Fatur, begitupun Fatur yang bingung dibuatnya, seraya melihat ke arah langit sore yang cerah.
"Engga pak," jawab Fatur. Mau-maunya saja kedua orang pintar ini dibod*ohi gadis ini.
"Emang siapa yang bilang kaka keujanan yah ?" tanya Gale.
"Terus itu kamu ngapain pake jas hujan sama helm segala ?" tanya Arka, Fatur yang penasaran memanjangkan lehernya ke arah dalam dapur, dan benar saja gadis itu lengkap dengan jas hujan dan helm.
"Kaka lagi goreng ikan yah ! Minyaknya loncat-loncat kaya ngajakin balap karung, jadinya pake ini biar aman !" jawab Gale.
"Astagfirullah neng Gale, pantesan suami teteh nyariin helm. Ternyata helmnya dipake disini !" ujar teh Rita dari dalam rumah.
"Ha ? Iya kah teh, maaf--maaf. Kirain ga ada yang pake !" Gale melepas helmnya sekaligus menjauhi wajan.
"Ngapain neng harus pake helm segala ?" tawa teh Rita.
"Biar kaya astronot ! Pake nanya si teteh, tuh minyaknya kalo kena kulit lumayan, bisa bikin kulit melepuh !" gidik Gale pergi dan menyerahkan spatula pada teh Rita.
"Neng, mau kemana atuh. Katanya mau belajar masak ?! Buat calon suami," goda teh Rita menggoda.
"Engga ! Ga apa-apa, nanti yang jadi suamiku senengnya makan beling ko !" pekik Gale. Arka menggelengkan kepalanya, sifat Gale benar-benar mirip Shania-nya dulu.
...----------------...
Suara binatang malam saling bersahutan terdengar nyaring disini, senada dengan suara rindu yang menggema.
Gale menatap ke langit gelap. Nyatanya tak seperti kisah dongeng yang jika kita melihat langit gelap malam hari akan bertabur ribuan bintang, disini yang ada hanya satu, dua cahaya saja. Sisanya semua benda ditelan kegelapan malam.
Sesekali Gale menimpali chat para geng pandawa yang rusuh karena ia tinggal ke Pondok tanpa mengajak mereka. Terdengar lantunan ayat suci dengan suara merdu seorang lelaki. Gale bangkit dan melangkah menuju sumber suara.
Gale menghentikkan langkahnya di balik tembok mushola Pondok, saat menemukan sosok Fatur tengah khusyuk melantunkan ayat demi ayatnya. Bahkan bukan hanya satu menit dua menit saja ia disana untuk memperhatikan. Pintar, mapan, tampan, sungguh pemandangan indah di malam yang indah pula. Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan ?
"Perfect man for perfect woman," Gale menunduk, sayangnya ia bukan si perfect woman itu.
Ucapan Ori benar-benar membuat tingkat kepedean Gale anjlok ke dasar palung.
Lama ia melamun, saat mendongak sosok Fatur sudah tak disana. Suara mengajinya pun sudah tak terdengar lagi.
"Loh, om dokter kemana ?" gumam Gale.
"Nyari abang ?" tanya Fatur dari arah belakang. Karena terkejut ponsel yang ia pegang sampai jatuh tepat di kakinya.
"Astagfirullah !"
Plukk !
"Aw ! Njirr !"
"Om dokter ih ngagetin !" Gale mengusap-usap kakinya setelah mengambil ponsel miliknya. Ketauan sedang ngintipin orang itu sungguh kejadian paling memalukan sepanjang sejarah.
Fatur tiba-tiba berjongkok dan memeriksa kaki Gale yang kejatuhan ponsel tadi, membuat gadis ini jadi salah tingkah dibuatnya.
"Eh, om mau ngapain ?"
"Sakit ?" tanya Fatur, Gale mengangguk, "sedikit."
"Allah maha adil ya, yang suka ngintip dapet ganjarannya, tunai !" tawa Fatur.
"Idih !" Gale cemberut.
"Gale cuma ga sengaja lewat terus denger orang ngaji," jawabnya.
"Oh," jawab Fatur berohria.
"Ih apaan tuh, oh nya kaya ngeledek ?!" tanya Gale menunjuk wajah Fatur yang tertawa kecil saat berohria.
"Lama-lama om dokter ngeselin kaya bang Ori !" ujar Gale memukul bahu Fatur.
"Hey, jangan berdua-duaan di tempat gelap ! Nanti ada jin lewat !" pekik teh Rita saat melewati mushola Pondok, membuat keduanya menoleh.
"Iya jinnya teteh ! Lagian ini di tempat terang, mushola pula..kira-kira aja teh," jawab Gale, sementara Fatur yang sudah berdiri mulai beranjak meninggalkan tempat itu.
"Tuh kan ! Jadinya pacar aku pergi ! Padahal tadinya mau nyari tempat gelap." Tawa Galexia.
.
.
.
bingung koment apa
saaaaa kingggg candu nyaaa sama karya author 👏👏👏💃💃💃