Nova Spire, seorang ahli medis dan racun jenius, tewas tragis dalam ledakan laboratorium saat mencoba menciptakan obat penyembuh paling ampuh di dunia. Tapi kematian bukan akhir baginya—melainkan awal dari kehidupan baru.
Ia terbangun dalam tubuh Kaira Frost, seorang gadis buta berusia 18 tahun yang baru saja meregang nyawa karena dibully di sekolahnya. Kaira bukan siapa-siapa, hanya istri muda dari seorang CEO dingin yang menikahinya demi tanggung jawab karena membuat Kaira buta.
Namun kini, Kaira bukan lagi gadis lemah yang bisa diinjak seenaknya. Dengan kecerdasan dan ilmu Nova yang mematikan, ia akan membuka mata, menguak kebusukan, dan menuntut balas. Dunia bisnis, sekolah elit, hingga keluarga suaminya yang penuh tipu daya—semua akan merasakan racun manis dari Kaira yang baru.
Karena ketika racun berubah menjadi senjata … tak ada yang bisa menebak siapa korban berikutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jatuh
Sesaat waktu seakan berhenti.
Semua yang berada di taman sekolah Sky International School membeku di tempat. Para siswa dan siswi yang tadinya bercengkrama, hingga anak buah Sky yang berjaga dengan sikap waspada, kini menahan napas.
Mereka menyaksikan pemandangan langka di mana seorang gadis jatuh dari pohon mangga dan langsung ditangkap dengan sigap oleh Sky Oliver Dalton, sang pemilik sekolah yang dikenal dingin dan tak tersentuh.
Gadis itu tak lain adalah Kaira Frost.
Kaira yang baru saja jatuh dari dahan, terlihat terkejut sesaat. Namun wajahnya perlahan berubah tenang saat merasakan tangan seseorang menopang tubuhnya dengan kokoh. Ia mengangkat tangannya, meraba-raba pelan wajah pria yang menangkapnya, menyusuri garis rahang dan hidungnya.
"Hmm ... sepertinya yang menangkapku pria tampan," gumam Kaira pelan, cukup terdengar oleh Sky.
Sky yang masih menggendong tubuh Kaira, menaikkan sebelah alisnya. Suaranya dingin namun ada nada tersamar. “Apa kau sudah puas memegang wajahku, Nona?”
Kaira langsung menarik tangannya. Namun bukan minta maaf, bibirnya justru membentuk senyum sinis.
“Wajah yang tampan tidak menjamin isi kepalanya berisi,” ucap Kaira dengan nada tajam. "Baru kali ini aku menyesal memuji seseorang," lanjutnya lagi merasa kesal.
Deg!
Mata Sky sedikit membelalak. Kata-kata itu … gaya bicaranya … tajam, sinis, dan tak kenal takut. Hanya satu orang yang pernah berbicara padanya seperti itu, Nova Spire. Gadis yang telah pergi selamanya, cinta pertamanya yang belum sempat dia miliki.
Sky menelan ludah pelan. “Apa kau memang punya kebiasaan memanjat dan jatuh dari pohon?”
Kaira, masih berada dalam gendongannya, mendongakkan kepala sedikit dengan senyum kecil di wajahnya.
“Tidak biasanya aku jatuh,” jawabnya tenang. “Tapi hari ini ... anginnya terlalu manis, membuatku tergoda.”
Sky mengerjap. “Tergoda … untuk jatuh?”
“Yah,” Kaira mengedikkan bahu. “Bukankah setiap orang pernah jatuh? Entah itu dari pohon, dari cinta, atau dari harga diri.”
Jerry menahan napas. Ia tak yakin harus tertawa atau tetap siaga. Begitu juga para pengawal yang ingin tertawa.
Sky akhirnya menurunkan Kaira perlahan, memastikan gadis itu berdiri dengan seimbang.
“Seharusnya ada aturan larangan memanjat pohon bagi siswi buta,” gumam Sky, separuh mengomel.
Kaira tersenyum miring. “Mungkin sekolahmu harus menyesuaikan diri dengan siswi tidak biasa. Lagi pula, mangga di atas sana memanggilku untuk memetik mereka.”
Sky mendongak, melihat satu orang gadis lagi yang sedang duduk di atas pohon mangga yang buahnya banyak.
Lalu Sky kembali menatap Kaira dalam diam. Dadanya terasa aneh. Ada sesuatu yang mengguncang memorinya. Aura Kaira ... ada yang familiar. Terlalu familiar.
Sky lalu menatap Kaira tajam, kedua tangannya disilangkan di depan dada. Suaranya rendah namun tegas, “Siapa kau sebenarnya?”
Kaira yang berdiri dengan tenang, hanya sedikit memiringkan kepalanya. Dengan nada enteng, ia menjawab, “Aku adalah istri sah dari sepupumu, Tuan, Leonel Frost.”
Sky mendengus pelan. “Aku sudah tahu itu.”
Kaira tersenyum tipis, lalu membalas dengan tajam namun tetap anggun, “Kalau begitu, untuk apa bertanya? Dasar pria kaku.”
Tatapan Sky semakin dalam. Namun ia tidak berkata apa-apa lagi. Dengan satu helaan napas panjang, ia membalikkan badan dan pergi begitu saja tanpa menoleh.
Langkah kakinya berat, tapi pasti. Ia tidak ingin memperlihatkan kekacauan yang mulai membuncah di dalam dadanya.
Setelah sosok Sky benar-benar menghilang di tikungan lorong sekolah, tiba-tiba terdengar suara ranting pohon bergerak.
“Pergi juga akhirnya, sampai bertemu lagi Tuan Langit,” ujar Kaira pelan.
Beberapa detik kemudian, Deilin melompat turun dari atas pohon mangga, menggenggam beberapa mangga muda di tangannya. Napasnya sedikit terengah karena menahan tawa.
“Aku sudah bilang, jangan manjat! Kamu itu buta, Kaira. Gila, ya?” serunya dengan nada kesal namun cemas.
Kaira menyandarkan tubuhnya ke batang pohon. Dengan santai, ia menjawab, “Oh iya … aku lupa kalau aku buta.”
Deilin melongo, tak percaya dengan jawaban sahabatnya.
“Kamu ini ... lupa kalau buta?” ulang Deilin, tak tahu harus tertawa atau memarahi.
Kaira hanya tersenyum kecil. “Iya, kadang-kadang aku merasa ... aku masih Nova.”
Deilin terdiam. Matanya menatap Kaira yang tersenyum datar, dan untuk sesaat ia sadar—gadis di hadapannya ini bukan sekadar buta atau lemah.
Kaira langsung membuyarkan lamunan Deilin. "Ayo! Kita makan mangga!"
****
Di dalam mobil mewah yang melaju pelan di bawah sinar matahari sore, Sky duduk bersandar di kursinya. Tangan kirinya menyentuh dada, merasakan degup jantungnya yang belum juga tenang.
Pikirannya masih dipenuhi oleh sosok gadis yang jatuh dari pohon dan berada dalam gendongannya, Kaira.
"Jerry," ucap Sky tiba-tiba, tanpa menoleh.
"Ya, Tuan?" sahut Jerry yang duduk di kursi depan, menatap tuannya melalui kaca spion tengah.
"Penyelidikan tentang Kaira ... sudah sejauh mana hasilnya?"
Jerry membuka berkas tablet di tangannya, lalu menjawab tenang, "Sejauh ini kami menemukan bahwa pernikahan antara Tuan Leonel dan Nona Kaira terjadi karena sebuah kecelakaan. Beberapa bulan lalu, Tuan Leonel menabrak Nona Kaira hingga membuatnya buta."
Sky mengernyit. "Lalu? Kenapa sampai menikah?"
"Untuk menutupi kejadian itu, Tuan Leonel memutuskan bertanggung jawab dan menikahi Nona Kaira secara sah. Rupanya pihak keluarga Frost tidak ingin reputasi mereka tercoreng karena kasus hukum."
Sky menyandarkan tubuhnya lebih dalam ke kursi, menatap keluar jendela. “Begitu .…”
Jerry melanjutkan, "Namun, menurut sumber terpercaya, meski telah menikah, Tuan Leonel tak pernah menganggap Nona Kaira sebagai istri. Ia memiliki kekasih yang diketahui dekat dengan keluarga Frost, seorang wanita bernama Clarissa."
Sky mengangkat alis, lalu tersenyum samar. “Jadi, selama ini gadis itu diabaikan?”
"Benar, Tuan. Selama ini, Nona Kaira menjalani hidupnya seorang diri, meskipun secara hukum ia istri sah dari Tuan Leonel."
Tak ada balasan dari Sky, hanya napasnya yang terasa berat namun lega. Entah mengapa, mengetahui bahwa gadis itu tidak dicintai oleh sepupunya, membuat hatinya terasa ... senang.
“Menarik,” gumam Sky pelan, nyaris tak terdengar.
🍃🍃🍃🍃🍃
Sky masih menatap keluar jendela mobil yang kini berhenti di halaman mansion miliknya. Hatinya belum tenang. Bayangan wajah Kaira, nada bicaranya, hingga sindiran tajamnya terus terputar dalam kepala.
“Jerry,” ucap Sky perlahan namun dengan nada yang tegas.
“Ya, Tuan?” sahut Jerry dari kursi depan.
Sky memalingkan wajah, menatap mata asistennya melalui kaca pembatas mobil. “Aku ingin kau menyelidiki Kaira lebih dalam lagi. Cari tahu semua yang belum kita ketahui. Kebiasaannya, lingkungannya, siapa saja yang pernah dekat dengannya ... bahkan yang paling sepele sekalipun.”
Jerry sedikit mengernyit. “Apakah ada alasan tertentu, Tuan?”
Sky menyandarkan diri dan memejamkan mata sesaat sebelum membuka kembali kelopaknya dengan tatapan yang dalam.
“Aku tidak tahu siapa dia sebenarnya,” gumamnya lirih. “Tapi setiap kali dia membuka mulut, aku seperti sedang mendengar Nova berbicara.”
Jerry terdiam sejenak, sebelum bertanya dengan hati-hati, “Apakah Tuan ... berpikir dia—”
“Tidak mungkin,” potong Sky cepat. “Nova sudah pergi. Tapi gadis itu ... ada sesuatu dalam dirinya yang membuatku ingin terus melihat dan mendengarnya. Suara itu. Ketajaman lidahnya. Seolah, dia hidup kembali dalam tubuh lain.”
Jerry mengangguk pelan. “Saya mengerti, Tuan. Akan saya urus. Mulai malam ini, saya akan kerahkan tim penuh untuk mengawasi Nona Kaira.”
Sky tidak menjawab. Ia hanya menatap langit malam dari balik kaca. Lalu dengan nada yang jauh lebih pelan, hampir seperti bisikan untuk dirinya sendiri, ia berkata, “Jika kau benar-benar Nova ... kembalilah padaku, meski dalam wujud yang berbeda.”
seirinh wktu berjlan kira2 kpn keira akan bis melihat yaaa
ya panaslah masa enggak kaira tinggl di rumah keluarga fros aja panas padahal tau kalo kaira di sana tidak di anggap,apa lagi ini bukan cuma panas tapi MELEDAK,,,,,,