NovelToon NovelToon
Warisan Mutiara Hitam 3

Warisan Mutiara Hitam 3

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Budidaya dan Peningkatan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:60.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

(Warisan Mutiara Hitam Season 3)

Gerbang dimensi di atas Pulau Tulang Naga telah terbuka, menyingkap "Dunia Terbalik" peninggalan ahli Ranah Transformasi Dewa. Langit menjadi lautan, dan istana emas menjuntai dari angkasa.

Chen Kai, kini menyamar sebagai "Tuan Muda Ye" yang arogan. Berbekal Fragmen Mutiara Hitam, ia memiliki keunggulan mutlak di medan yang melanggar hukum fisika ini. Namun, ia tidak sendirian.

Aliansi Dagang Laut Selatan, Sekte Hiu Besi, dan seorang monster tua Ranah Jiwa Baru Lahir memburu Inti Makam demi keabadian. Di tengah serangan Penjaga Makam dan intrik mematikan, Chen Kai harus memainkan catur berdarah: mempertahankan identitas palsunya, menaklukkan "Istana Terbalik", dan mengungkap asal-usul Mutiara Hitam sebelum para dewa yang tidur terbangun.

Ini bukan lagi perburuan harta. Ini adalah perang penaklukan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jamuan di Atas Awan

Malam turun di Kota Awan Putih, namun kota ini tidak pernah tidur. Menara-menara batu putih bersinar terang oleh formasi cahaya, menciptakan pemandangan malam yang memukau.

Di Penginapan Paviliun Langit—penginapan termewah di kota yang biayanya seribu batu roh per malam—Chen Kai duduk santai di balkon kamar VIP-nya, menikmati teh sambil menatap Pagoda Alkemis di kejauhan.

"Tuan," Zhuge Ming masuk dengan langkah hormat, membawa sebuah kartu undangan berwarna emas murni yang tepinya dihiasi ukiran awan perak. "Undangan dari Tuan Kota dan Tetua Sekte Alkemis Dewa. Mereka mengundang 'Grandmaster Ye' ke Perjamuan Malam Bulan Purnama di Aula Terapung."

Chen Kai mengambil kartu itu. "Cepat sekali. Berita tentang pil pola awan itu pasti sudah sampai ke telinga para petinggi."

"Apakah kita akan hadir?" tanya Gui yang sedang membersihkan cakarnya di sudut ruangan. "Aku mencium bau jebakan. Perjamuan orang kaya biasanya lebih berbahaya daripada medan perang."

"Tentu saja kita hadir," Chen Kai berdiri, merapikan jubah biru barunya. "Ini adalah panggung debut kita. Jika aku tidak muncul, mereka akan curiga aku penipu. Selain itu... aku butuh informasi tentang peserta lain."

Aula Terapung - Puncak Menara Kota.

Aula ini benar-benar melayang seratus meter di atas tanah, ditahan oleh formasi anti-gravitasi raksasa. Lantainya terbuat dari kaca kristal, memperlihatkan pemandangan kota di bawah kaki para tamu.

Musik guzheng yang lembut mengalun. Ratusan tamu elit—alkemis tingkat tinggi, pewaris klan besar, dan tetua sekte—berkumpul, memegang gelas anggur roh sambil berbisik-bisik.

Topik hangat malam ini hanya satu: Alkemis misterius bernama Ye Chen.

"Kudengar dia membuat Pil Tingkat 4 dengan kemurnian 100%," bisik seorang wanita bangsawan.

"Mustahil," bantah seorang pria tua dengan jubah alkemis hijau. "Itu pasti trik visual. Atau dia mencuri pil itu dari reruntuhan kuno."

Saat pintu gerbang aula terbuka dan petugas mengumumkan kedatangan, seluruh ruangan hening.

"Grandmaster Ye Chen dari Laut Timur!"

Chen Kai melangkah masuk. Dia tidak membawa rombongan besar, hanya Gui yang berjalan di belakangnya sebagai pengawal bayangan. Sikap Chen Kai tenang, dingin, dan memancarkan aura percaya diri yang alami—aura seorang raja yang menyamar.

Tatapan mata tertuju padanya. Ada yang kagum, ada yang iri, dan ada yang penuh permusuhan.

Di sudut ruangan, Liu Yan (yang dipermalukan tadi siang) menatap Chen Kai dengan mata merah. Dia berdiri di samping seorang pria paruh baya yang memiliki aura Jiwa Baru Lahir Awal—gurunya, Tetua Besi.

"Itu dia, Guru," bisik Liu Yan. "Orang yang menghina sekte kita."

Tetua Besi mendengus pelan, menatap Chen Kai dengan tatapan tajam. "Tenanglah. Kita akan menguji apakah dia emas asli atau kuningan."

Namun, perhatian Chen Kai tidak tertuju pada mereka. Matanya bertemu dengan seorang wanita muda yang duduk di meja utama, dikelilingi oleh para pengagum.

Wanita itu mengenakan gaun sutra putih yang sederhana namun elegan. Rambut hitamnya dihiasi tusuk konde giok berbentuk bunga teratai. Wajahnya cantik, namun ekspresinya sedingin es abadi.

Putri Lan. Jenius nomor satu Sekte Alkemis Dewa.

Putri Lan menatap Chen Kai. Tatapan mereka bertemu di udara. Tidak ada yang membuang muka.

"Selamat datang, Tuan Ye," suara seorang pria tua yang duduk di kursi utama memecah keheningan. Itu adalah Tuan Kota Awan Putih, seorang Jiwa Baru Lahir Tahap Menengah yang gemuk dan ramah. "Kami sangat terhormat kedatangan tamu agung dari timur."

Chen Kai menangkupkan tangan sopan. "Kehormatan bagi saya, Tuan Kota."

"Silakan duduk," Tuan Kota menunjuk kursi kosong di dekat Putri Lan. Posisi yang sangat prestisius.

Saat Chen Kai duduk, dia bisa merasakan gelombang permusuhan dari para pemuda bangsawan yang mengincar posisi di samping sang Putri.

"Tuan Ye," Putri Lan tiba-tiba bersuara. Suaranya merdu tapi dingin. "Saya mendengar Anda membuat pil pola awan. Teknik dari Laut Timur memang unik."

"Hanya keberuntungan kecil," jawab Chen Kai merendah.

"Keberuntungan tidak menciptakan pola awan," Putri Lan mengambil sebuah teko teh di meja. "Kebetulan, saya sedang menyeduh Teh Roh Sembilan Awan. Ini adalah teh yang membutuhkan kontrol api presisi untuk mengeluarkan aromanya. Maukah Anda mencicipinya dan memberi masukan?"

Ini bukan tawaran minum teh. Ini adalah tantangan.

Putri Lan menuangkan teh itu ke cangkir Chen Kai.

Namun, teh itu tidak cair. Teh itu keluar dari teko dalam bentuk Uap Panas yang berputar-putar.

"Silakan," kata Putri Lan.

Chen Kai tersenyum dalam hati. Menguji kontrol Qi-ku? Teh ini sudah diuapkan dengan panas tinggi. Jika aku tidak bisa memadatkannya kembali, aku akan minum angin kosong dan dipermalukan.

"Teh yang menarik," kata Chen Kai.

Dia tidak menggunakan api. Dia mengangkat cangkirnya.

Di bawah meja, jari Chen Kai mengetuk lututnya.

Aura tak kasat mata menyelimuti cangkir itu.

Uap teh yang berputar liar itu tiba-tiba berhenti. Lalu, uap itu ditarik paksa ke dasar cangkir dan dipaksa kembali ke bentuk cairnya.

Tetes... Tetes...

Dalam tiga detik, cangkir itu terisi penuh oleh cairan teh berwarna hijau jernih yang mengeluarkan aroma sepuluh kali lebih wangi dari sebelumnya.

Chen Kai mengangkat cangkir itu dan menyesapnya dengan elegan.

"Sedikit terlalu panas di awal, Putri. Tapi setelahnya manis."

Keheningan melanda meja utama.

Mata Putri Lan membelalak sedikit—reaksi emosi pertamanya malam itu. Dia tahu betapa sulitnya memadatkan Uap Sembilan Awan. Dia sendiri butuh waktu satu menit penuh dengan api alkimia. Pria ini melakukannya dalam tiga detik tanpa mengeluarkan api?

"Luar biasa," puji Tuan Kota, bertepuk tangan. "Benar-benar Grandmaster!"

Liu Yan di sudut ruangan menggertakkan gigi. "Sialan! Dia pasti menggunakan artefak tersembunyi!"

"Tunggu," sela Tetua Besi, melangkah maju. "Tuan Ye memang hebat. Tapi Alkimia bukan hanya soal teh. Alkimia adalah tentang pengetahuan."

Tetua Besi mengeluarkan sebuah kotak kayu tua yang membusuk.

"Saya baru saja menemukan Resep Kuno dari reruntuhan zaman dahulu. Tapi resep ini tidak lengkap. Banyak bagian yang hilang. Karena Tuan Ye adalah tamu agung, mungkin dia bisa melengkapi bagian yang hilang ini?"

Ini adalah jebakan maut. Melengkapi resep kuno yang tidak dikenal adalah hal mustahil bahkan bagi Grandmaster tingkat 5. Jika Chen Kai salah, dia bisa dituduh merusak warisan kuno atau sekadar dicap bodoh.

Chen Kai melirik kotak itu. Dia bahkan tidak menyentuhnya.

"Guru?" panggil Chen Kai dalam hati.

Di dalam kesadarannya, Kaisar Yao tertawa terbahak-bahak. "Resep itu? Itu adalah 'Resep Pil Tulang Naga' versi cacat yang ditulis oleh muridku yang paling bodoh! Aku yang membuangnya ke tempat sampah!"

Chen Kai tersenyum miring.

"Tetua Besi," kata Chen Kai. "Anda ingin saya melengkapinya?"

"Jika Anda mampu," tantang Tetua Besi.

"Saya tidak perlu melihatnya," kata Chen Kai. "Bahan pertama: Akar Rumput Hantu. Bahan kedua: Darah Ular Besi. Bahan ketiga... Anda pasti mengira itu Bunga Matahari, kan? Salah. Resep aslinya menggunakan Empedu Kodok Es."

Wajah Tetua Besi berubah pucat pasi. Dia sendiri sudah meneliti resep itu selama sepuluh tahun dan baru menebak dua bahan awal. Pria ini menyebutkannya tanpa melihat?

"Dan alasan kenapa resep itu gagal," lanjut Chen Kai kejam, "adalah karena penulisnya mencoba menggabungkan elemen Api dan Es tanpa katalis Tanah. Itu resep sampah. Buang saja."

PRANG!

Gelas di tangan Tetua Besi jatuh pecah.

Seluruh aula menatap Chen Kai dengan horor dan kekaguman. Dia baru saja menyebut warisan yang dibanggakan seorang Tetua sebagai "sampah", dan Tetua itu tidak bisa membantah karena syok.

Putri Lan menatap Chen Kai lekat-lekat. Ada kilatan baru di matanya. Bukan lagi persaingan dingin, tapi rasa penasaran yang membara.

"Tuan Ye," kata Putri Lan. "Saya menantikan pertemuan kita di arena besok."

"Saya juga, Putri," Chen Kai mengangkat cangkirnya.

Malam itu, nama Ye Chen tidak lagi diragukan. Dia bukan lagi kuda hitam. Dia adalah naga yang menyusup ke kandang domba.

1
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Gigi Hitam telah dicabit🤣🤣🤣
Nanik S
Ternyata Loisha bisa swlamat
Nanik S
Joooooost
Nanik S
Putri Lan... jangan biarkan Tetua Besi hidup
Evi Sirajuddin
Mana adikmu KAI 🤭
Chen Ling
Nanik S
Kalau penjaga Gerbang srigala Mutan lalu Tuan Rumahnya sekuat apa
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Lembah kematian
Hendra Yana
makin seruu
BankToso
sehat selalu thor, semangat update ya thor 👍🙏
Nanik S
Kemana Gadis kecil itu
Nanik S
Blaaaaar.... ambil apimu... Hangus dan Gosong 🤣🤣🤣🤣
Nanik S
Nah begitu Kai... gadis kecil perlu ditolong agar tidak patah semangat
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Kai🌺⚔️🌼
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Sriiiinkz 🌼⚔️🌺
Nanik S
Prang.... buang saja resep Sampah
Inulsyila
gaspollll
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yuhuuuuu 🌼⚔️🌺
Nanik S
Harusnya gadis itu diajak sekalian Kai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!