Ketika takdir menginginkannya menjadi sang penguasa, dia malah ingin hidup seperti rakyat biasa, dan walaupun takdir berhasil menjadikannya seorang Dewa yang luar biasa, namun ia lebih memilih untuk menjalani hidup layaknya manusia biasa.
Kemudian, takdir kembali membawanya menuju ke jalan untuk menjadi seorang penguasa tertinggi, namun untuk mendapatkannya, ia harus melalui halangan dan juga rintangan yang sangat berat.
Sedangkan disisi lain, ada bahaya besar yang sedang mengintai seluruh semesta sehingga membuatnya harus berjuang sekali lagi demi menciptakan kedamaian.
Akankah dia berhasil mencapai jalan itu, atau malah berpegang teguh pada keputusannya? Dan apakah dia benar-benar mampu untuk menciptakan kedamaian di seluruh semesta?
Baca kelanjutannya...
Part 1 : 1-118
Part 2 : 120-
IG: @zhie_n15
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Valheinz Z.H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch-14. Kebohongan Dewa Huo
Sebelumnya, di dimensi ke tujuh.
Naga biru raksa yang menangkap Dewa Huo kemudian membawanya menuju ke sebuah istana yang berada di tengah-tengah lautan bintang, lalu ia membawanya menuju ke ruangan takhta milik sang penguasa dimensi ke tujuh, atau yang dikenal dengan nama Dewa Bintang.
"Yang mulia, hamba telah membawa seseorang yang baru saja menerobos masuk ke dimensi ini" ucap Naga Biru raksasa, yang sekarang telah berubah menjadi seorang manusia.
Seorang pemuda yang tengah duduk di singgasana megah mengarahkan pandangannya pada Dewa Huo, aura kekuatan yang terpancar dari tubuhnya mampu membuat Dewa Huo bergidik ngeri, dan tanpa ia sadari, tangan serta kakinya ikut gemetar karena aura dahsyat yang menerpa tubuhnya itu.
"Gawat, pemuda ini tidak mudah untuk dihadapi" ucap Dewa Huo dalam hatinya.
"Siapa kau dan apa tujuanmu datang ke sini?" tanya pemuda tersebut. Meskipun wajah dan tubuhnya terlihat seperti pemuda berumur 25 tahun, tapi usianya sudah jauh melebihi itu.
"Yang mulia, nama hamba Huo, hamba adalah guru dari para Dewa ditempat hamba berasal, dan tujuan hamba datang kemari adalah untuk melarikan diri serta meminta pertolongan."
"Melarikan diri dari apa?" tanya Dewa Bintang.
"Yang mulia, ditempat hamba berasal, ada seorang manusia yang sangat kejam, dia tidak hanya membunuh manusia yang tidak bersalah, tapi juga membunuh para Dewa yang ingin menghentikannya, bahkan murid kesayangan hamba juga menjadi korban dari manusia berhati iblis itu."
Dewa Bintang masih belum menunjukkan reaksi apapun, ia hanya fokus mendengarkan cerita Dewa Huo untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
"Karena kekejamannya ini, dimensi tempat hamba berasal menjadi sangat kacau, orang-orang diselimuti oleh rasa takut dan terus dihantui oleh kekejamannya."
"Lalu, kenapa kau bisa sampai di sini?"
Dewa Huo kemudian menjelaskan jika dirinya berhasil melarikan diri saat orang yang ia maksud menyerang istana Dewa, ia juga mengatakan jika dirinya tengah terluka parah akibat serangan orang itu. Lalu, ia juga mengatakan bahwa orang yang ia maksud berencana untuk menebar kegelapan di alam semesta.
"Menebar kegelapan? Sepertinya dia sangat sombong sampai berani mengatakan hal itu."
"Benar sekali, yang mulia. Orang itu sangatlah sombong dan tidak punya sisi baik sedikitpun" sahut Dewa Huo.
"Lalu, apa kau mengetahui nama orang itu?"
Dewa Huo mengangguk pelan, "Namanya Lin Feng, dia adalah orang yang sangat berbahaya."
"Baiklah, aku sudah mendengar semua ceritamu, tapi maaf, aku tetap harus memenjarakan dirimu karena telah menerobos ke dimensi ini" sahut Dewa Bintang, kemudian meminta salah satu bawahannya untuk membawa Dewa Huo ke penjara khusus.
"Shen Long, awasi dia, jangan sampai dia melarikan diri dari penjara."
"Baik, yang mulia."
"Yang mulia, apa pendapat Anda mengenai cerita pria itu?"
"Aku tidak percaya padanya, meskipun aku tidak menemukan kebohongan dalam dirinya saat bercerita tadi, tapi aku yakin ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan dari kita."
"Lalu, apa yang harus kita lakukan, yang mulia?"
"Untuk saat ini, kita hanya perlu mengawasinya saja dan satu lagi, perketat penjagaan, jika ada seseorang yang ciri-cirinya sama dengan orang yang diceritakan oleh Huo, tangkap dan bawa dia ke hadapanku!"
"Baik, yang mulia!"
Setelah memberikan perintah, Dewa Bintang kemudian beranjak dari singgasananya dan pergi meninggalkan ruangan tersebut, setelah cukup jauh, ia tiba-tiba saja menghentikan langkah kakinya.
Wushh!
Sebuah tombak emas dengan ujung berbentuk kepala naga serta mata tombak berwarna biru, melesat terbang dengan kecepatan dan berhenti tepat didepan Dewa Bintang, tombak yang tengah melayang itu nampak bergetar hingga mengeluarkan suara dengungan yang khas.
"Dragon Spear, apa kau juga merasakannya?" Dewa Bintang menyentuh tombak tersebut dan berhasil membuatnya berhenti bergetar, "Kita harus bersiap-siap, karena sebentar lagi, peristiwa besar akan terjadi" lanjutnya.
Tidak lama kemudian, tiga wanita cantik datang menghampiri Dewa Bintang, dua diantaranya terlihat seperti gadis muda yang masih berumur 20 tahun, sedangkan yang satunya lagi masih berumur 15 tahun.
"Ayah, apa yang membuat ayah begitu khawatir?"
Dewa Bintang tersenyum sembari menggelengkan kepalanya, "Tidak ada apa-apa putriku, mungkin ayah hanya kelelahan saja" ucapnya.
Luo Li yang merupakan istri sang Dewa Bintang, sekaligus ibu dari kedua gadis cantik di kedua sisinya, dapat membaca kekhawatiran dari raut wajah suaminya itu, walaupun ia mencoba untuk menutupinya, tapi sebagai seorang istri, ia tentu lebih mengetahui seperti apa watak suaminya tersebut.
"Lien'er, Yun'er, sebaiknya kalian berdua menemui kakek, ibu ingin bicara dengan ayah kalian terlebih dahulu."
"Baik, Bu" jawab keduanya serempak, lalu pergi meninggalkan ayah dan ibunya di sana.
"Suamiku, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Luo Li setelah kedua anaknya pergi.
"Hah" Dewa Bintang menghela napas panjang, "Sesuatu yang sangat buruk akan menimpa alam semesta ini, dan aku dapat merasakan adanya pertarungan besar yang tengah menungguku di depan sana."
Luo Li mendekat dan memeluk erat suaminya, "Jika memang harus bertarung, aku... tidak, maksudku kami semua akan selalu ada di sisimu, sama seperti saat kita berjuang waktu itu."
"Terima kasih, istriku."
***
Daratan Xuanwu, dimensi kedua.
"Bagaimana keadaanmu? Apa kau baik-baik saja?"
"Jauh dari kata baik, tubuhku terasa seperti ingin remuk" jawab raja Dewa.
Setelah pertarungan dahsyat itu berakhir, Lin Feng dan raja para Dewa di dimensi kedua mendadak menjadi akrab, dan saat ini, mereka berdua tengah duduk mengobrol di tengah-tengah kawah raksasa yang tercipta karena ledakan dahsyat sebelumnya.
"Benar juga, aku lupa memperkenalkan diriku padamu, namaku Shen Yao" ucap raja para Dewa.
"Shen Yao, aku akan mengingat namamu, dan sampai kapanpun, pertarungan kita tidak akan pernah aku lupakan" sahut Lin Feng.
"Asura, apakah aku boleh menanyakan sesuatu?"
"Silahkan."
"Kenapa kau tidak membunuhku saat itu? Padahal kau memiliki kesempatan untuk melakukannya"
Lin Feng mengangkat sudut bibirnya, "Sejujurnya, aku tidak memiliki dendam denganmu dan aku tidak ingin dimensi ini kacau karena tidak memiliki seorang penguasa."
Sebenarnya, Lin Feng bisa saja membunuh Shen Yao setelah mereka terkena ledakan, karena pada saat itu, Shen Yao tengah terkapar di tanah dan sulit baginya untuk bangkit. Akan tetapi, Lin Feng lebih memilih untuk membantunya karena beberapa alasan yang telah ia pertimbangkan sebelumnya.
Salah satunya adalah karena ia memang tidak memiliki dendam apapun dengan Shen Yao atau para Dewa dari dimensi ini, walaupun para Dewa itu sangatlah sombong dan sempat membuatnya kesal, namun Lin Feng lebih memilih untuk memaafkan mereka, karena ia tidak ingin dimensi ini mengalami kekacauan karena ulahnya.
Dan jika saja dia tidak memikirkan kehancuran yang akan terjadi, mungkin Lin Feng benar-benar akan membunuh mereka semua, terutama Dewa Kematian yang sejak awal sudah mengganggu ketenangannya. Selain itu, ia juga sudah berjanji pada Dewi Nuwa untuk tidak menyebabkan kekacauan, jadi yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah mencoba sebisa mungkin untuk tidak membuat kekacauan.
"Kau adalah Dewa yang menarik, Asura. Bagaimana kalau kita berteman, apa kau mau?"
"Lin Feng, namaku Lin Feng."
"Lalu, nama Asura yang kau sebutkan tadi itu nama siapa?"
"Lin Feng adalah namaku yang asli, sedangkan Asura, itu hanya kebiasaan teman-temanku saja dan tidak ada yang spesial dari nama itu" jawab Lin Feng.
"Baiklah, apa aku juga boleh memanggilmu Asura? Maksudku, kita sudah menjadi teman, bukan? Jadi tidak ada salahnya jika aku memanggilmu dengan nama Asura seperti teman-temanmu yang lain" sahut Shen Yao.
"Terserah kau saja."
makin kerenn nih cerita best lah thor