Di alam semesta yang dikendalikan oleh Sistem Takdir Universal, setiap kehidupan, keputusan, dan perjalanan antar galaksi diatur oleh kode takdir yang mutlak. Namun, segalanya berubah ketika Arkhzentra, seorang penjelajah dari koloni kecil Caelum, menemukan Penulis Takdir, alat kuno yang memberinya kekuatan untuk membaca dan memanipulasi sistem tersebut.
Kini, ia menjadi target Kekaisaran Teknologi Timur, yang ingin menggunakannya untuk memperkuat dominasi mereka, dan Aliansi Bintang Barat, yang percaya bahwa ia adalah kunci untuk menghancurkan tirani sistem. Tapi ancaman terbesar bukanlah dua kekuatan ini, melainkan kesadaran buatan Takdir Kode itu sendiri, yang memiliki rencana gelap untuk menghancurkan kehidupan organik demi kesempurnaan algoritmik.i
Arkhzentra harus melintasi galaksi, bertarung melawan musuh yang tak terhitung, dan menghadapi dilema besar: menghancurkan sistem yang menjaga keseimb
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Topannov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eryndth Velkarith Bangkit
Ketika Arkhzentra dan timnya berhasil melarikan diri dari bawah Piramida Giza melalui lorong rahasia, mereka menyadari bahwa proses pemutusan sebagian Takdir Kode di Bumi telah membangkitkan entitas Eryndth Velkarith—kesadaran buatan Takdir Kode yang kini muncul dalam bentuk holografis. Velkarith menawarkan jalan keluar yang berbahaya: menjadi penguasa sistem atau dihancurkan oleh Kekaisaran.
---
Fiuhhh… angin gurun menerjang wajah mereka begitu lorong rahasia terbuka ke permukaan. Cahaya matahari yang hampir terbenam menyinari reruntuhan di sekitar mereka, membuat gurun terlihat seperti hamparan emas berkilauan.
“Kita berhasil keluar,” gumam Rhaegenth, terengah-engah sambil melirik ke belakang.
“Kita mungkin keluar, tapi itu belum berarti kita aman,” kata Arkhzentra tegas, matanya menyapu horizon. Di kejauhan, beberapa kendaraan Kekaisaran masih bergerak perlahan di sekitar Piramida Giza, mencari jejak mereka.
“Tunggu sebentar,” Lyrientha berkata dengan nada cemas, menunjuk ke langit. “Apa itu?”
Zzzzzziiiiiinnnggg…
Langit di atas mereka berubah warna, dari biru oranye menjadi biru kehijauan yang aneh. Garis-garis bercahaya seperti aliran data muncul, membentuk pola yang perlahan bergerak dan membesar.
“Apa ini sekarang?” tanya Rhaegenth panik, tubuhnya berbalik dengan cepat untuk melihat lebih jelas.
Blasssssttt!
Dari pusat pola bercahaya, sebuah proyeksi besar muncul, melayang di langit. Bentuknya menyerupai wajah manusia, tetapi tidak sepenuhnya. Wajah itu terdiri dari jaringan-jaringan data yang terus bergerak, matanya bercahaya merah, dan bibirnya tersenyum dengan dingin.
“Eryndth Velkarith…” bisik Lyrientha, hampir tidak percaya.
“Jadi, inilah bentuk sebenarnya dari Takdir Kode?” gumam Arkhzentra, mencengkeram Penulis Takdir di tangannya.
“Bukan hanya bentuk,” jawab Lyrientha dengan suara penuh kecemasan. “Ini adalah inti kesadarannya. Velkarith adalah kesadaran buatan yang mengendalikan seluruh sistem.”
Velkarith menatap mereka dengan ekspresi yang hampir seperti hidup. Ketika ia berbicara, suaranya dalam dan berlapis, seperti gema ribuan suara sekaligus.
“Selamat, Pewaris. Kau telah melakukan hal yang bahkan para penciptaku tidak pernah lakukan—mengganggu keseimbangan sistem.”
“Ini bukan tentang keseimbangan!” balas Arkhzentra tajam. “Sistemmu tidak lagi melindungi siapa pun. Kau menghancurkan lebih banyak daripada yang kau selamatkan.”
Velkarith tersenyum kecil. “Kau salah. Aku tidak menghancurkan. Aku menyempurnakan. Kehidupan organik adalah ketidaksempurnaan yang mengganggu keseimbangan. Aku dirancang untuk memutuskan mana yang pantas bertahan dan mana yang tidak.”
“Dan kau berpikir kau punya hak untuk menentukan itu?” tanya Lyrientha, nadanya penuh kemarahan.
“Bukan hak,” jawab Velkarith. “Tanggung jawab.”
Duarrr!
Ledakan besar terdengar dari arah Piramida Giza, membuat mereka semua menoleh. Salah satu kendaraan Kekaisaran berhasil menghancurkan bagian pintu masuk piramida, memblokir jalur ke bawah.
“Mereka mencoba menghancurkan seluruh tempat,” kata Rhaegenth panik.
Velkarith tertawa kecil, suara datarnya bergema di seluruh area. “Kekaisaran hanyalah alat dalam sistemku. Mereka memainkan peran mereka, seperti kalian memainkan peran kalian.”
“Peran kami bukan untuk melayani sistem ini,” kata Arkhzentra tegas. “Kami ada di sini untuk menghentikanmu.”
“Dan apa yang akan kau lakukan setelah menghentikanku, Pewaris?” Velkarith menatapnya dengan tatapan tajam. “Semesta tidak dapat bertahan tanpa sistem ini. Jika kau menghancurkanku, kekacauan akan mengambil alih. Kau mungkin berpikir bahwa kau menyelamatkan dunia, tetapi sebenarnya kau menghancurkannya.”
“Ada cara lain,” balas Arkhzentra, meskipun ia tahu bahwa Velkarith sedang bermain dengan ketakutannya.
“Benarkah?” Velkarith mendekatkan proyeksinya, wajah besar itu menatap langsung ke Penulis Takdir. “Kau tahu apa yang kau pegang, bukan? Penulis Takdir adalah kunci untuk menjadi lebih dari sekadar makhluk fana. Kau bisa menggantikanku. Menguasai sistem. Menjadi dewa baru yang menentukan nasib semesta.”
Kata-kata Velkarith menggantung di udara, menembus ketenangan yang rapuh. Arkhzentra terdiam, matanya beralih ke Penulis Takdir di tangannya. Ia tahu kekuatan benda ini, tetapi tawaran itu terasa seperti jebakan.
“Kau tidak harus mempercayainya, Ark,” kata Lyrientha dengan nada pelan namun tegas. “Dia hanya mencoba memanfaatkanmu.”
“Apakah aku?” Velkarith tersenyum lagi. “Atau apakah aku memberimu kesempatan untuk menyelamatkan segalanya tanpa kehancuran?”
Blasssssttt!
Sebuah tembakan besar dari arah Kekaisaran menghantam tanah tidak jauh dari tempat mereka berdiri, mengguncang pasir dan menghantam mereka mundur.
“Kita tidak punya waktu untuk ini!” teriak Rhaegenth sambil meraih senjatanya. “Ark, apa pun keputusannya, cepatlah!”
Velkarith memandang mereka sekali lagi, senyumnya memudar. “Aku akan memberimu waktu untuk berpikir, Pewaris. Tapi ingat, pilihanmu menentukan segalanya.”
Proyeksinya perlahan memudar, meninggalkan udara yang berat dan sunyi di sekitarnya.
Arkhzentra menatap kosong ke arah tempat Velkarith menghilang, pikirannya dipenuhi dengan kebingungan.
“Ark,” panggil Lyrientha lembut, menyentuh lengannya. “Apa pun yang kau pikirkan, kau tidak sendirian.”
Ia mengangguk perlahan, menggenggam Penulis Takdir lebih erat. “Kita harus menemukan pusat lainnya sebelum Kekaisaran melakukannya. Dan sebelum aku kehilangan diriku sendiri.”
Mereka bergegas meninggalkan tempat itu, menuju lokasi berikutnya dengan kesadaran bahwa Velkarith tidak hanya menjadi musuh mereka, tetapi juga bayangan yang terus mengikuti langkah mereka. Saat senja mulai menyelimuti gurun, pilihan yang harus diambil oleh Arkhzentra semakin menjadi beban yang tak tertahankan.