Petualangan para gadis-gadis cantik dengan berbagai rintangan kehidupan sehari-hari mereka.
Tak memandang jabatan apapun, mereka adalah gadis-gadis yang berjuang. " Di keluarga Riyu"
Bagaimana keseruan cerita mereka? yuk langsung baca,dan tinggalkan jejak sebagai tanda telah hadir mengabsensi diri dengan para gadis cantik! selamat membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Akhirnya Meraih Mimpi.
Rumah kaca,dengan ornamen mewah memanjakan mata. Perlengkapannya terbuat 86% dari kayu jati yang kokoh. Terlihat begitu sempurna dan menenangkan.
"Meskipun Raeba sanggup menguak rahasia kelompok ilmu hitam. Tetapi Dia tetaplah seorang gadis yang lemah, aku takut putri kita menjadi incaran banyak penjahat setelah ini. Apa Kamu juga berpikir hal yang sama denganku?" Grand Duchess Gilia, memutar bola matanya menatap ke arah sang suami yang duduk di sampingnya.
Grand Duke Riyu,tanpa sadar mengangguk. Apa yang di katakan oleh istrinya benar,jika pemimpin kelompok ilmu hitam mengetahui siapa penyebab dari terbongkarnya kasus yang di bangunnya, pasti Dia tidak akan melepaskan Raeba sampai anak gadis itu membayar semuanya.
"Tapi,jika kita ikut mendukung mimpinya untuk menjelajahi dunia, memberantas maraknya kejahatan yang terjadi. Pasti putri kita tidak akan terlalu kewalahan menghadapi semuanya." Jawab Grand Duke Riyu, dengan wajah penuh harap dari istrinya.
Grand Duchess Gilia, mengangguk. "Aku setuju,tapi jika terjadi hal yang tidak di inginkan,aku tidak ingin berkomentar banyak."
Selesai berbincang tentang Raeba, keduanya kembali pada pekerjaan masing-masing. Sedangkan Raeba, gadis itu ingin pergi ke suatu tempat yang lumayan jauh malam ini, jadi ia menyediakan beberapa bekal yang di perlukan nanti saat disana.
•••
Di ruangan santai Ruyika Natala Riyuna. Gadis itu meringis beberapa kali saat Vena memijit seluruh tubuhnya, karena terasa pegal-pegal dan ngilu.
"Vena! Jangan keras-keras. Ini sangat sakit, kenapa kau memijatnya terlalu kuat?" Teriaknya dengan air mata yang berlinang.
Vena, menggaruk pipinya yang tidak gatal. Bingung mau merespon seperti apa lagi, sedari tadi gadis itu hanya memijatnya dengan asal-asalan, nyatanya Ruyika masih merasakan sakit.
"I-ini sudah sangat pelan, Nona Ruyika. Mungkin jika tabib yang melakukannya akan terasa lebih kuat dari pada ini,baru 0.5% saja kekuatan yang saya salurkan Nona Ruyika." sahut Vena setelah mencari jawaban yang pas.
Ruyika menggelengkan kepalanya. Menurutnya belajar ilmu bela diri sangat mengurus tenaga. Membuat seluruh tubuhnya terasa sakit semua.
"Vena? Tolong hentikan! Aku sudah tidak kuat,ha..kakiku." Raungnya dengan suara melengking, meskipun demikian Vena tidak kunjung berhenti, karena ia harus membuat junjungannya sehat kembali.
Memelototi pelayan pribadinya, Ruyika menarik kakinya dengan paksa. Ketika anak pertama Grand Duke Riyu dan Grand Duchess Gilia itu sudah tidak tahan lagi. Entah kemana perginya kesabaran setinggi gunung Kowa gadis itu. Ia,seakan melupakan semuanya.
"Nona Ruyika?" Keterkejutan Vena melihat junjungannya yang seakan memberontak. Gadis itu menarik napas panjang kemudian membuangnya dengan penuh tenaga.
"Sudah tidak apa-apa,Vena. Jika aku lemah seperti ini pasti besok Raeba dan Raega akan semakin menambah waktu latihannya." Ruyika terpekur sejenak. Ia, harus bisa menjadi wanita kuat seperti adik-adiknya.
Gadis itu segera berdiri dan berjalan menuju ke luar ruangan. Mengambil ember dan menyirami tanaman yang berada di sana. Pikirnya ini sebagai bentuk latihan fisik.
Vena,dan para pelayan yang melihat Nonanya hanya bisa diam mematung sambil menatap penuh makna kepada junjungannya.
Malam semakin larut, Ruyika, terduduk lemas sambil menarik napas secara teratur. Menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang sehabis menyiram ratusan pot tanaman bunga.
"Nona Ruyika?" Panggil Vena seraya ikut duduk di samping gadis cantik bermata hijau kebiruan itu,dan mengulurkan secawan air putih kepadanya.
"Terimakasih,Vena. Ah, rasanya sangat lega, sekarang aku bisa istirahat dengan tenang." sahutnya meneguk secawan air putih yang di bawakan oleh,Vena.
•••
Malam-malam berlalu seperti biasanya, Raeba, yang akan keluar secara diam-diam dan Aya yang selalu menjadi perantara dengan kedua orang tua Raeba. Namun,malam ini seakan menjadi malam yang paling terindah bagi gadis cantik bermata hijau kekuningan itu. Entah mendapatkan angin dari mana Grand Duke Riyu dan Grand Duchess Gilia, mereka merestui putri keduanya untuk meraih mimpinya menjadi penakluk dunia.
"Benarkah Ayah,Ibu? Aku dan Aya boleh tinggal di luar kediaman?" Dengan mata yang berkaca-kaca gadis itu berucap syukur atas kebaikan hati kedua orang tuanya.
Grand Duke Riyu dan Grand Duchess Gilia saling pandang saat melihat wajah berseri putrinya. Selama ini mereka memilih ego untuk mengekang anaknya di dalam kediamannya. Namun, hari ini mereka menyurutkan ego demi kebahagiaan ketiga anaknya.
"Benar. Kamu bisa keluar dari kediaman, tapi dengan syarat,untuk kebutuhan sehari-harimu dan Aya,akan tetap dalam tanggung jawab kami." Sahut Grand Duke Riyu, dengan wajah setenang riak air danau.
Siapa saja yang memandang ke arahnya saat ini akan merasakan kedamaian yang abadi. Bahkan wajahnya yang kokoh semakin berwibawa di pandangan keluarganya. Raeba, tersenyum senang.
"Tentu saja,Ayah. Tidak apa-apa,aku tidak masalah untuk keuangan, jikapun kami mandiri aku akan tetap menerimanya dengan lapang dada." Jawab Raeba dengan penuh kepastian.
Ruyika,dan Raega, terpekur dengan wajah yang tertunduk. Mereka berdua sangat bersyukur Karena akhirnya keinginan terbesar putri kedua akhirnya bisa di wujudkan.
"Darmo,sudah menyiapkan kereta kuda untuk mengiringi perjalanan kalian,dan mengantarkan keperluan dalam satu bulan kedepannya,ke kediaman yang akan kalian tempati." Ujar Grand Duke Riyu.
"Apa, kalian akan berangkat malam ini juga?" Tanya Grand Duchess Gilia, yang baru membuka suaranya karena masih tidak percaya bahwa ia sanggup melepaskan putri keduanya untuk meraih mimpinya menjadi pengembara di luaran sana.
"Iya,Ibu. Malam adalah perjalanan yang sangat baik. dengan begitu tidak banyak orang yang mengetahui kepergian kami." Ucap Raeba memandangi wajah sang,Ibu.
Grand Duchess Gilia,tak lagi berbicara Ia hanya mengangguk dengan pikirannya.
•••
Semua keperluan sudah di letakkan di atas kereta kuda,dan untuk uang Raeba sendiri yang memegangnya. Mereka akan segera berangkat. Sebelum pergi Raega dan Ruyika berpelukan dengan Raeba.
"Berhati-hatilah, kakak kedua. Jika sudah sukses maks kembalilah ke kediaman." ucap Raega dengan tulus, pemuda itu menangis karena akan berpisah dengan kakaknya.
"Jaga kesehatan dan diri baik-baik, Raeba. Kakak akan belajar darimu menjadi wanita kuat yang mampu menjaga diri sendiri dan Ayah,Ibu,dan Raega." Lirih Ruyika dengan wajah sembab. Gadis itu sudah mengetahui semua ini dari beberapa hari yang lalu,dan selama itu pula ia menangis setiap malamnya.
"Kakak kedua,aku pasti akan menyusulmu." Raega, menepuk pundak Raeba dan melepaskan pelukannya.
"Jaga dirimu baik-baik,nak! Ayah pasti akan selalu menjagamu dari jauh, ingat! Jangan lupa jalan kembali." Tutur Grand Duke Riyu, memeluk erat tubuh sang putri.
"Baik,Ayah. Nasihatmu akan selalu aku genggam hingga akhir." balas Raeba dengan air mata yang luruh di dada bidang Ayahnya.
Grand Duchess Gilia,mengusap lembut Surai sang anak, tersenyum lembut, lalu mencium kening Raeba dengan tulus.
"Jadilah Gadis tangguh seperti impianmu, Do'a Ibu selalu menyertaimu, jangan menoleh ke belakang apapun yang terjadi. Mulai malam ini anggaplah Ibu menghukum mu,dan kembali setelah hukuman yang Ibu berikan sudah selesai! Putri kuat,Ibu." Lirih Grand Duchess Gilia, dengan wajah tenang seakan melawan takdir alam yang menghantuinya.
"Pergilah, sebelum keputusan kami berbalik arah!" Teriak Grand Duke Riyu dengan lantang. Semua yang berada di kediaman melepas kepergian Raeba dan Aya dengan air mata kehangatan.