Hallo guyss ini novel aku tulis dari 2021 hehe tapi baru lanjut sekarang, yuks ikutin terus hehe.
Bagaimana jadinya jika seorang pria mengajak wanita tak dikenal membuat kesepakatan untuk menikah dengannya secara tiba tiba? ya itu terjadi dengan Laura dan Alva yang membuat kesepakatan agar keduanya menjadi suami istri kontrak, dalam pernikahan mereka banyak rintangan yang tak mudah mereka lewati namun dalam rintangan itulah keduanya dapat saling mengenal satu sama lain sehingga menimbulkan perasaan pada keduanya.
apakah pernikahan mereka akan berakhir setelah kontrak selesai atau mereka memilih mempertahankan pernikahan? yuk ikuti terus kisah Alva dan Laura
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Yulianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13
Pagi hari Laura melihat sekitarnya sudah tidak ada orang, Alva sudah pindah ke kamarnya entah sejak kapan. Laura memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum keluar.
"Sshh!!" Laura berjalan sangat pelan agar perih diarea itu tidak terlalu sakit.
Laura mencari ponselnya dan mencari gejala yang dialami seseorang ketika melakukan hubungan untuk pertama kali.
"Aahh jadi ini memang sudah biasa dialami seseorang," gumam Laura lalu meletakkan ponselnya dan kembali berjalan menuju kamar mandi.
Mungkin berendam di air hangat akan membuat tubuhnya sedikit lebih baik dari sekarang, Laura belum terbiasa dengan keadaan saat ini jadi dia tidak bisa membuat dirinya nyaman.
Sedangkan dikamar Alva, pria itu duduk termenung dengan apa yang ia lakukan semalam.
"Kau akan mati Rain," ucap Alva.
Pria itu menghubungi asistennya untuk meminta penjelasan mengenai status Laura.
"Iya tuan muda ada apa?" Tanya Rain.
"Apa Laura masih perawan?" Tanya Alva tanpa basa-basi.
"Iya tuan muda," jawab Rain tanpa suara berdosa.
"Raiin apa aku pernah mengatakan kau mencari seseorang dengan status masih perawan hahh!" Alva memijit pelipisnya frustasi.
"Tuan muda kau juga tidak mengatakan mencari kandidat yang sudah tidak perawan," ucap Rain.
"Tapi seharusnya kau tau aku hanya membutuhkan anak bukan merusak mahkota anak orang," kata Alva.
"Memang salahnya dimana tuan muda, kau sudah mendapat surat sah ikatan suami istri dari negara jadi berhubungan dengan istri sendiri tidak ada larangan," ucap Rain.
Alva membeku sejenak, dia lupa jika sebuah kertas yang ia minta dari Rain mengubah statusnya dengan Laura meski semua itu hanya diketahui oleh mereka bertiga.
"Ahh kau membuatku frustasi Rain," ucap Alva lalu memutuskan sambungan.
Rain sudah biasa menjadi ujung permasalahan jika Alva memutuskan sesuatu jadi dia hanya menggelengkan kepala lalu melanjutkan perjalanan menuju kantor.
Alva membuat keputusan untuk melayani Laura dihari pertamanya karena ia mendengar dari beberapa temannya jika seseorang baru pertama kali melakukan hubungan rasanya lebih sakit.
Ceklek
Laura membuka pintu kamarnya dan berjalan menuju pintu utama dengan langkah pelan.
"Laura!" Panggil Alva.
"Ya?" Laura memutar tubuhnya menghadap dapur.
"Kemari."
"Mm aku harus pergi ke butik," ucap Laura.
"Hari ini butik libur jadi tidak perlu pergi."
"Kata siapa?"
"Aku sekarang kemari dan duduk," ucap Alva.
Laura mengangguk dan berjalan menuju dapur, gadis itu meletakkan tasnya dan duduk dengan sangat pelan.
"Sakit?" Tanya Alva tanpa menatap Laura.
"Sedikit," jawab Laura.
"Minumlah," Alva memberikan jus strawberry seperti biasa yang gadis itu minum.
"Selama proses kehamilan kau harus makan dan minum dengan teratur dan pastinya sehat," ucap Alva.
Laura mengangguk sembari meminum jus strawberry.
Tok..tok..tok
Alva berjalan menuju pintu lalu membukanya dan ternyata Rain menjadi tamu pertama di pagi hari.
"Tuan muda ini surat surat yang kau minta," ucap Rain.
"Baiklah kembali ke kantor untuk mengurus meeting, aku tidak bisa ke kantor hari ini," kata Alva.
Rain mengangguk lalu pamit undur diri sedangkan Alva kembali menuju dapur dan memberikan Laura bukti tentang status mereka.
"Ini yang kau inginkan bukan."
"Mm" Laura mengangguk pelan.
"Baiklah karena hari ini aku tidak ada jadwal jadi aku akan menemanimu seharian," ucap Alva.
"Pesanan orang sangat banyak dibutik, aku tidak bisa meninggalkan pekerjaan," kata Laura.
"Pekerjaan mu hanya mendesain dan merancang, kerjakan disini saja. Ingat Laura program kehamilan mu harus dijaga ketat," kata Alva dengan serius.
"Baiklah aku akan mengerjakannya disini."
Tring.. tring.. tring
Laura melihat jelas nama Tania sedang menghubungi Alva dilayar ponselnya.
"Halo."
"Sayang kau tidak datang ke apartemen hari ini, aku sangat kesepian," ucap Tania dengan suara manja.
Alva mengecilkan volume ponselnya karena Laura mendengar ucapan tadi.
"Aku akan datang nanti," kata Alva dengan suara datar sembari menatap Laura.
"Baiklah aku menunggumu sayangku."
"Mm sampai jumpa."
Alpa memutuskan sambungan lalu menghela nafas, tadi dia berjanji akan diam dirumah menemani Laura tapi Tania menyuruhnya datang ke apartemen.
"Pergilah aku tidak akan mencampuri urusan kalian, aku akan bekerja sesuai porsinya," ucap Laura.
"Baiklah aku akan pergi tapi ingat kau tidak boleh melangkahkan kakimu dibutik."
Laura mengangguk pelan, Alva kembali kekamar untuk bersiap siap menemui kekasihnya sedangkan Laura duduk bersila didepan meja dengan segala peralatan menggambar dan contoh kain yang akan ia gunakan untuk merancang pakaian.
Laura tidak akan peduli dengan sekitar ketika sudah bersangkutan dengan fashion.
"Laura," panggil Alva.
"Iya?" Jawab Laura.
Tutur bahasa gadis ini sangat lembut dan sopan tapi kenapa keluarganya tidak memperlakukan nya dengan baik, mereka seperti ingin membuang gadis ini, batin Alva.
"Aku akan pergi sekarang."
"Ya hati hati dijalan," ucap Laura tanpa menatap Alva.
Kenapa dia bahagia sekali bermain dengan pulpen dan kain itu, batin Alva.
"Aku pergi," Alva mengelus puncak kepala Laura lalu pergi keluar rumah.