Novi adalah seorang wanita seorang agen mata-mata profesional sekaligus dokter jenius yang sangat ahli pengobatan dan sangat ahli membuat racun.
Meninggal ketika sedang melakukan aktivitas olahraga sambil membaca novel online setelah melakukan misi nya tadi malam. Sayangnya ia malah mati ketika sedang berolahraga.
Tak lama ia terbangun, menjadi seorang wanita bangsawan anak dari jendral di kekaisaran Dongxin, yang dipaksa menikah oleh keluarga nya kepada raja perang Liang Si Wei. Liang sangat membenci keluarga Sun karena merasa mencari dukungan dengan gelar nya sebagai salah satu pangeran sekaligus raja perang yang disayang kaisar.
Tepat setelah menikah, Novi melakukan malam pertama, ia menuliskan surat cerai dan lari. Sayangnya Liang, selalu memburu nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Denyut Nadi Ini
Suara lirih dan minta tolong itu, seperti erangan tertahan. Sun Yu Yuan seketika waspada. Ia merunduk, lalu perlahan menyusuri arah suara dengan langkah ringan dan hati-hati.
Tak jauh dari semak berduri, ia menemukan seorang pria paruh baya tergolek lemah. Wajahnya pucat, tubuhnya terbaring miring dengan luka dalam di betisnya, darah mengalir cukup deras membasahi celananya.
“Tuan!” seru Sun Yu Yuan, mendekat cepat. Ia berlutut di samping pria itu. “Apa yang terjadi?”
Pria itu mendongak pelan, napasnya tersengal.
“A-aku terjatuh dari tebing kecil saat mencari tumbuhan obat, lututku terhantam batu tajam dan kurasa... ada racun di ujung luka, lihatlah darahnya menghitam.”
Mata Sun Yu Yuan menajam. Ia memperhatikan luka itu, benar, darah di sekitar luka tampak gelap, dan tepi luka membiru. Ini bukan luka biasa, melainkan luka akibat duri berbisa, kemungkinan berasal dari tanaman beracun pegunungan.
"Kalau begini terus, racunnya bisa masuk ke aliran darahmu." gumamnya tegas.
Tanpa menunggu lama, ia bergerak cepat. Matanya menyapu sekeliling. Ia mengenali beberapa tanaman yang familiar.
“Tunggu di sini. Aku akan kembali sebentar.”
Ia berlari ringan ke arah lereng sedikit lebih tinggi, lalu kembali dengan beberapa tanaman berdaun lebar, batang mungil, dan akar yang masih basah. Ia mengeluarkan pisau kecil dari sabuknya, mengiris batang salah satu tanaman dan mengeluarkan getahnya.
“Aku akan membersihkan lukamu dulu.”
Pria itu mengangguk lemah. Sun Yu Yuan mengeluarkan botol kecil berisi air dari kantongnya, menuangkannya untuk membersihkan luka. Kemudian, ia mengangkat pakaiannya sendiri, dan merobeknya menjadi beberapa lembar kain panjang.
“Maaf, aku akan memberikan obat nya,” katanya pelan sambil tersenyum kecil. Ia lalu mulai membalut luka itu dengan irisan akar yang sudah ditumbuk kasar dan getah tanaman sebagai penawar racun.
Pria itu mengamati wajah muda yang serius bekerja di hadapannya. Meski menyamar sebagai lelaki, kehalusan wajah dan kelembutan tangan Sun Yu Yuan membuatnya sedikit bingung.
“Nak, kau belajar pengobatan di mana?”
“Sedikit banyak dari perjalanan dan kitab tua yang aku temukan,” jawab Sun Yu Yuan tanpa mengalihkan pandangan dari lukanya. “Lagipula, aku terbiasa menghadapi luka seperti ini.”
“Caramu sangat terampil, lebih seperti tabib istana, apakah kau berasal dari ibu kota dan seorang tabib?”
Sun Yu Yuan tertawa kecil. “Ah, aku bukan seorang tabib, tapi benar aku dari ibu kota. Kebetulan saja, aku tahu sedikit pengobatan dan sangat suka berpetualang.”
Setelah selesai membalut luka dan memastikan pembuluh darah tertekan agar racun tidak menyebar, ia duduk di samping pria itu, memberi waktu agar ramuan bekerja.
“Apa kau sendirian di gunung ini, Tuan?”
“Aku memang tinggal di desa Baihe, seorang tabib desa, meski usiaku mulai renta. Hari ini aku mencari akar langka untuk salah satu warga yang sakit. Tak kusangka, salah langkah membuatku tergelincir.”
Sun Yu Yuan terdiam sejenak. Ia menatap hutan yang tenang dan mendengar suara burung bersahut-sahutan.
“Kalau begitu, takdir mempertemukan kita,” ujarnya lirih.
“Benar dan aku sungguh bersyukur.” Pria itu tersenyum lemah. “Aku dari tadi memanggil seseorang, tapi tak ada satupun yang datang. Aah sangat lama menunggu. Kau sangat cekatan dalam menangani luka, dan obat yang kau berikan padaku sepertinya sudah bekerja. Kau sangat terampil.”
Sun Yu Yuan menunduk sedikit. “Terima kasih atas pujiannya.”
Ia membantu pria itu duduk bersandar ke batang pohon. “Kau bisa berjalan?”
“Belum. Tapi kalau kau bisa membantu membawaku ke jalur utama, aku bisa memanggil kereta atau memanggil seseorang dari desa untuk membantuku.”
Tanpa ragu, Sun Yu Yuan menyandarkan pria itu ke punggungnya. Dengan tenaga terlatihnya, ia mengangkat tubuh si tabib tua perlahan dan membawanya menyusuri jalur kecil menuju jalan utama desa.
Sepanjang jalan, pria itu hanya bisa diam terpukau oleh kekuatan dan kelembutan sosok muda di hadapannya.
"Aku tidak tahu bagaimana harus berterima kasih padamu, Nak," ujar tabib itu dengan suara berat, namun penuh rasa syukur. "Jika bukan karena bantuanmu, mungkin aku sudah tidak bisa bertahan."
Sun Yu Yuan tersenyum tipis. "Aku hanya melakukan apa yang seharusnya. Tak perlu terima kasih." Ia melangkah pelan sambil memperhatikan jalan di depannya. "Tentu saja, kita semua harus saling membantu, bukan?"
Tabib itu mengangguk, matanya yang sudah mulai kabur kini tampak lebih terang karena rasa lega setelah racun di tubuhnya berkurang. "Memang, dunia ini lebih indah jika kita saling membantu."
Mereka berjalan sedikit lebih lama, menyusuri jalur berbatu yang menuju desa Baihe. Sun Yu Yuan mendengar suara gemericik air dari sungai di dekatnya, menambah kedamaian perjalanan itu.
Setelah beberapa saat, mereka tiba di jalur utama yang lebih luas, di mana desa Baihe bisa terlihat dari kejauhan. Di sini, langkah mereka lebih ringan. Tabib tua itu tampak lebih tenang, meskipun masih tampak lelah.
"Ah, kita hampir sampai." Tabib itu tersenyum kepada Sun Yu Yuan. "Aku merasa lebih baik sekarang, terima kasih."
"Tidak perlu berterima kasih," jawab Sun Yu Yuan singkat. "Kau bisa pulang dan istirahat. Setelah itu, sebaiknya segera melanjutkan perawatan luka-lukamu."
Tabib itu menatap Sun Yu Yuan dengan rasa terima kasih yang tak terucapkan. "Aku akan melakukannya."
Sun Yu Yuan menurunkan tubuh si tabib dengan perlahan dan hati-hati, memastikan pria itu bersandar nyaman di atas batu besar yang tidak terlalu tajam.
“Kau bisa tunggu di sini, Tuan Tabib. Aku akan cari bantuan atau tandu.” ucap Sun Yu Yuan yang sudah hendak pergi.
Namun, pria tua itu mengangkat tangannya untuk menghentikan langkah Sun Yu Yuan. “Tak perlu. Di desa ini, biasanya akan ada petani lewat sekitar jam ini. Kita bisa menunggu sebentar.”
Sun Yu Yuan mengangguk, lalu duduk di sampingnya.
"Namamu siapa, Anak Muda?" tanyanya setelah beberapa saat terdiam.
Sun Yu Yuan tersenyum tipis. "Namaku Xie Yuan."
"Xie Yuan, nama yang bagus. Kenapa kau tiba-tiba di desa ini?"
"Ah, itu... Aku mendengar desa Baihe ini sangat tenang dan dikelilingi pegunungan subur, jadi aku nekat datang dan menyewa sebuah rumah di kaki gunung. Sementara waktu, aku ingin tinggal dan mencari ketenangan."
Pria itu mengangguk-angguk perlahan. "Pantas saja aku tak pernah melihatmu sebelumnya. Tapi tenang saja, desa ini memang tempat yang tepat untuk menyembuhkan luka, baik luka tubuh maupun luka hati."
Sun Yu Yuan tersenyum tipis, tapi tidak menanggapi lebih jauh. Namun dalam hati berkata, "Sepertinya tidak kedua nya, aku hanya berharap menjauh dari pria itu, setelah racun ku hilang, baru aku akan kembali ke keluarga Sun untuk membalas dendam atas pemilik tubuh ini."
Pria itu tersenyum. "Kau mengingatkanku pada salah satu muridku dulu."
Sun Yu Yuan hanya mengangguk sopan.
"Oh iya," ujar sang tabib, "Namaku Hu Bao. Tapi orang-orang desa biasanya memanggilku Tabib Hu."
Sun Yu Yuan hanya menjawab dengan senyuman. Dan hendak berdiri.
Saat ia hendak berdiri, Tabib Hu spontan meraih pergelangan tangannya, mencoba berdiri sendiri. Namun pada saat itulah, tangan tuanya tanpa sengaja menyentuh tepat di nadi Sun Yu Yuan.
Matanya seketika menyipit, dan sedikit ketegangan muncul di wajahnya. "Denyut nadi ini..."