Time Travel Raja Perang Memburu Istrinya

Time Travel Raja Perang Memburu Istrinya

Misi Terakhir

Langit malam menyelimuti kota dengan sunyi yang palsu. Lampu jalan di dermaga 17 berkedip seperti isyarat kematian. Novi, mengenakan pakaian serba hitam dengan wajah setengah tertutup masker, menempelkan punggung ke dinding kontainer. Telinganya dipenuhi suara napasnya sendiri melalui earpiece.

“Target masuk. Lima orang. Dua senjata laras panjang, satu bahan peledak,” suara Darius, pemimpin tim, terdengar dari alat komunikasi.

Novi menyentuh pelipisnya, mengaktifkan lensa taktis di matanya. Segala detail suhu tubuh dan posisi musuh terpeta dengan jelas.

“Serahkan bahan peledaknya ke aku,” bisik Novi. “Aku bisa lumpuhkan itu dari jarak dua puluh meter.”

“Aku suka wanita percaya diri,” sahut Kaze, penembak jitu tim, dari posisi di atap crane. “Lima detik, beri aku sinyal.”

Novi menarik napas, menghitung waktu. Dia berlari cepat, diam seperti bayangan, menyelinap di balik peti kemas. Musuh pertama terkejut saat melihatnya, tapi tidak sempat bersuara—pisau meluncur dari tangan Novi, tepat menancap ke leher.

"Satu," gumamnya dingin.

“Dua musuh di belakangmu, pukul 10,” seru Arin dari sudut pengawasan. “Satu bawa RPG!”

Novi melompat mundur, berguling, lalu melemparkan dua bola kecil ke arah lawan. Ledakan kecil mengguncang udara, bukan cukup kuat untuk membunuh, tapi cukup untuk membutakan.

Dengan gerakan lincah, dia maju, menjatuhkan mereka berdua. Satu dihantam dengan tulang lutut ke tenggorokan, yang lain dilumpuhkan dengan suntikan racun di nadi.

“Target utama di ruang kontrol,” lapor Darius. “Dua menit sebelum pasukan cadangan datang.”

“Aku masuk lewat ventilasi,” sahut Novi cepat.

Dia melompat ke atas peti kemas, membuka panel ventilasi dengan obeng kecil dari pergelangan tangannya, dan masuk. Setiap gerakan terlatih, setiap tarikan napas terkalkulasi. Di dalam, target berdiri dengan dua penjaga. Di meja, ada koper hitam, data chip berisi daftar agen rahasia dari seluruh dunia.

Itu tujuannya.

Novi menyusup turun seperti ular. Salah satu penjaga menoleh, tapi Novi telah menendang tengkuknya sebelum sempat bicara. Yang satunya menarik senjata, terlambat. Jarum racun mengenai dadanya.

“Siapa kau?!” Target utama berteriak panik, meraih koper.

“Namaku tak penting. Tapi efek racunku... akan kau ingat sampai mati.”

Novi melemparkan kapsul gas tipis ke arah target. Lelaki itu terbatuk keras, matanya memerah, tubuhnya gemetar. “Apa ini?!”

“Neurotoxin ringan. Kau masih bisa hidup... asal tak bergerak selama 30 menit,” ujarnya santai sambil meraih koper.

“Tugas selesai. Aku keluar.” Novi memberi sinyal. Ledakan kecil terdengar dari arah lain oleh Darius.

Novi melompat keluar jendela kaca, mendarat dengan gerakan jungkir balik. Di depannya, dua mobil hitam mengarah ke tempat mereka.

“Kontak musuh! Plan B!” seru Kaze.

Sebelum mobil mendekat, Novi meraih senjata dari punggungnya, peluncur mini EMP. Ia menembak ke arah mesin mobil. Seketika mobil mati total.

“Kau bawa mainan baru lagi?” Darius tertawa di telinganya.

“Selalu.”

Sirene polisi terdengar di kejauhan. Sudah waktunya kabur.

“Lima belas detik ke titik ekstraksi!” Arin berteriak.

Novi dan timnya berlari ke helikopter tak terlihat yang menunggu di atap gudang tua. Darius naik lebih dulu, lalu Arin dan Kaze.

Novi meloncat terakhir, tangannya nyaris tak menjangkau tali.

“Got you!” Darius menangkap lengannya dan menariknya naik. “Kau suka bikin deg-degan.”

“Adrenalin itu candu,” balas Novi, duduk dan membuka helmnya.

Angin malam membelai wajahnya. Di tangannya, koper hitam berisi informasi senilai miliaran dolar dunia. Misi selesai.

Beberapa jam kemudian, markas bawah tanah Shadow Squad

“Nice work, tim,” ucap Komandan Zhang. “Data chip berhasil diambil, semua musuh lumpuh. Tidak ada korban sipil. Operasi Hitam: sukses total.”

Novi memutar lehernya, terasa kaku. “Terima kasih. Tapi aku cuti malam ini.”

“Cuti? Kita baru selesai misi dan kamu....”

“Aku ingin treadmill, dan... membaca novel. Otakku perlu racun baru,” katanya sambil tersenyum kecil.

Darius terkekeh. “Hanya Novi yang menyebut membaca dan racun dalam satu kalimat dan masih terdengar santai.”

Malam menyelimuti langit kota dengan kemilau lampu yang memantul di kaca jendela mobil sport hitam berkilap. Novi duduk di balik kemudi, wajahnya yang cantik dan dingin terpoles cahaya neon yang menari di kaca depan.

Atap mobil terbuka, membiarkan angin malam menyapu rambut panjangnya yang dibiarkan terurai. Musik remix bernuansa etnik Nusa Tenggara Timur berdentum dari speaker mobil, perpaduan dengan bass EDM menyulap jalanan menjadi runwAy dramatis bagi sang mata-mata elit.

“Akhirnya bisa santai,” gumamnya, menekan gas.

Mobil meluncur mulus menembus jalanan kota yang hampir sepi. Adrenalin sisa misi tadi masih berdenyut di tubuhnya.

Begitu sampai di basement apartemen mewah lantai 42 miliknya, Novi turun dengan santai. Petugas keamanan hanya mengangguk kaku melihatnya, mereka tahu siapa Novi. Bukan hanya sebagai penghuni, tapi sebagai wanita yang bisa membuat pria berpangkat jenderal bertekuk lutut... secara harfiah, dan mungkin dengan jarum beracun.

Lift bergerak naik tanpa suara, membuka ke ruang tamu bergaya minimalis-futuristik. Lampu otomatis menyala pelan mengikuti langkahnya. Ia menaruh kunci, melepas heels, lalu membiarkan dirinya menjatuhkan tubuh ke sofa kulit putih sejenak.

Tapi tidak lama.

“Aku butuh air panas,” desahnya pelan.

Novi berjalan ke kamar mandi. Ia mengisi bathtub dengan air hangat, meneteskan beberapa tetes minyak lavender ke dalamnya. Aroma menenangkan langsung memenuhi ruang.

Saat uap mengepul, ia melepaskan pakaiannya dan masuk ke dalam bak mandi. Suhu hangat menyelimuti tubuh pegalnya, dan untuk sesaat, Novi menutup mata.

Setelah berendam hampir 30 menit, Novi keluar dari kamar mandi dengan tubuh segar. Ia mengikat rambutnya ke atas dengan handuk kecil, lalu mengenakan legging hitam dan kaus longgar berwarna abu. Wajahnya polos, namun tetap terlihat tajam.

Ia mengambil earphone nirkabel, menyelipkannya ke telinga. Musik instrumental santai mengalun, menggantikan dentuman EDM sebelumnya.

Tangannya meraih tablet digital di meja, lalu naik ke atas treadmill yang sudah tertanam otomatis di area gym kecil apartemennya. Novi mengetuk layar tablet, membuka novel online berjudul “Sang Raja Perang.”

Baru bab keempat, tapi tokoh utama pria, Liang Si Wei, sudah membuatnya ingin menyemprot wajah layar dengan air racun.

“Laki-laki tipe pangeran galak, ha? Sering banget model begini,” gumamnya sambil menyipitkan mata, membaca dialog sang raja perang yang memerintah pembantaian tanpa berkedip.

Novi mulai berjalan lambat di treadmill, tangannya menggulir layar. “Astaga, sepertinya racun ular Asia Selatan, dosis mikro sangat cocok untuknya.”

Ia terkekeh sendiri, menaikkan kecepatan treadmill jadi lari ringan.

Di luar jendela, langit malam tiba-tiba berpendar. Sebuah suara ledakan kecil memecah keheningan.

Novi langsung menoleh, refleks sebagai mata-mata aktif. Tangannya refleks meraih pinggang, lupa bahwa ia tidak sedang memakai sabuk senjata.

Namun ketika ia mengintip dari balik kaca, yang terlihat hanyalah kembang api.

Warna merah, emas, biru, meledak dan bersinar di atas taman kota, suara sorakan dari kejauhan menyusul kemudian.

Festival musim gugur.

Ia menghela napas, menggeleng kecil. “Refleksku kelewat aktif.”

Dengan santai ia kembali ke posisi, lalu menaikkan kecepatan treadmill. Ia kembali fokus ke tablet-nya. Bab lima. Adegan pernikahan paksa.

“Ini cewek malah nurut dinikahin... aduh, kenapa gak kabur aja sih,” gumamnya. “Kalau aku... langsung kabur malam pertama.”

Tiba-tiba, layar treadmill berkedip.

Novi sempat mengernyit. “Huh? Error?”

Namun sebelum ia bisa menekan tombol berhenti, mesin itu melonjakkan kecepatannya secara otomatis. Novi tersentak, tubuhnya maju tak terkendali.

“Tunggu—apa—!”

Kecepatan meningkat drastis. 8... 10... 12... 15 km/jam.

Tubuh Novi berusaha menyeimbangkan diri, tapi kakinya tergelincir. Tablet-nya terlempar dari genggaman, membentur dinding dan pecah.

“Stop! Sistem, berhenti!” teriaknya sambil mencoba menekan tombol darurat. Tidak merespons.

Kepalanya menabrak panel depan treadmill saat dia terpental. Tubuhnya terjatuh ke belakang, menghantam lantai marmer.

BRAK!

Napasnya tertahan. Dada kirinya seperti diremas dari dalam. Ia menggeliat, mencoba bangkit, tapi tubuhnya tak merespons. Telinganya berdenging. Dunia berputar.

“Engg...” erangnya pelan, darah menetes dari sudut bibirnya.

Pandangannya kabur. Lalu semuanya gelap.

Tolong dukungannya readers...

Terpopuler

Comments

Raudah Anis

Raudah Anis

author terbaikkuu /Angry//Angry//Angry//Angry/aku mampir lagi ya/Grin//Grin/
sehat dan sukses selalu untuk mu

2025-05-09

2

sahabat pena

sahabat pena

part awal adrenalin... berasa nonton film action 🥰 lanjut 💪💪

2025-05-09

1

Eka Haslinda

Eka Haslinda

mgkin treadmil nya buatan dewa.. jadi lah macam tuh.. wkwkwkkw

2025-05-09

1

lihat semua
Episodes
1 Misi Terakhir
2 Raja Liang Si Wei
3 Sun Yu Yuan
4 Ciuman 18+
5 Aku Lelah Sekali
6 Surat cerai
7 Menyamar
8 Gosip Gerbang Ibu Kota
9 Mulai Perjalanan
10 Murka
11 Kepala Desa Han
12 Pegunungan
13 Denyut Nadi Ini
14 Xie Yuan
15 Belum Juga Ditemukan
16 Pergi
17 Mengubah
18 Kutukan Di Desa Huawe
19 Tolong
20 Di Hadang
21 Kami Akan Setia
22 Buang Saja
23 Liang Jun Yan
24 Apa Mungkin
25 Faktanya
26 Mereka
27 Dorong Lagi
28 Tunda Dulu
29 Berdengung
30 Menuju
31 Desa Unik
32 Empat Permata
33 Latihan
34 Ayah
35 Mencari
36 Keinginan
37 Hari Yang Dinantikan
38 Singa Betina
39 Menggantikan
40 Wang Jia
41 Ibu Kota
42 Tak Terduga
43 Ditunangkan
44 Saudara
45 Pesta Wang Zheng
46 Cucu Pertama
47 Teh Hijau
48 Bencana
49 Xu Zhen Hai
50 Bodoh
51 Tidak Berbakti
52 Ayah Sabarlah
53 Biji Kedelai
54 Merebut
55 Pernah Melihatnya
56 Tak Tahu Malu
57 Hadiah
58 Kakek Buyut
59 Surat Nikah
60 Surat
61 Ayah Empat Harimau Kecil
62 Gadis Kecil
63 Are You Crazy
64 Lang Wu
65 Pisah Keluarga
66 Membawa Mahar
67 Pertarungan
68 Cari Ayah
69 Kehilangan Jejak
70 Suka-Suka
71 Bukan Wang Jia
72 Mata-Mata
73 Ikut Denganku
74 Memang Benar Kau
75 Putri Raja Si Wei
76 Tulislah Surat Cerai
77 Raja Bodoh
78 Kurus
79 Wanita Kejam
80 Tak Peduli
81 Sampai
82 Bertengkar Karena Nama
83 Ujian
84 Berhasil
85 Makan Bersama
86 Diamlah, Paman!
87 Keluarkan Uang
88 Suka Uang
89 Semangat
90 Lulus
91 Menuju Istana
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Misi Terakhir
2
Raja Liang Si Wei
3
Sun Yu Yuan
4
Ciuman 18+
5
Aku Lelah Sekali
6
Surat cerai
7
Menyamar
8
Gosip Gerbang Ibu Kota
9
Mulai Perjalanan
10
Murka
11
Kepala Desa Han
12
Pegunungan
13
Denyut Nadi Ini
14
Xie Yuan
15
Belum Juga Ditemukan
16
Pergi
17
Mengubah
18
Kutukan Di Desa Huawe
19
Tolong
20
Di Hadang
21
Kami Akan Setia
22
Buang Saja
23
Liang Jun Yan
24
Apa Mungkin
25
Faktanya
26
Mereka
27
Dorong Lagi
28
Tunda Dulu
29
Berdengung
30
Menuju
31
Desa Unik
32
Empat Permata
33
Latihan
34
Ayah
35
Mencari
36
Keinginan
37
Hari Yang Dinantikan
38
Singa Betina
39
Menggantikan
40
Wang Jia
41
Ibu Kota
42
Tak Terduga
43
Ditunangkan
44
Saudara
45
Pesta Wang Zheng
46
Cucu Pertama
47
Teh Hijau
48
Bencana
49
Xu Zhen Hai
50
Bodoh
51
Tidak Berbakti
52
Ayah Sabarlah
53
Biji Kedelai
54
Merebut
55
Pernah Melihatnya
56
Tak Tahu Malu
57
Hadiah
58
Kakek Buyut
59
Surat Nikah
60
Surat
61
Ayah Empat Harimau Kecil
62
Gadis Kecil
63
Are You Crazy
64
Lang Wu
65
Pisah Keluarga
66
Membawa Mahar
67
Pertarungan
68
Cari Ayah
69
Kehilangan Jejak
70
Suka-Suka
71
Bukan Wang Jia
72
Mata-Mata
73
Ikut Denganku
74
Memang Benar Kau
75
Putri Raja Si Wei
76
Tulislah Surat Cerai
77
Raja Bodoh
78
Kurus
79
Wanita Kejam
80
Tak Peduli
81
Sampai
82
Bertengkar Karena Nama
83
Ujian
84
Berhasil
85
Makan Bersama
86
Diamlah, Paman!
87
Keluarkan Uang
88
Suka Uang
89
Semangat
90
Lulus
91
Menuju Istana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!