NovelToon NovelToon
Warisan Mutiara Hitam 2

Warisan Mutiara Hitam 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:47.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

(Warisan Mutiara Hitam Season 2)

Setelah mengguncang Sekte Pedang Awan dan memenggal Jian Chen, Chen Kai mendapati bahwa kemenangannya hanyalah awal dari mimpi buruk baru. Sebuah surat berdarah mengungkap kebenaran yang meruntuhkan identitasnya: ia bukan anak Klan Chen, melainkan putra dari buronan legendaris berjuluk "Sang Pengkhianat Naga".

Kini, Klan Jian dari Ibu Kota memburunya bukan demi dendam semata, melainkan demi "Darah Naga" di nadinya—kunci hidup untuk membuka segel terlarang di Utara.

Demi melindungi adiknya dan mencari jati diri, Chen Kai menanggalkan gelar Juara dan mengasingkan diri ke Perbatasan Utara yang buas. Di tanah tanpa hukum yang dikuasai Reruntuhan Kuno, Sekte Iblis, dan Binatang Purba ini, Chen Kai harus bertahan hidup sebagai pemburu bayangan. Di tengah badai salju abadi, ia harus mengungkap misteri ayahnya sebelum darahnya ditumpahkan untuk membangkitkan malapetaka kuno.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hutan Batu dan Bisikan Kabut

Perjalanan dari Pos Perdagangan Besi menuju timur memakan waktu tiga hari penuh. Semakin jauh mereka meninggalkan kota industri yang berasap itu, semakin sunyi dan aneh pemandangan di sekitar mereka.

Tanah tandus berwarna abu-abu perlahan digantikan oleh formasi batuan kapur yang menjulang tinggi. Awalnya hanya setinggi manusia, lalu setinggi rumah, hingga akhirnya mereka dikelilingi oleh pilar-pilar batu raksasa setinggi lima puluh meter yang menusuk langit kelabu.

Ini adalah Hutan Batu Berkabut.

Sesuai namanya, kabut putih tebal menyelimuti dasar hutan batu ini. Kabut itu tidak bergerak tertiup angin; ia menggenang seperti air susu yang tenang, setinggi pinggang orang dewasa, menyembunyikan apa pun yang merayap di tanah.

Kereta kuda rongsokan mereka berhenti di pinggiran hutan. Kuda-kuda itu menolak untuk melangkah lebih jauh, meringkik ketakutan dan menghentakkan kaki dengan gelisah.

"Mereka tidak mau masuk," kata Manajer Sun, turun dari kursi kusir sambil memijat punggungnya yang pegal. Dia menatap kabut tebal itu dengan waspada. "Insting binatang. Ada sesuatu yang salah dengan tempat ini."

Chen Kai melompat turun dari kereta, sepatu botnya mendarat tanpa suara di tanah berbatu. Dia mengulurkan tangan, mencoba menyentuh kabut itu.

Dingin. Dan... lengket.

"Ini bukan kabut air biasa," kata Kaisar Yao di benaknya. "Ini adalah 'Kabut Ilusi Yin'. Kabut ini mengandung racun halusinogen ringan yang bisa mengacaukan Indra Spiritual. Jika kau menghirupnya terlalu lama, kau akan melihat mimpi terburukmu menjadi nyata."

"Pantas saja tempat ini jarang dijamah meski dekat dengan kota," gumam Chen Kai.

Dia berbalik ke arah Xiao Mei dan Manajer Sun. "Kita jalan kaki dari sini. Tinggalkan kereta. Kuda-kuda ini akan menjadi umpan yang bagus jika ada predator."

Chen Kai mengeluarkan dua butir 'Pil Penjernih Pikiran' dari cincin rampasannya—barang berkualitas tinggi milik Jian Lie—dan memberikannya pada mereka.

"Telan ini. Tahan napas kalian sebisa mungkin, dan jangan percaya apa pun yang kalian lihat atau dengar di dalam kabut selain suaraku."

Mereka mulai berjalan masuk.

Pilar-pilar batu raksasa itu membentuk labirin alami yang membingungkan. Jarak pandang hanya sekitar sepuluh meter. Suara langkah kaki mereka diredam oleh kabut, menciptakan keheningan yang menekan.

Satu jam berjalan, Xiao Mei tiba-tiba berhenti. Tubuhnya gemetar hebat.

"Tuan... Tuan..." bisiknya, menunjuk ke arah bayangan pilar batu di sebelah kiri. "Itu... ayah saya..."

Matanya kosong. Dia mulai berjalan menyimpang dari jalur, menuju kegelapan di balik pilar.

"Xiao Mei, berhenti!" teriak Manajer Sun, mencoba meraihnya.

Tapi Xiao Mei menepis tangan Sun dengan kekuatan yang mengejutkan. "Ayah memanggilku... dia bilang dia kedinginan..."

Chen Kai mendengus dingin. Dia muncul di depan Xiao Mei dalam sekejap dan menepuk dahinya dengan jari telunjuk yang dialiri sedikit Qi Petir.

ZAP!

"Bangun!"

Xiao Mei tersentak kaget, seolah baru saja disiram air es. Dia melihat sekeliling dengan bingung, lalu menangis ketakutan saat sadar dia hampir berjalan menuju jurang sempit yang tersembunyi di balik pilar batu itu.

"Ilusi," kata Chen Kai datar. "Kabut ini membaca memori dan ketakutanmu. Fokus."

Mereka melanjutkan perjalanan dengan formasi yang lebih rapat. Chen Kai memimpin, menggunakan 'Mata Naga'-nya (teknik visual dasar dari Sutra Hati) untuk menembus ilusi kabut.

Setengah jam kemudian, bau amis darah tercium samar.

Di depan mereka, di sebuah tanah lapang kecil di antara pilar-pilar batu, terdapat perkemahan yang hancur. Tenda-tenda robek, api unggun padam, dan mayat-mayat berserakan.

Ada sekitar sepuluh mayat. Mereka mengenakan pakaian kultivator pengembara.

Tapi yang mengerikan adalah cara mereka mati.

"Mereka saling membunuh," analisis Manajer Sun, menutup hidungnya dengan sapu tangan. Dia menunjuk dua mayat yang saling menusuk jantung satu sama lain dengan pedang. "Tidak ada tanda-tanda binatang buas. Mereka gila karena kabut."

"Bukan hanya kabut," kata Chen Kai. Dia berjongkok di samping salah satu mayat yang tampaknya adalah pemimpin kelompok itu (Tingkat Sembilan).

Wajah mayat itu membiru, dan pembuluh darah di lehernya menonjol hitam.

"Mereka diracun sebelum mereka gila," simpul Chen Kai. "Seseorang menggiring mereka ke sini, meracuni mereka, lalu membiarkan kabut menyelesaikan sisanya."

"Siapa yang sekejam itu?" tanya Xiao Mei ngeri.

"Lihat ini." Chen Kai mengambil sebuah anak panah kecil yang menancap di leher pemimpin itu. Anak panah itu terbuat dari tulang putih yang dipoles halus.

"Tulang manusia," kata Kaisar Yao. "Ini senjata khas 'Sekte Tulang Putih'. Sekte aliran sesat kecil yang beroperasi di wilayah ini. Mereka suka menjadikan tulang kultivator kuat sebagai senjata atau boneka."

Chen Kai berdiri, meremas anak panah tulang itu hingga hancur menjadi debu.

"Sekte Tulang Putih... Raja Tikus tidak menyebut mereka. Tampaknya banyak faksi yang tertarik dengan tempat ini."

Tiba-tiba, tanah bergetar pelan.

Dari arah pusat hutan batu—di mana peta Jian Lie menandai "Zona Prioritas"—terdengar suara ledakan dan teriakan samar.

"Ada pertarungan di depan," kata Chen Kai. Matanya menyipit. "Dan sepertinya pertarungannya besar."

"Apa kita akan menghindarinya?" tanya Manajer Sun.

"Tidak," Chen Kai menyeringai tipis. "Di mana ada kekacauan, di situ ada peluang. Kita akan melihat apa yang sebenarnya dijaga oleh kabut ini."

Chen Kai mengaktifkan teknik 'Penahan Nafas', menyelimuti Manajer Sun dan Xiao Mei dengan lapisan Qi-nya untuk menyembunyikan keberadaan mereka.

"Ikuti aku. Jangan bersuara."

Mereka bergerak mendekati sumber suara.

Setelah melewati celah sempit di antara dua pilar batu raksasa yang saling bersandar, pemandangan di depan mereka terbuka.

Itu adalah sebuah amfiteater alami raksasa di tengah hutan batu. Kabut di sini anehnya menipis, seolah-olah ditolak oleh kekuatan misterius dari tengah area itu.

Di tengah amfiteater itu, berdiri sebuah struktur kuno yang menakjubkan.

Sebuah gerbang batu setinggi dua puluh meter, berdiri kokoh tanpa dinding di kiri kanannya. Gerbang itu diukir dengan relief naga yang melilit pedang—simbol yang sangat mirip dengan totem di Lembah Tulang Naga, tapi jauh lebih tua dan primitif.

Di tengah gerbang itu, terdapat pusaran energi berwarna perak yang berputar pelan.

Pintu Warisan.

Tapi bukan itu yang menarik perhatian Chen Kai.

Di depan gerbang itu, sedang terjadi pertempuran sengit.

Dua kelompok sedang bertarung.

Satu kelompok mengenakan jubah putih dengan ornamen tulang—Sekte Tulang Putih. Ada sekitar dua puluh orang, dipimpin oleh seorang pria kurus tinggi yang memegang tongkat tengkorak.

Kelompok lawannya adalah sekelompok tentara bayaran berbaju zirah berat. Bendera mereka bergambar serigala besi. "Tentara Bayaran Serigala Besi".

"Serahkan gerbang itu, Iblis Tulang!" teriak pemimpin tentara bayaran, seorang pria berotot dengan kapak besar (Puncak Tingkat Sembilan).

"Hehe... darah kalian akan bagus untuk memoles tulangku," kekeh pemimpin Sekte Tulang Putih. Dia menghentakkan tongkatnya.

KRAK! KRAK!

Dari tanah di sekitar gerbang, enam kerangka manusia yang bersinar hijau bangkit. Boneka Mayat.

"Bunuh mereka!"

Pertempuran pecah kembali. Qi beterbangan, menghancurkan batu-batu di sekitar.

Chen Kai mengamati dari kejauhan, tersembunyi di balik pilar batu di ketinggian.

"Pintu itu..." Chen Kai menatap pusaran perak di gerbang. "Darahku beraksi lagi."

Dia merasakan denyutan panas di dadanya. Pintu itu memanggilnya. Sama seperti di Lembah Tulang Naga.

"Itu adalah 'Gerbang Dimensi Saku'," jelas Kaisar Yao. "Di dalamnya ada ruang terpisah yang ditinggalkan oleh ahli kuno. Dan melihat resonansi darahmu... kemungkinan besar yang ada di dalam sana adalah peninggalan klan nagamu juga. Atau setidaknya, seseorang yang berhubungan dengan mereka."

"Bagaimana cara kita masuk tanpa melawan dua pasukan itu?" tanya Chen Kai.

"Tunggu," kata Yao. "Lihat gerbang itu baik-baik. Pusarannya tidak stabil. Dia butuh 'kunci' untuk terbuka sepenuhnya."

Benar saja. Meskipun kedua kelompok itu bertarung memperebutkan posisi di depan gerbang, tidak ada satupun dari mereka yang bisa masuk. Setiap kali ada yang mencoba mendekat, petir perak menyambar dari pusaran itu dan melemparkan mereka mundur.

Tiba-tiba, pemimpin Sekte Tulang Putih tertawa keras.

"Kalian pikir bisa masuk hanya dengan kekuatan kasar? Bodoh!"

Dia mengeluarkan sebuah benda dari jubahnya.

Sebuah Plakat Giok Putih yang retak.

Mata Chen Kai dan Manajer Sun melebar bersamaan.

"Itu..." bisik Manajer Sun. "Itu pecahan dari Kunci Giok Putih yang kumiliki! Ternyata kuncinya pecah menjadi beberapa bagian!"

"Jadi dia punya kuncinya?" Chen Kai menyipitkan mata.

Pemimpin Sekte Tulang itu mengangkat plakatnya. Plakat itu bersinar, dan petir di gerbang itu mulai mereda, menciptakan celah kecil yang aman.

"Masuk! Biarkan boneka-boneka ini menahan para serigala bodoh itu!" perintah pemimpin itu pada anak buah intinya.

Mereka bersiap melompat masuk.

"Jangan biarkan mereka masuk!" teriak pemimpin tentara bayaran, putus asa.

"Sekarang," kata Chen Kai.

Dia tidak melompat turun. Dia mengangkat tangan kanannya, membidik pemimpin Sekte Tulang Putih dari jarak seratus meter.

Pedang Meteor Hitam muncul di tangannya.

"Teknik Pedang: Lemparan Meteor."

Chen Kai menyalurkan seluruh kekuatan fisik Pembangunan Fondasi-nya ke lengan kanannya. Otot-ototnya menegang hingga batasnya.

WUUUSSSHH!

Dia melempar pedang raksasa itu seperti tombak.

Pedang hitam itu membelah udara dengan ledakan sonik, meluncur lebih cepat dari kedipan mata.

Pemimpin Sekte Tulang Putih, yang baru saja melangkah satu kaki ke dalam gerbang, merasakan bahaya kematian. Dia menoleh.

Terlambat.

JLEB!

Pedang Meteor Hitam menembus dadanya, menyeret tubuhnya terbang masuk ke dalam pusaran gerbang, lalu menancap di tanah di sisi lain (dunia dalam gerbang).

"Tuan Pemimpin!" teriak murid-muridnya kaget.

Plakat Giok Putih itu terlempar dari tangan mayat pemimpin itu, jatuh tepat di depan gerbang—di sisi luar.

Keheningan melanda medan perang. Semua orang menatap pedang raksasa yang baru saja membunuh pemimpin sekte dalam satu serangan jarak jauh itu, lalu menoleh ke arah bukit tempat pedang itu berasal.

Di sana, di atas pilar batu, Chen Kai berdiri tegak. Jubah pengembaranya berkibar. Dia tidak lagi menyembunyikan auranya.

Tekanan Pembangunan Fondasi menyapu amfiteater.

"Kunci itu," suara Chen Kai bergema dingin. "Milikku."

1
Jeffie Firmansyah
seruu ..seruu.... seruuu.... 💪 Thor
Jeffie Firmansyah
luar biasa kerenn GG abis cerita nya
Jeffie Firmansyah
kerennn abis seruuu semangat Thor 💪
Choky Ritonga
😍😍😍😍😍👌👌👌
Eka Haslinda
pokoknya ini MC yg paling keren sedunia 😍😍
kute
mantab thor makin seru, dan enak alur ceritanya
Muhamad Al Wilan Ramadhan
lanjut thor👍👍👍
andri susilo
mantap thoorrr... lanjut, jangan bikin kendor😄😄😄
Eyang Kakung
Tarian pembantaian dimulagi 🤣🤭
Eyang Kakung
lanjut
Hendra Yana
bagussss
Eyang Kakung
musuh2 nya pada sadis semua
Hendra Yana
mantap
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Sikat habis
Eyang Kakung
tingkatkan terus level kultivasi mcnya thor
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Njoooooost
Hendra Yana
di tunggu up selanjutnya
saniscara patriawuha.
walahhhhhhh pragatttttzzzzz....
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Tooooooops
saniscara patriawuha.
wadidawwwww....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!