NovelToon NovelToon
Infected Without Knowing

Infected Without Knowing

Status: sedang berlangsung
Genre:Zombie
Popularitas:249
Nilai: 5
Nama Author: Ryn Aru

Sebuah keluarga sederhana yang penuh tawa dan kebahagiaan… hingga suatu hari, semuanya berubah.

Sebuah gigitan dari anjing liar seharusnya bukan hal besar, tapi tanpa mereka sadari, gigitan itu adalah awal dari mimpi buruk yang tak terbayangkan.

Selama enam bulan, semuanya tampak biasa saja sampai sifat sang anak mulai berubah dan menjadi sangat agresif

Apa yang sebenarnya terjadi pada sang anak? Dan penyebab sebenarnya dari perubahan sang anak?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryn Aru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 12

Mahen yang mulai malas mendengarkan omong kosong Gilang pun akhirnya menyudahi makannya dan menggendong kitty. "Kitty anak baik." Mahen mencium kitty dengan lembut, Gilang tediam dan tangannya memegang dada yang seakan sakit.

Kitty yang tak tau apapun hanya mengeong dan menjilat pipi Mahen, air mata Gilang akhirnya mengalir dan ia pun akhirnya berlutut. Melihat hal itu Mahen pun membawa kitty pergi kedepan TV dan memangkunya di pahanya.

"Kitty teganya dirimu pada ku..." mengangkat tangannya seakan tak ingin di tinggalkan oleh kucing abu nya dengan bulu lebat itu.

Gilang yang tadi memainkan drama pun akhirnya selesai dan ia bermain dengan coco, anjing dengan ras Doberman. Mahen hanya melirik karena sang teman yang akhirnya diam. Tapi terdengar beberapa kali anjing itu menggonggong, layaknya sedang melihat hal berbahaya.

Mahen melihat anjing itu dengan seksama untuk mengetahui apa yang sebenarnya mengancamnya. Saat anjing itu melihat kearah Mahen, ia segera terdiam karena tatapan mata Mahen. Gilang yang menyadari coco terdiam karena melihat sesuatu segera menoleh.

"Apa? Mau ambil coco juga lo? Gak akan gue biarin." Mahen hanya menatap Gilang yang sedang duduk di lantai dan melihat kearah lantai.

"Kitty kencing di situ kemarin." Ia menunjuk tepat di tempat Gilang duduk. Gilang melihat sana tetapi memang tak terasa benda cair yang ia duduki.

"Nipu ya lo?!!" Teriak Gilang

"Gak percaya ya udah." Mahen berdiri dan berjalan ke kamar dengan menggendong kitty. "Gimana keluarga lo?" Tanya Mahen di depan kamar.

Gilang menunduk dan menggelengkan kepalanya. "Gue gak tau. Pas gue dateng dan manggil-manggil gak ada respon dari dalem rumah. Tapi semoga aj mereka baik-baik aja" Gilang melihat kearah coco dan mengelus kepalanya.

Tanpa sengaja Gilang menoleh ke sofa dan melihat tasnya, ia berjalan kearah tas dan merogoh, seperti sedang mencari sesuatu di dalam sana. "Nah... Ketemu." Ucap Gilang dengan menarik dua lembar kertas dari tasnya. Benar saja itu adalah foto kedua orang tuanya yang belum selesai, ia dengan segera membuka laptop dan menyelesaikannya.

Beberapa jam berlalu, gambar yang Gilang kerjakan sekarang sudah selesai dan ia pun segera berlari kekamar. Saat membuka pintu, terlihat Mahen yang sedang memainkan laptopnya dengan serius. "Ngapain Hen?" Gilang berjalan mendekat kearah Mahen dan mengintip sedikit pada laptopnya.

"Gak." Mahen mematikan laptopnya dan melihat kearah Gilang, ia melihat senyum gilang yang lebar dengan kertas yang di genggam. "Tato?" Lanjutnya. Gilang dengan senang mengangguk dengan cepat seperti seorang anak kecil. Mahen hanya menghela napas nya dan memijat kepalanya. "Gak bisa, gue mau selesaiin tugas."

Gilang mendekat kearah Mahen dan memperlihatkan hpnya. Terlihat ada foto makanan manis di dalam sana, Mahen yang melihatnya pun hanya terdiam dan mengangkat alisnya sebelah. "Gue beliin full. Mau kan?" Rayu Gilang, ia pun menggeser foto itu ke video mukbang. "Liat, gila enak banget gak sih? Serius gak mau?" Mahen memasang muka datar dan menatap Gilang.

"Besok, kalo gue dah beres." Gilang yang medengar hal itu pun senang, ia tau bahwa jika Mahen sedang mengerjakan tugas, dia tak akan mau melakukan apapun selain fokus pada tugas nya. Itu lah alasan dia mendapatkan gelar cumlaude pada S1 nya tahun lalu.

Universitas Jaya Garuda adalah universitas terbesar di kota Samayara yang di kenal karena atlet-atlet berprestasi berada di sana, Universitas Jaya Garuda adalah impian bagi semua calon mahasiswa, bukan hanya yang berada di bidang atletik, tetapi juga untuk mereka yang berada di bidang akademik.

Di sepanjang jalan menuju aula, seorang pria dengan tinggi 175 cm berlari dengan segerombolan orang bertubuh besar, mereka menuju kearah aula yang sedang mengadakan acara kelulusan untuk para mahasiswa.

Dengan nafas terengah-engah mereka memasuki aula yang membuat semua orang menoleh kearah mereka, di saat itu juga terdengar suara pengunguman untuk seseorang yang mereka tunggu-tunggu dari bulan lalu.

"Selanjutnya, kami panggilkan lulusan terbaik dari fakultas biologi dengan predikat cumlaude, Mahendra Gevandra." Mahen berjalan naik ke atas panggung dengan tepuk tangan kencang dari para mahasiswa dan tamu.

Pria-pria besar yang baru saja datang adalah tamu yang paling ramai. Gilang yang berada di sana pun terlihat sangat senang hingga menggoncang tubuh Chandra. "Temen gue ndra! \*Nj\*y! Hahaha temen gue itu!!" Teriaknya kencang, bahkan bukan hanya kepada teman di dekatnya, dia juga berteriak ke arah tamu lain.

Saat acara telah selesai terlihat Chandra, Andrea, dan teman-teman gilang lainnya yang sedang menjaga Gilang agar tak membuat kerusuhan lagi. Gilang tersenyum lebar melihat temannya berjalan kearah mereka, Gilang yang melihat itu semakin memberontak ingin memberi selamat ke temannya, ia ingin menjadi orang pertama yang berjabat tangan dengan Mahen.

Tapi mimpi nya hancur saat melihat Mahen berjabat tangan dengan Chandra. "Alah t\*i, t\*i. Bisa-bisanya lo!!" Teriak Gilang, saat mendengar itu Chandra dan Mehen memutar badannya, sehingga Gilang bisa melihat mereka berjabat tangan dengan lebih jelas. "Jangan! Harusnya gue yang pertama!!" Chandra yang sudah tak tahan pun akhirnya meraih tangan Mahen dan menjabatnya, terlihat ekspresi mereka berdua yang puas karena melihat Gilang semakin memberontak.

Mahen pergi untuk mengerjakan tugas di luar dan setelahnya akan pergi berkerja, yang memungkinkan Mahen akan menginap, Gilang yang berada di unit sendirian pun merasa bosan dan melihat-lihat video yang berada di ponselnya.

"Halo." Ucap Gilang, terdengar sautan dari sisi lain, suara itu adalah suara perempuan yang begitu lembut. "Iya satu aja, seperti biasa." Ucap gilang memesan. Gilang mencari no ponsel Mahen dan menelpon nya.

"Paan?" Tanya Mahen dengan nada kesal.

"Kagak. Nanti lo nginep di tempat Chandra atau Andre dulu, unit mau gue pake." Jawab Gilang.

"Nyewa? Gak ngajak-ngajak t*i." Ucap mahen dengan nada datar. "Ya udah lah. Inget jangan pernah ke dapur." Lanjutnya mengingatkan.

"Aman itu." Mendengar itu, Mahen segera menutup telepon dan lanjut mengerjakan tugasnya. Di unit terlihat Gilang yang sedang merokok di dekat jendela melihat keramaian kota. "Ibu, ayah, adek. Kalian baik-baik aja kan. Di telpon dari tadi gak ad jawaban."

Saat malam hari, pukul 20.30. terdengar suara ketukan di unit yang di tempati Gilang. Gilang yang sedang makan pun terburu-buru untuk membuka pintu dengan nasi yang menempel di bibirnya.

Saat membuka pintu terlihat seorang wanita dengan rambut panjang hitam terurai sedang berdiri di sana, wanita yang melihat nasi di pipi gilang pin tersenyum. "Kamu makannya gimana sih Lang." Wanita meraih nasi yang berada di pipi Gilang. Gilang yang tersadar dari lamunannya pun meminta agar wanita itu masuk dan duduk di ruang tamu.

"Sepi banget. Biasanya harus usir Mahen." Wanita itu meraih kitty yang sedang berada di sofa samping nya.

"Dia lagi kerja, gue suruh nginep di rumah Chandra" Gilang yang selesai membuat minum pun berjalan ke ruang tamu dan duduk di samping wanita itu, ia memeluk wanita tersebut dengan menutup matanya. "Wangi seperti biasa." Ucap Gilang.

Wanita itu mengangkat tangannya dan mengusap pipi Gilang dengan lembut. "Kaki kamu kenapa Lang?" Tanyanya.

Gilang mengangkat kaki nya dan melihatkan kakinya. "Kemarin pas mau pulang kampung ada monster." Wanita itu hanya tersenyum mendengarnya, seakan tak percaya. "Beneran, aku gak bohong na." Gilang berusaha meyakinkan Tina.

Tina yang hanya tersenyum dan memberikan kitty pada Gilang. "Sini biar aku bersihin lukanya." Tina menarik pelan kaki Gilang dan membuka balutan perban di kaki Gilang. Ia meraih kotak P3k yang berada di meja, saat Tina memberikan betadine Gilang meringis kesakitan, Tina yang melihat itu pun meniup lukanya agar Gilang tak terlalu merasakan sakit, setelah mengobati lukanya, tina pun membalut luka itu dengan perban.

Saat tengah malam, Tina yang baru saja selesai mandi, ia berjalan kearah kamar Gilang. Saat Tina membuka pintu, terlihat Gilang uang sedang fokus dengan laptop nya, tiba memasuki kamar dan mengunci pintu kamar Gilang. Gilang yang sedari tadi fokus pun akhirnya menoleh ke arah Tina.

Gila menutup laptop nya dan menyimpan laptop itu, ia turun dari ranjang dan berjalan kearah Tina. Ia menjepit Tina di antara pintu, perlahan tangan Gilang mendekat pada wajah Tina dan mengusapnya lembut. "Cantik."

Saat pagi hari, Gilang terbangun dari tidurnya. Ia mengusap wajahnya kasar dan melihat Tina yang tertidur di pelukannya, Gilang yang melihat itu tersenyum dan memeluk Tina lebih erat. Merasakan pergerakan dari Gilang, Tina pun terbangun menatap Gilang yang sedang tersenyum padanya.

Tina yang terbangun pun menyentuh dada Gilang. "Katanya mau buat tato. Gak jadi ya?" Tanya Tina mengelus dada Gilang.

Gilang merah tangan Tina yang berada di dadanya dan menciumnya sekali. "Mahen lagi di studio, mungkin nanti." Gilang meletakkan tangan Tina di pipinya. Tina yang mendengar itu pun tersenyum dan mengusap pipi gilang lembut. "Kamu laper? Kalo iya biar aku pesen makan." Tina mendengar itu hanya mengangguk, Gilang dengan segera duduk dan meraih ponselnya di meja dan setelah memesan ia mengangkat tubuh Tina yang tertutup oleh selimut ke kamar mandi.

Setelah mandi mereka duduk di ruang tamu dengan menonton film, tak lama terdengar suara ketukan dari luar unit. Gilang dengan segera meraih dompetnya dan membayar makanan yang telah datang. "Wih... Kalo kesini pasti di beliin makanan enak..." Ucap tina tersenyum.

Gilang mendengar itu tertawa kecil dan mengacak-acak rambut Tina. "Biar kamu betah." Mereka pun makanan bersama dengan di penuhi canda dan tawa tanpa mengetahui keadaan di masa depan.

Dua Minggu berlalu dan keadaan Gilang tak membaik, luka di kakinya telah tertutup tapi tubuhnya terlihat sangat lemas dan wajah yang sangat pucat. "Lo yakin gak apa-apa?"

Bersambung....

1
Alucard
Keren banget, semoga ceritanya terus berkualitas author!
Ryn Aru: makasih ya,,/Smirk/
total 1 replies
Gourry Gabriev
Bikin syantik baca terus, ga sabar nunggu update selanjutnya!
Agnes
Romantis banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!