Area khusus dewasa 😊
Lordan Rafael, 31 tahun. Cucu dari pengusaha besar di Amerika, yang menjabat sebagai direktur utama.
Lordan menikahi Kari Chin berusia 28 tahun. Gadis Asia berkebangsaan China. Mereka sudah menikah 2 tahun. Namun Lordan dan Kari belum kunjung memiliki anak.
Tubuh Lordan bermasalah. Hanya pria itu dan istrinya yang tahu. Tapi Kari harus hamil dalam tahun ini. Kalau tidak, Lordan harus turun dari jabatannya dan hak ahli waris akan jatuh ke tangan sepupunya.
Karena hal itu Lordan memikirkan ide gila dengan menyuruh Jacob, salah satu pengawalnya yang berbadan seksi dan memiliki ketampanan yang melebihi dirinya, untuk meniduri sang istri di depan matanya.
Jacob adalah pria misterius dengan segala rencana. Siapa yang akan menyangka bahwa ia sebenarnya adalah salah satu penguasa daratan Amerika yang menyamar sebagai pengawal. Niatnya adalah membasmi habis seluruh keluarga Lordan Rafael.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau malu?
Kari mencoba mengabaikan detak jantungnya yang mulai tidak beraturan. Kata-kata Jacob barusan mengguncang pikirannya lebih keras dari dugaan. Sakura pertama yang ia tanam sendiri? Sebelum ia pergi? Maksudnya… sebelum ia menghilang?
Ah sudahlah. Dia tidak ingin memikirkan jati dirinya dulu. Sekarang ini dirinya sedang merasa penasaran dengan semua keluarga Lordan. Apa mereka semua sudah mati dalam ledakan semalam?
"Kau, ledakan semalam itu ulahmu juga?" Kari memberanikan diri bertanya.
Jacob menatapnya lama, tanpa menjawab.
"Apakah menurutmu itu ulahku?" katanya kemudian. Tidak membalas pertanyaan Kari, malah balas bertanya.
Kari ingat semalam anak buah pria itu ada orang yang sengaja mau meledakan bom, artinya ledakan itu bukan ulah Jacob. Keluarga Rafael punya musuh lain yang ingin menghancurkan keluarga itu. Setelah sekian lama berada di posisi kuat dan sulit ditaklukan, akhirnya keluarga Rafael hancur dalam semalam. Tersisa nama saja. Entah masih ada nyawa yang masih hidup atau tidak.
Kari tidak peduli lagi. Selama dirinya hidup di keluarga itu, yang dia dapat hanyalah siksaan dan hinaan. Bahkan banyak pembantu yang mengucilkannya hanya karena dia adalah gadis Asia. Kebanyakan pelayan Lordan dan kakek Lukas rasis. Entah dipengaruhi oleh orang lain atau tidak, tetapi dirinya memang sering di hina oleh mereka.
"Aku mandi sebentar, setelah itu aku akan membawamu makan siang di sebuah restoran." kata Jacob.
Mendengar kata restoran, yang ada dalam benak Kari adalah kesempatan kabur akhirnya datang. Ia hanya diam melihat punggung Jacob yang menghilang di balik kamar mandi. Lalu otaknya mulai berpikir keras.
Sekitar lima belas menit kemudian, Jacob keluar dari kamar mandi bertelanjang dada. Handuk putih terlilit di pinggangnya. Kari yang melihat hal itu membelalakkan matanya kaget. Ia baru sadar pria itu mandi di kamar tersebut.
Astaga. Kenapa harus mandi di sini? Rumah ini sangat besar, kenapa dia tidak mandi di kamar yang lain? Atau laki-laki itu memang sengaja mau memamerkan dada bidang dan otot-otot perutnya yang kencang? Mau pamer kalau tubuhnya bagus.
Kari cepat-cepat memalingnya wajah ke arah lain saat Jacob menolehkan wajah ke arahnya. Jantungnya kembali berdebar-debar.
Di ujung sana Jacob tersenyum menyeringai. Dia memang sengaja keluar dengan gaya seperti itu, untuk di lihat oleh sang istri yang lupa ingatan itu. Wanita itu tidak tahu saja betapa Jacob ingin menerkamnya semalam, saat diam-diam memperhatikannya tidur.
Jacob berjalan santai ke lemari, mengambil kemeja hitam tipis yang terlihat seperti baru disetrika. Gerakannya lambat, nyaris seperti sedang memancing reaksi dari Kari yang duduk di ujung ranjang, tampak sibuk memandangi tembok seolah tembok itu menyimpan rahasia dunia.
"Kalau kau terus menatap tembok seperti itu, bisa-bisa aku pikir kau jatuh cinta sama tembok," ujar Jacob sambil tertawa kecil.
Kari mencibir pelan, meski pipinya mulai memerah. Pria ini menyebalkan. Kenapa dia merasa bebas mondar-mandir seperti itu hanya dengan handuk? pikirnya kesal, tapi hatinya justru makin gelisah. Apalagi ketika Jacob mulai mengenakan kemeja di depan matanya, menutup perlahan tubuhnya yang, mau tidak mau, sempat Kari lihat terlalu jelas.
"Kau malu? Seperti baru pertama kali melihatnya saja." ucap Jacob dengan nada menggoda.
Kari menghela napas dalam-dalam, mencoba mengusir panas yang merayap di pipinya. Dia tidak ingin memberikan Jacob kemenangan sekecil apa pun dalam pertarungan tanpa suara ini. Tapi tubuhnya sendiri seolah mengkhianatinya—jantungnya berdebar tak karuan, telapak tangannya dingin, dan sorot mata pria itu semakin menekan ruang logikanya.
"Aku memang baru pertama kali melihatnya," sahut Kari pelan, nyaris seperti gumaman, tapi cukup keras untuk di dengar oleh Jacob.
Jacob terhenti sejenak saat mengancingkan kemejanya, matanya menyipit dengan ekspresi yang seakan mencoba menelanjangi maksud dari ucapan Kari.
"Kau serius?" tanyanya dengan nada setengah menggoda, setengah tak percaya. Padahal baru beberapa hari yang lalu mereka bercinta. Meski malam itu karena Lordan yang memaksa, tetapi Jacob yakin mereka sama-sama menikmatinya.
Kari buru-buru berdiri dan berjalan ke arah meja kecil di sudut ruangan, seolah mencari sesuatu, padahal dia hanya ingin menjauh dari aura panas yang ditinggalkan Jacob di sekitar tempat tidur.
"Aku tidak ingat apa-apa, kan?' jawabnya ketus, berusaha menyamarkan rasa canggungnya.
"Jadi masuk akal kalau ini pertama kalinya."
Jacob tertawa kecil, suara rendahnya menggema seperti denting piano malam hari, tidak terlalu keras, tapi cukup untuk menggetarkan hati yang lengah.
"Kau memang tidak ingat apa-apa tentang hubungan kita. Tapi kau pasti tidak lupa kita sudah melakukannya dua kali beberapa malam ini." katanya ringan, lalu merapikan rambutnya di depan cermin.
Kari menggigit bibir bawahnya, menahan diri untuk tidak membalas. Pria itu benar, dan dia tidak bisa mengelak. Sentuhan pria itu masih ia ingat sampai sekarang.
Kari mencengkeram kuat meja kecil di hadapannya, seolah itu bisa menyalurkan kekacauan di dalam dirinya. Dua kali? Benar, dua kali. Meskipun pikirannya kosong akan banyak hal, tubuhnya tidak bisa berbohong. Ia masih bisa merasakan jejak sentuhan Jacob, melekat, membakar, membuat sekujur tubuhnya gemetar
Sial. Dia harus segera pergi dari sini.
"Mandilah, Siya. Aku akan menunggumu di bawah." ujar Jacob santai, mengubah topik. Lelaki itu mengambil kunci mobil di atas nakas sebelum keluar. Suaranya begitu ringan, seolah yang mereka bicarakan barusan bukanlah sesuatu yang bisa menghancurkan keseimbangan mental siapa pun.
Begitu pintu tertutup di belakang Jacob, Kari menghela napas panjang, nyaris seperti erangan tertahan. Ia memejamkan mata, mencoba mengatur napas, otaknya berpacu mencari cara kabur.
Restoran. Tempat umum. Banyak orang. Jika dia bisa keluar dari mobil tanpa Jacob sempat bereaksi cepat, mungkin dia bisa lari dan bersembunyi. Dia hanya butuh kesempatan, lalu kabur ke rumah keluarganya. Dia ingin mencari kebenarannya sendiri. Karena saat ini dia belum mempercayai siapapun.
Tapi bagian dalam dirinya, bagian kecil yang membuat jantungnya berdetak tak terkendali setiap kali pria itu berada di dekatnya mulai memberontak.
Bayangan Jacob telanjang di depannya kembali memenuhi pikirannya. Bahkan saat lelaki itu memasukinya beberapa hari yang lalu kembali terngiang. Sekujur tubuhnya panas dingin. Kari cepat-cepat menghilangkan pikiran kotor itu dan berlari ke kamar mandi.
Kau gila Kari. Kau gila. Bagaimana bisa kau memikirkan itu dalam keadaan seperti ini.
Gumam Kari dengan nafas terengah-engah. Ia menghidupkan keran di atas wastafel dan membasuh wajahnya berkali-kali, kemudian menatap lurus ke depan cermin.
Sial,
Jacob betul-betul memberikan pengaruh yang sangat besar padanya. Tidak, dia tidak boleh memikirkan hal lain dulu sebelum semuanya terbukti. Kari meyakinkan dirinya sendiri.
kasihan Kari
jacob pasti akan menyelidikinya keluarga angkat kari ini dan sangat curiga kok bs orgtua angkat kari menikahkan dan keluarga rafael sangat terpandang dan kaya raya....
Dasar orgtua angkat kari mata duitan mendengar jacob punya usaha resort dan hotel matanya langsung berbinar...
jacob sangat kesel dan muak sm kakak angkat kari emma berusaha mendekati jacob