Arunika seorang novelis khusus romansa terpaksa meninggalkan lelaki yang sudah 7 tahun menjalin cinta dengannya. Robin telah tega berselingkuh dengan temannya semasa kuliah, hal tersebut diketahuinya saat datang ke acara reuni kampus.
Merasa dikhianati, Arunikapun meninggalkan tempat reuni dalam keadaan sakit hati. Sepanjang jalan dia tak henti meratapi nasibnya, dia adalah novelis spesialis percintaan, sudah puluhan novel romantis yang ia tulis, dan semuanya best seller. Sementara itu, kehidupan percintaannya sendiri hancur, berbanding terbalik dengan karya yang ia tulis.
Malam kelabu yang ia jalani menuntunnya ke sebuah taman kota, tak sengaja dia berjumpa dengan remaja tampan yang masih mengenakan seragam sekolah di sana. Perjumpaannya yang tak sengaja, menimbulkan percikan cinta bagi Sandykala, remaja tampan berusia 18 tahun yang sedang mencari kesembuhan atas trauma percintaan masa lalunya. Akankah romansa akan terjalin antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asih Nurfitriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SUASANA BARU
"Ingat ya, jangan pulang sebelum aku ke sana. Atau aku akan pindah di unit sebelah apartemen kamu biar aku bisa mantau 24 jam.." Ucap lelaki belia di telpon.
Aku sampai tertawa mendengar perkataannya.
"Kamu kan ada les tambahan setiap pulang sekolah, apa tidak capek kalau harus ke tempat kerjaku?" tanyaku khawatir, ini adalah masa-masa jelang ujian nasional.
"Aku selesai les tambahan jam empat sore, aku bisa sampai di sana tepat waktu. Aku akan naik motor. Jangan banyak protes ya..!" ucapnya lagi penuh pemaksaan, padahal kalau dia yang memaksa, akupun suka.
"Selama itu tidak membebanimu, aku akan terima anak kecil.." jawabku. Aku yakin dirinya pasti teramat peduli denganku. Semenjak kejadian itu, dia sedikit lebih protektif, terlebih jika itu bersangkutan dengan Robin.
"Oke Nona cantik, aku mau masuk kelas dulu. Jangan kangen kepadaku ya..muach!"
Aku meletakkan kembali ponsel di atas.meja kerja. Aku sandarkan sebentar badanku, mataku sedikit lelah karena sedari pagi menatap layar komputer. Hubunganku dan Sandykala sudah berlangsung selama 4 bulan. Semua terasa nyaman dan menyenangkan. Walaupun ada banyak drama jika kami keluar berdua.
Seperti dua hari yang lalu saat kami memutuskan untuk makan malam di sebuah pusat perbelanjaan terkenal di kota ini.
"Kamu bisa pesan dulu, aku mau ke toilet sebentar ya..!" ujarku kepada Sandy. Sepanjang jalan menuju restoran, banyak mata yang menatap kami berdua. Ya memang itu sudah resiko. Seorang wanita dewasa berpenampilan pekerja kantoran bergandengan tangan mesra dengan pria belia yang tampan dan menggemaskan. Bahkan ada pula yang sampai mengambil fotonya diam-diam.
"Nona mau makan apa? Ini adalah restoran favoritku.." ucapnya sembari membuka buku menu.
"Anything, aku tidak punya pantangan, apa yang kamu suka, pasti aku suka.."kataku sambil menuju ke toilet.
Akupun segera memperbaiki penampilan, rambutku agak berantakan karena seharian di kantor banyak deadline yang diberikan.Saat sedang merapikan rambut, aku mendengar dua orang gadis sedang membicarakan lelaki muda yang sedang duduk memilih menu makanan di restoran. Restoran tempat kami akan makan malam.
"Sumpah dia tipe aku banget, dia ganteng dan senyumannya manis.." kata gadis berambut ikal dengan wajah sedikit oriental.
"Kamu yakin dia sendirian? Di sebelahnya ada tas wanita.." balas temannya.
"Mungkinkah? Aku yakin dia pasti sebaya dengan kita, aku akan coba mengajaknya kenalan..!" katanya penuh percaya diri.
"Kamu serius? Gimana kalau nanti pacarnya datang pas kamu ke sana?" tanya temannya khawatir.
"Tapi aku akan makin menyesal kalau tidak berkenalan dengannya.."katanya memantapkan diri.
"Baiklah, aku pun sayang kalau tidak tahu namanya, minimal kita bisa dapat nama akun media sosialnya.." imbuh temannya. Mereka pun segera keluar dari toilet, aku yang berada di sebelah mereka sedikit cemburu, tidak! Aku sangat cemburu, tidak sekali dua kali hal ini kerap terjadi.
Aku harus ke sana, dan benar saja, anak kecilku sedang berbicara dengan dua gadis tadi. Penampilannya malam ini sungguh manis. Kemeja kuning dengan celana jeans denim favoritnya.

Aku melihatnya dari kejauhan, dia nampak tidak nyaman dengan kehadiran mereka. Terlihat dia mencariku ke segala penjuru. Saat netraku menangkap sosokku, matanya berbinar, dan mengisyaratkan agar aku segera menghampirinya. Apa boleh buat, aku menghancurkan harapan dua gadis muda tersebut.
"Oh hai, sudah pesan makanan?" tanyaku, akupun segera duduk di sebelahnya. Nampak dua gadis tersebut sedikit terkejut dengan kehadiranku.
"Oh maaf, apa ini teman kamu?" tanyaku kembali.
"Bukan sayang, mereka hanya mengajakku berkenalan.."jawab Sandy, diapun tersenyum kepadaku.
"Benarkah begitu?" tanyaku memastikan.
Gadis berwajah oriental pun menanyakan hal yang seperti orang-orang lain tanyakan.
"Apa anda pacarnya? Atau kakaknya mungkin?" tanyanya penasaran.
"Kenapa harus ditanyakan lagi, tadi kan sudah aku bilang kalau aku sedang bersama pacarku..!" kata Sandy kembali.
"Aku cuman mau memastikan saja kok. Lagian kayaknya dia tidak seumuran denganmu, terlihat lebih tua sepertinya.."ucapnya tanpa sungkan.
Wah, tidak sopan sekali ya anak muda jaman sekarang, tapi aku harus tahan emosi, mari bijaksana dalam menanggapi masalah seperti ini.
"Eh, tapi kamu pintar ya, tahu kalau aku memang lebih tua.." ucapku sedikit memuji.
"Sayangg..!" kata Sandykala, dia sepertinya sudah tidak mood dengan situasi seperti ini.
"Tapi ya Adik kecil,aku minta maaf dengan sangat, bisa tidak kalian meninggalkan kami berdua? Sepertinya pacarku yang lebih muda ini tidak berminat untuk makan kalau ada gangguan kaya gini.." kataku sembari tersenyum dengan manis.
"Apa-apaan sih, ternyata walaupun kamu tampan, aku tak menyangka seleramu seperti tante-tante..!" imbuh si gadis oriental.
"Hei Cindy, ayo kita pergi, lihat semua orang menatap kita..!" ajak temannya.
"Kamu akan menyesal karena menolak berkenalan denganku, awas saja!" ancamnya sambil berlalu.
Aku yang sedikit terbawa suasana, mendadak tertawa. Ya Tuhan, baru pertama kalinya aku mendapati diriku secemburu ini. Bahkan saat dengan Robin, kala dia mencoba tebar pesona, aku saja masa bodoh dengannya.
"Kenapa tertawa? sepertinya kamu senang kalau aku sering diajak kenalan gadis-gadis seperti tadi..!" sungutnya.
"Ya ampun sayangku marah?" ledekku, akupun menyubit pipinya.
"Lalu? Memangnya aku tidak boleh marah?"
"Siapa bilang aku senang? Aku tahu mereka sejak di dalam toilet, dan ternyata tebakanku benar, pria tampan itu ternyata pacarku..!" kataku sambil memegang tangannya.
"Jadi kamu cemburu?"
"Jelas,lain kali aku akan pakaikan kamu masker dan topi supaya wajah tampanmu tidak jadi konsumsi publik!" tegasku. Wajahnya kembali ceria, deretan gigi putihnya berbaris rapi membentuk senyuman.
"Baiklah,aku akan pakai masker mulai besok..!" ucapnya lagi.
Kamipun tertawa dan melanjutkan percakapan sambil menikmati makan malam.
...*****...
"Apa semuanya sudah lengkap?" tanyanya saat sampai di apartemenku. Aku memutuskan pindah ke sini, dan ternyata ini pilihan yang tepat.
"Sepertinya sudah, aku tidak suka banyak barang.." jawabku. Belanja bulanan yang cukup menguras energi aku letakkan di meja makan.
"Suasananya bagus ketika malam hari. Sepertinya ini pilihan yang tepat pindah ke mari.Aku juga tenang karena pria itu tidak bisa ganggu kamu lagi.." katanya sambil duduk di sebelahku.
"Iya kan, bagus dan tenang. Omong-omong bagaimana persiapan ujian kamu? Dua bulan lagi kan sepertinya?" tanyaku.
Sandy berbaring di pangkuanku, matanya menatap ke arah wajahku. Senyuman manisnya tiba-tiba tersungging di wajah tampannya.
"Aku sudah jenuh belajar. Setiap hari tambahan di sekolah. Dan Om Hermawan selalu mendatangkan guru tambahan setiap akhir pekan.." omelnya menggemaskan.
Om Hermawan adalah orang kepercayaan Papa Sandykala. Beliau yang menghandle perusahaan dalam negeri keluarganya. Akupun sudah beberapa kali berjumpa saat berkunjung ke rumah Sandy beberapa bulan yang lalu.
"Itu semua kan demi keberhasilan kamu, karena ujian sudah dekat..!" kataku, akupun mengelus kepalanya dengan lembut. Seperti biasa dia akan memainkan jemariku seperti anak kecil.
"Iyah, hari inipun aku sudah 2 kali bertemu dengan guru privat, coba kalau aku menolak, pasti aku tidak bisa keluar rumah..!" dia merajuk. Memang kegiatan sekolah dan belajar terlampau sibuk mengalahkan penulis novel yang dikejar deadline sepertiku.
"Haruskah aku meminta ijin kepada Om Hermawan?" godaku.
"Jangann..dia suka genit kalau lihat cewek cantik!" imbuhnya.
"Benarkah? Memangnya aku secantik apa sampai kamu khawatir kalau Om Hermawan akan menggodaku.." godaku lagi, pasti setelah ini dia akan semakin merajuk.
"Itu yang aku amati selama ini, om-om genit itu suka sekali tebar pesona.." omelnya, sungguh menggemaskan sekali lelaki muda ini.
"Begitu ya? Yah mau bagaimana lagi, aku akan menjaga hatiku agar tidak goyah demi supaya pria tampanku bisa keluar rumah setiap hari, sekalipun Om Hermawan menggodaku.." kataku penuh.
"Memangnya kamu mau apa?" tanyanya melotot.
Akupun tertawa dengan keras.
"Ya ampun sayangku, aku akan coba menjelaskan kepada Om Hermawan bahwa kamu sudah overdosis belajar. Tambahan di akhir pekan bisa saja dihentikan kan?" bujukku.
Diapun sedikit terhibur. Dan kembali tidur di pangkuanku.
"Apa Om akan mendengarkan nona? Setahuku Om itu agak konservatif. Apalagi kalau sampai Ibu ikut campur, bisa-bisa aku jadi tahanan rumah. Dan aku tidak bisa kalau sehari tidak bertemu denganmu.." katanya manja.
"Kita lihat saja nanti ya, biasanya kan Om Hermawan semiggu dua kali mengunjungimu, aku akan bicara dengan beliau nanti. Sepertinya kamu butuh suasana baru.." kataku meyakinkannya.
Diapun bangkit dan memelukku erat.
"Terima kasih, terima kasih untuk semua perhatian nona..!" ucapnya sembari mencium pipiku bergantian.
"Ya Tuhan,sebegitu bahagiakah kamu? Masa cuman pipi saja yang dapat hadiah, ini tidak?" tanyaku sambil memegang bibirku.
Dan dengan segera didaratkan ciuman mesra di bibirku,aku merasakan kehangatan di sana.