Walaupun Danver menjadi pengganti kembarannya menjadi suami Faye, tapi dia sangat menikmati pernikahannya dengan Faye.
Lalu bagaimana dengan Faye kalau dia tau laki-laki yang menjadi suaminya saat ini adalah kembaran dari laki-laki yang dia inginkan menjadi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Nath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 : Kejahilan Danver
Keesokan harinya
Negara A.
Pukul 16.00
Sore ini Danver sudah berada di Shine Cafe. Sebelum berangkat ke Shine Cafe, Danver sudah menghubungi Danzel terlebih dahulu.
"Hai calon kakak ipar." Danver menyapa Shenina begitu masuk di dalam kafe.
Shenina yang sedang sibuk menyiapkan pesanan pelanggan pun menoleh kearah Danver.
"Hai Danver." balas Shenina sambil tersenyum manis.
"Duduk lah dulu, aku selesaikan ini dulu." ucap Shenina lagi.
Danver pun berjalan menuju salah satu meja yang ada di bagian pojok kanan kafe lalu mendaratkan bokongnya di kursi dan menunggu Shenina sambil bermain ponsel.
Tak lama Shenina pun menghampirinya.
"Sudah makan?" tanya Shenina.
"Tidak perlu repot-repot calon kakak ipar. Aku datang kesini bukan untuk merepotkan mu tapi aku kesini karena ada janji dengan Danzel." jawab Danver.
"Oh yah? Apa ada hal yang penting?" tanya Shenina ingin tahu.
"Mungkin. Sepertinya dia ingin membicarakan surprise untuk melamar mu." jawab Danver seloroh.
"Kau ini bisa saja! Tidak mungkin lah membicarakan surprise untuk melamar ku di kafe ku." balas Shenina.
"Apa dia tidak pernah mengungkit pernikahan dengan mu?" tanya Danver.
"Dia hanya meminta ku untuk menunggu." jawab Shenina.
"Cih anak itu!" decih Danver.
"Kalau sampai akhir tahun ini dia tidak menikahi mu, biar nanti aku yang menikahi mu." ucap Danver seloroh.
"Kau ini." ucap Shenina sambil menepuk pelan lengan Danver.
"Sekalipun aku tidak berjodoh dengan Danzel, aku juga tidak mau menikah dengan mu. Aku tidak mau lagi berurusan dengan keluarga mu yang super ribet." lanjut Shenina.
"Hahahaha." Danver hanya tertawa mendengar ucapan Shenina.
Shenina menggeleng-gelengkan kepalanya sambil meninggalkan Danver untuk membuatkan minuman untuk Danver.
Tak lama Shenina kembali lagi ke meja Danver.
"Minuman ini tidak gratis. Kau harus membayarnya dengan membawa kekasih mu kesini." ucap Shenina sambil meletakkan segelas macchiato di meja Danver.
"Bagaimana kalau aku membawa adikmu kesini? Apa kau akan menerima bayaran ku itu?" tanya Danver menggoda Shenina.
"Jangan macam-macam kau! Berani kau mendekati adik ku, ku patahkan leher mu!" ancam Shenina.
"Hahahaha..." lagi dan lagi Danver hanya tertawa. Sedangkan Shenina, dia pergi meninggalkan Danver untuk melayani pelanggan yang lain.
"Woah... kau masih ingat ternyata minuman kesukaan ku! Bagaimana kalau kau saja yang menjadi kekasih ku?" goda Danver sambil menaikkan sedikit volume suaranya karena Shenina sudah agak menjauh.
Shenina tidak menjawab maupun menoleh, dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Danver suka sekali menggoda Shenina, walau Shenina kekasih saudara kembarnya tapi umur Shenina lebih muda darinya jadi dia tidak merasa canggung menggoda kekasih saudara kembarnya.
°°°
Empat puluh lima menit kemudian.
Danver sudah jenuh menunggu Danzel yang tak kunjung datang. Sudah beberapa kali Danver menghubungi Danzel tapi jawaban Danzel selalu "tunggu sepuluh menit lagi, ini sudah mau sampai."
Bahkan segelas macchiato yang di suguhkan Shenina tadi sudah habis.
"Kalau kau bukan saudara ku, sudah malas aku menunggu mu! Lihat saja kalau yang kau bicarakan nanti itu tidak penting, habis kau!" geram Danver.
"Ini. Makanlah, pasti kau lapar sekarang." ucap Shenina yang tiba-tiba muncul sambil meletakkan sepiring kentang goreng dan seporsi cheese crust.
"Sebenarnya kau ingin dengan saudara kembar ku atau aku? Kenapa kau pengertian sekali dengan ku?" goda Danver. Meski dalam keadaan kesal, menggoda Shenina adalah hal yang menyenangkan baginya.
"Jangan cerewet! Makanlah! Menunggu memang menguras emosi dan emosi membuat orang cepat lapar. Jadi makanlah untuk meredam emosi mu." balas Shenina.
"Kalau bisa tidak menunggu kenapa harus menunggu?" balas Danver masih mode menggoda.
"Ya sudah kenapa kau tidak pergi saja dan kenapa masih disini?" tanya Shenina balik sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Karena kau. Lagi pula aku sedang membicarakan mu. Kalau ada yang pasti didepan mu kenapa harus menunggu yang tidak pasti." balas Danver.
"Kau ini terus saja menggoda ku! Lihat saja akan aku adukan kau pada Danzel." ancam Shenina.
"Ada apa ini? Apa yang ingin kau adukan padaku Sayang?" tanya Danzel yang tiba-tiba muncul dari belakang Shenina.
°°°
Bersambung...