"Aku ini kamu anggap istri bukan sih mas! Pulang kerja tidak pernah menyapaku, langsung main HP sampai lupa waktu, waktu sholat pun kau lupa" sentak Andin. "Diam kau! Aku ini lelah bekerja, pulang2 malah denger kau ngomel? Tak tau diri! Ini rumahku! Ini kehidupan ku, kau cuma numpang tak usah mengatur ku" jawab Firman tak mau kalah.
Deg
Andin terkejut dengan penuturan suaminya. Apa dia bilang? Ini rumahnya? Hah yang benar saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuma Utari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Rencana Andin
Perasaan Andin setelah bertemu dengan pak Ridwan sedikit tenang. Selanjutnya ia akan menemui orangtuanya untuk membahas tentang rumah yang sekarang ia tempati. Sebenarnya ia cukup sayang jika rumah ini dijual. Namun, jika tidak dijual Firman bahkan ibu mertuanya akan terus merong-rong meminta bagian.
Untuk sekarang ia akan menikmati waktu berharganya dengan sedikit bersantai karena tidak ada anggota keluarga yang lain. Ia hanya akan memasak untuk dirinya, Fara dan pengasuh Fara.
"Apa aku telpon papa ya membahas rumah ini?" monolognya.
"Eh tapi nggak deh. Nanti malah papa curiga. Tapii apa udah saatnya papa sama mama tau ya masalah aku. Terus gimana sama kak Dewa. Dia paling tidak bisa lihat aku kesakitan. Tuhaan tolong aku" monolog Andin yang saat ini merasa kepalanya buntu.
**
Di belahan bumi lain, dua insan manusia baru saja meneguk indahnya madu pernikahan.
Walaupun hari masih sore. Tak menyurutkan kedua insan manusia itu untuk terus menggempur nikmatnya dunia.
"Mas, nanti aku mau tinggal di rumahmu itu yaa? " rengek Shela pada Firman setelah mereka baru selesai berhubungan.
"Tinggal di rumah? Rumahku? "
"Iyalah mass, menurutmu? "
"Nggak bisa Shel, itu rumah tiap bulannya Andin yang bayar. Lagipun kayanya sertifikat rumah masih atas nama Andin. Aku nggak bisa sembarangan bawa kamu ke sana. Lagipun, Andin tak tahu dengan pernikahan kita"
"Yaudah sih mas, kalau Andin tahu yaudah. Kamu cerai in dia aja sekalian. Paling juga kalo ga sama kamu gabisa makan dia dikit. Biar kurusan dia" cerocos Shela.
"Udah kita lihat nanti. Sekarang kita bersih-bersih terus balik ke sana. Kayanya di resepsi masih banyak orang"
"Gak ah mas, kamu aja. Make up ku juga udah luntur. Kamu sihh nggak sabaran"
Ckkk
Akhirnya mau tak mau karena merasa tak enak dengan mertuanya Firman kembali ke inti acara.
"Eh jeng, bukannya suami si Shela ini udah punya istri ya? " taya seorang ibu-ibu pada
Bu Winda saat sedang menikmati hidangan.
"Eh I-iya tapi ya itu istrinya tuh gabisa ngapa-ngapain. Bisanya ngabisin duit suami aja. Gapernah beres-beres rumah lah. Terus istrinya juga selingkuh loh"ucap bu Winda penuh kebohongan.
Tak jauh dari bu Winda berdiri ada seseorang yang sejak tadi menguping pembicaraannya. Tak lupa juga merekam setiap kalimat yang diucapkan bu Winda.
"Terus, yang dipilih Firman sekarang adalah anakku. Si Shela yang pinter, bisa masak, bisa mengatur keuangan, setiaa, baik pokonya" timpal bu Siti, ibu Shela.
"Ngomong-ngomong kemana Shela? Resepsi masih berlanjut loh" timpal salah satu saudara Shela.
"Kelelahan tante" sahut Firman. Mereka yang ada disana hanya tersenyum penuh arti dengan kata-kata Firman.
**
Waktu berjalan dengan cepat. Tak terasa hari telah berganti. Andin yang telah setelah dengan penatnya pekerjaan segera merapikan mejanya. Ia akan mengumpulkan semua tenaganya karena sudah beberapa hari ini ia selalu menggunakan tangga darurat. Itu semua karena ia mau menghindari tatapan sinis dari karyawan senior yang lain.
Sesampainya di lantai dasar Andin segera menuju parkiran untuk mengambil motornya. Belum sempat ia menghidupi mesin, dari arah belakang muncul seorang pria yang menyapanya.
"Maaf nona, sebaiknya nona ikut kami saja. Biar motor nona rekan kami yang bawa. Demi keselamatan nona"ucap pria itu.
"Eh kamu siapa? Jangan macam-macam ya" todong Andin.
Sang pria tersebut segera menunjukkan kartu namanya. Dalam kartu tersebut menunjukkan keterangan bahwa pria tersebut adalah seorang bodyguard.
"Siapa yang menyuruh kalian? " tanya Andin.
"Tuan Budi nona"
"Papa? Tapi kenapa? Ah sebaiknya kita bicara di tempat lain" tukas Andin setelah melihat banyak pasang mata yang menyaksikan dirinya dikepung banyak pria berseragam hitam.
"Tuh gendut lagi ngomong sama siapa ya? Kenapa tampilannya kaya bodyguard gitu? " tanya Laura pada dua teman perempuan nya. Yang tempo hari membully Andin dengan mengatakan Andin tak boleh menaiki lift.
"Gatau. Kaya orang penting aja" sahut jessica
"Udah bukan urusan kita. Katanya mau langsung shopping" ucap Sisca menengahi.
**
Sesampainya di sebuah cafe dekat kantor. Setelah memesan beberapa minuman untuknya dan para bodyguard yang berjumlah tiga orang, Andin segera menghubungi papanya demi menanyakan maksud mengapa sang papa sampai mengirim bodyguard.
"Pa apa maksud bodyguard ini? " tanya Andin begitu telepon tersambung.
"Itu ide kakakmu. Dia tahu permasalahan mu. Dan dia menyuruh bodyguard nya untuk menjagamu serta fara dari suamimu" ucap papa Andin.
"Kakak tahu? Papa yang kasih tahu? "
"Kamu ini nuduh sembarangan. Kakakmu itu diam-diam selalu mantau kamu. Untuk sekarang kakakmu belum bisa pulang. Karena istrinya sedang hamil muda. Hamil anak kedua. Dan dia setiap hari selalu kepikiran kamu. Akhirnya dengan pertimbangan yang matang kakakmu menyewa bodyguard untuk menjagamu"
"Tapi Andin gak mau paa“tolak Andin.
"Keputusan kakakmu tidak bisa diganggu gugat"
Ckk
"Oke atau gini. Biarin aku kemana-mana naik motor. Tapi para bodyguard ini biar mereka memantau ku dari jarak aman"
"Kamu yakin aman?"
"Aman paa. Janjii" ucap Andin sambil mengacungkan jari kelingking nya. Meskipun lawan bicaranya tidak bisa melihat.
"Yasudah jaga dirimu baik-baik. Segera bertindak. Jangan lempeng gini. Atau kamu mau papa yang turun tangan membereskan suami tak bergunamu itu?"
"Jangan paa. Andin InsyaAllah bisa. Yasudah paa Assalamu'alaikum"
"Walaikumsalam"
Kemudian Andin kembali mengalihkan tatapannya pada ketiga bodyguard yang setia menunggunya.
"Eh dari tadi kalian berdiri? "
"Iya nona"jawab salah satu.
"Duduk. Terus minum minuman kalian. Setelah ini kalian kawal aku dari belakang. Tadi papa udah setuju untuk kalian mengawasiku dari jarak aman saja. Jangan menampakkan diri kaya tadi"
"Gapapa nona? "
"Ya gapapa lah"
Setelah selesai dengan urusan ketiga bodyguard itu. Andin segera mengendarai motornya menuju salon miliknya. Sebenarnya waktu sudah menunjukkan pukul setengah 5 sore. Namun Andin masih enggan pulang. Ia tahu sebenarnya putrinya sudah menunggunya. Tapi kepentingan sekarang jauh lebih penting.
Tingg
"Assalamu'alaikum" ucap Andin begitu masuk ke dalam salon.
Seperti biasa, salon selalu ramai. Banyak pelanggannya yang puas dengan hasil salon Andin ini.
"Walaikum salam bu boss" sapa Fitri di balik kasir.
"Fittt... " ucap Andin memperingatkan.
"Haha iya deh Ndin. Tumben kesini sore"
"Suamiku dan keluarga nya lagi pulang kampung"
"Eh pulkam? Kok kamu gak diajak? "
"Kawin lagi dia"
"Haaaa" kaget Fitri dengan mata yang membelalak sempurna.
"Sans dong Fit. Iya suamiku kawin lagi, akad nikahan Dan resepsinya hari ini"
"Terus kenapa kamu santai-santai gini? "
Tanya Fitri yang tak habis fikir dengan jalan fikiran Andin. Bisa-bisanya saat suaminya nikah lagi dia begitu santai.
Hahhh
"Aku udah nyuruh orang buat kesana. Ambil video sebanyak-banyaknya. Terus nanti jadi bukti di persidangan"
"Berarti suamimu slengki dong? "
"Hu umm"
"G*laaaa. Apa kurangnya bu bosskku ini. Udah tajir, cantik masih aja diselingkuhin"
"Jelas kurang dong Fit. Aku gendut gini. Lagian suami sertia ibu mertuaku gak tahu aku punya usaha salon. Mereka tahunya aku kerja sekarang, jadi staf biasa"
"Eh tunggu. Kamu kerja? "
"Iya. Udah seminggu ini. Jadi sekretaris di perusahaan X"
"Wahhh hebatnyaa temenku iniii" ucap Fitri sambil memeluk erat Andin.
"Katanya. Mas firman dan rombongan disana sekitar seminggu. Aku udah ngajuin perceraian ku. Nanti mas firman tinggal Terima beres. Langsung dapet surat panggilan deh"
"Terus rumahmu? "
"Bukan rumahku itu. Di sertifikasi masih atas nama papa"
"Jual aja Ndin. Daripada nanti jadi rebutan sama Firman dan maknya"ucap Fitri member solusi.
" rencana gitu Fit. Kau bantuin cari pembeli nya ya"
"Siap ndinnn.. "