NovelToon NovelToon
Bosku Tidak Pernah Puas

Bosku Tidak Pernah Puas

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Cinta Paksa / Romansa / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: YPS

Pernikahan Rocky dan Brigita rupanya menjadi awal munculnya banyak konflik di hidup mereka. Brigita adalah bawahan Rocky di tempat kerja. Mereka harus menikah karena satu alasan tertentu.
Statusnya sebagai seorang janda yang mendapatkan suami perjaka kaya raya membuat gunjingan banyak orang.

"Aku harus bisa mempertahankan rumah tanggaku kali ini,"

Apa dia berhasil mempertahankan rumah tangganya atau justru lebih baik berpisah untuk kedua kalinya?

***

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 - Pelik

Sera tertahan beberapa detik ia sempat tercengang dengan pertanyaan Rocky. Pikiran nya sudah di penuhi hal negatif.

"Jelas butuh, Pak," jawabnya singkat.

Rocky menghisap rokoknya lalu menghembuskan kepulan asap itu. "Fisikmu kuat?"

Pikiran Lena semakin menjadi-jadi. Apa maksud dari pertanyaan Rocky? Bibir nya masih mengatup, tidak menjawab apapun.

"Bukan... bukan... maksud saya kamu bisa bekerja di dua tempat. Seo dan B Style, cukup membantu bukan?"

Sera membulatkan bibirnya dan menjawab. "Ohh, aduh terima kasih banyak, Pak. Saya mau sekali."

"Baiklah coba kamu atur jadwalmu mulai sekarang agar bisa dapat dua-duanya, nanti bicarakan juga dengan Zoel,"

Sera sedikit membungkuk mengucapkan terima kasih pada atasan nya itu.

.

.

Jadwal yang di buat Zoel untuk Sera adalah dia pagi hari harus tiba di Seo dan sore harinya dia lanjutkan bekerja di B Style sampai dini hari.

Hari pertamanya bekerja di Seo lancar, rekan kerja di sana juga sama baiknya dengan di B Style.

"Kamu nggak capek kerja dua tempat begini?" tanya Lena.

"Kalau di katakan capek ya jelas capek, tapi kamu tahu kan sebagai tulang punggung aku harus kerja mati-matian. Andai saja aku bisa kuliah seperti kamu, Len." jawab Sera sambil menopangkan tangannya di dagu.

"Semua ada jalannya masing-masing, kamu lagi panen pahala mengurus orang tuamu yang sakit,"

Brigita datang menenteng tas mahalnya dan berhenti tepat di depan mereka. Langkahnya terhenti, menoleh dan berdiri dengan menatap Sera lekat.

"Bapak kasih kerjaan kamu di Seo?" ucapnya dengan menyipitkan mata.

"Iya,"

"Jujur saja aku ada rasa trauma, semoga tidak akan terjadi lagi masalah seperti Dyandra!" katanya sedikit ketus.

Hampir saja Sera tidak terima dengan perkataan Brigita, namun Lena memegangi tangan nya dari bawah meja.

Sampai siluet Brigita hilang dari pandangan baru ia melepaskannya.

"Kenapa mencegahku?"

"Aku tidak ingin persahabatan kita hancur hanya karena hal seperti ini, aku tahu kamu tidak mungkin seperti Dyandra. Namun, tak ada salahnya mengalah. Perasaan Brigita pasti masih sakit,"

"Aku tahu. Tapi setidaknya bisa bicara dengan bahasa yang lebih baik. Aku bukan Dyandra!!" Sera berdiri dari kursi menuju taman belakang.

Lena menghembuskan napasnya. "Kenapa jadi pada sewot ya, aku kan cuma nggak mau ada pertikaian lagi."

Taman belakang selalu jadi spor favorit Sera.

Diantara mereka berlima hanya dia yang merokok, katanya—itu cara dia menghilangkan stres. Di nyalakan ujung rokok itu dengan api kecil dari korek berwarna biru dari sakunya.

Satu batang habis di hisapnya, ia menyalakan lagi rokok kedua di temani langit hitam dan bintang dari langit.

"Saya baru tahu ini tempat asik untuk merokok," ucap Rocky yang tiba-tiba saja muncul.

Sera yang terkejut segera menjejak rokoknya dengan sepatu kets yang dia gunakan. "Maaf, Pak. Saya hanya istirahat sebentar."

"It's okay. Saya juga sedang menunggu Lena membereskan tugas kuliahnya baru bisa mulai bekerja lagi. Hanya iseng lewat ternyata lihat kamu di sini." Ia pun menyodorkan rokok pada Sera.

"Ajari Brigita merokok, Pak. Supaya ada teman menghilangkan stres bersama," cetus Sera mencairkan suasana yang canggung.

Rocky terkekeh dengan suara paraunya. "Ide bagus, pasti akan menambah kecantikan nya."

"Bagaimana pekerjaanmu? Apa ada kesulitan?"

Sambil menghembuskan asap rokoknya Sera menjawab. "Tidak ada sama sekali, aku senang bisa mendapat tambahan uang untuk Ibu."

Setelah rokok kedua, Sera dan Rocky duduk di bangku kayu yang diletakkan dekat tembok pembatas. Obrolan mereka ngalir ringan, dari soal lounge sampai film-film dokumenter yang sama-sama mereka suka.

“Bapak masih nonton serial dokumenter tentang psikopat waktu itu?” tanya Sera sambil memainkan cincinnya.

“Masih. Tapi sekarang harus sembunyi-sembunyi kalau nonton. Brigita benci waktu aku habiskan waktu untuk hal ‘nggak penting’ katanya.”

Sera mengangguk. “Dia tipe yang fokus pada hal besar, ya? Aku lebih suka ngulik detail kecil.”

Rocky menoleh, menatap gadis itu dengan ekspresi yang nyaris lembut.

“Kamu tahu nggak, Sera? Kadang aku merasa… cuma beberapa orang saja yang ngerti aku kerja bukan cuma soal uang, tapi seni, rasa dan detail. Salah satu yang mengerti aku itu ya kamu."

Sera tersenyum kecil. “Mungkin karena saya juga nggak bisa kerja setengah hati, Pak.”

"Memang siapa lagi yang mengerti Bapak?"

Rocky mengerutkan dahi. "Zoel... Lena... Titi dan sekarang kamu."

"Aku menganggap kalian pejabatku yang selalu bisa aku andalkan di kantor," imbuhnya lagi.

Suasana mendadak hening. Nyaman. Tapi bukan kenyamanan yang tepat sebagai atasan dan bawahan.

Dan tanpa mereka sadari, dari balik pintu kaca belakang, Brigita melihat momen itu. Dua siluet duduk di bawah lampu temaram, terlalu dekat untuk disebut formal, terlalu hangat untuk sekadar atasan dan bawahan.

Brigita tidak mengetuk atau menyapa. Dia hanya menatap beberapa detik, sebelum kembali masuk ke ruangannya—hatinya kembali sesak.

.

.

Beberapa hari kemudian…

Hubungan Brigita dan Rocky kembali dingin. Rocky menyadari jarak itu, tapi tidak lagi mencoba menjelaskannya.

Saat mereka sarapan di rumah, Brigita bertanya tanpa menatap.

“Kamu sering ngobrol sama Sera ya sekarang? Setelah Dyandra hilang terbit Sera,"

Rocky menaruh garpunya. “Dia pegang dua Lounge di bagian operasional. Tentu aku banyak ngobrol.”

“Cuma ngobrol?”

Rocky mendesah pelan. “Hey, aku tahu kamu masih belum sepenuhnya percaya. Tapi sampai kapan kamu terus mencurigai semua wanita yang kerja sama aku?”

Brigita diam.

“Kalau kamu terus begini…,” Rocky menatap istrinya dalam-dalam, “…mungkin kamu nggak sadar kalau sifatmu yang buat aku pergi menjauh!”

"Kenapa jadi aku yang salah di sini? Aku itu dari awal menikah sama kamu seperti tidak ada guna nya," seru Brigita.

"Lagi-lagi ngajak ribut!" gumamnya.

Rocky tidak menyelesaikan sarapan nya, ia memilih berangkat ke kantor dengan menggendong rasa kesal.

"Rocky!!" teriak Brigita menyusulnya ke garasi.

"Pernikahan seperti apa ini!! Setelah aku coba menaruh hatiku padamu malah dengan mudah kau hancurkan! Aku berusaha melupakan Papi Ken untukmu!"

Rocky yang hendak masuk ke dalam mobil mendorong pintu mobilnya lagi sangat kencang. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal kuat.

"Aku dulu melihatmu sekilas dan berpikir menikah denganmu menyenangkan. Karena kamu cantik dan seksi, ternyata di balik itu semua kita banyak ketidakcocokan. Di tengah pekerjaanku yang berat aku butuh seseorang yang bisa meringankan pikiranku. Bukan menambahnya lebih buruk!!"

Brigita tercengang mendengar ucapan suaminya.

"Kau yang memulainya! Kau yang berselingkuh dari awal kita menikah. Hanya karena jal4ng itu semuanya hancur berantakan!"

"Dia sudah pergi, Brigita!!! Stop talking about her!!"

Rocky masuk ke dalam mobil dan melajukannya meninggalkan rumah gedongan miliknya.

1
Citra Silvia
cerai aja lah cape punya suami kaya gitu
Nathania maheswari: selingkuh emamg penyakit yg gak bisa sembuh
Semara Pilu: 😂 sabar kak.
total 2 replies
Citra Silvia
gila Rocky
Citra Silvia
waduh gret aku
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!