Amora, seorang gadis bangsawan yang muak dengan semua aturan yang mengekang pada awalnya hanya ingin keluar dari kediaman dan menjelajahi dunia bersama pelayan pribadinya
Menikmati kebebasan yang selama ini diambil secara paksa oleh kedua orang tuanya pada akhirnya harus menerima takdirnya
Sebagai gadis yang terlahir dengan berkat kekuatan suci, dia memiliki kewajiban menjaga perdamaian dunia.
Amora yang pada awalnya masih berusaha menghindari takdirnya dihadapkan pada kenyataan pahit.
Fitnah keji telah menjatuhkan keluarga Gilbert.
Amora Laberta de Gilbert, merubah niat balas dendamnya menjadi ambisi untuk menegakkan keadilan karena kekuatan suci dalam tubuhnya, menghalanginya.
Demi memuluskan tujuannya, Amora menyembunyikan identitasnya dan bergabung dalam tentara.
Mengawali karir militernya dari tingkat paling rendah, Amora berharap bisa menjadi bagian dari pasukan elit yang memiliki tugas menegakkan keadilan dimana itu selaras dengan tujuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KABAR BURUK
Satu anak panah menancap dalam di punggung seekor kelinci gendut. Kelinci itu langsung tumbang dan tidak lagi memiliki pergerakan sedikitpun.
“Semakin hari, kemampuan memanahmu semakin tidak masuk akal!”, ujar Zoe terpukau pada kemampuan memanah Amora.
Setengah jam yang lalu, gadis bangsawan itu datang ke gang kumuh mengenakan pakaian pria berwarna serba hitam. Seperti biasa, dia datang dan mengajak teman-temannya berburu hewan di hutan.
Amora menepuk dada seraya memasang ekpresi sombong. “Tentu saja, aku memang hebat!”, jawabnya tanpa malu.
“Cih! Percuma hebat jika masih terbuang dari keluarga”, ejek Pablo.
Amora tak merasa tersinggung, “Seperti kau diinginkan saja”, sahutnya seraya membenahi alat panahan yang tadi dipergunakan untuk berburu.
Nasib “terbuang” dan “tak diinginkan” yang sama-sama mereka rasakan, menjadi alasan utama Amora begitu senang berteman dengan para gelandangan itu.
Ada banyak gelandangan yang menghuni perkampungan kumuh didekat hutan, yang terletak di ujung kota Erythra dimana para bangsawan tidak akan sudi menginjakkan kaki mereka disana.
Hampir setiap hari Amora akan menyelinap kabur menggunakan kekuatan peringan tubuh yang dimilikinya.
Setelah mengalami banyak ketidak adilan didalam rumah, berburu membuat perasaan sang gadis menjadi lebih baik.
Suasana tidak menyenangkan dikediaman Gilbert, bukan sepenuhnya salah kedua orang tuanya.
Hanya saja, Amora tidak menyukai pengaturan yang dibuat oleh kedua orang tuanya, terutama sang ibu yang mengharuskannya menjadi wanita dengan banyak talenta, seperti merajut, bermain alat musik, menari, dan kegiatan wanita lainnya yang dia anggap cukup membosankan.
Lagipula, jika kedua orang tuanya memang menyayanginya, bukankah mereka sudah seharusnya mendukung apapun yang dia lakukan, asal itu tak merugikan dan membuat nama keluarga tercoreng, bukankah itu sudah cukup?
“Gemuk sekali!”, komentar Hans membuat Amora tersadar dari lamunannya.
Dia menoleh pada pria kurus yang memiliki bekas luka mengerikan dibagian dahi sebelah kiri hingga kearah matanya.
Wajahnya sangat mengerikan sehingga dia dibuang oleh keluarganya. Luka itu Hans dapatkan saat menjadi prajurit diwilayah perbatasan, dulu sebelum fitnah keji membuatnya dipecat secara tidak hormat dari kesatuan tempatnya bertugas bersama Remo.
“Kita akan kenyang”, sahut Thiago, pria paruh baya pendiam dari provinsi Rethym yang entah bagaimana bisa terdampar dikota kecil ini dan menjadi gelandangan.
Tak ada yang tahu mengenai masa lalu Thiago karena pria paruh baya itu menutup rapat-rapat mulutnya.
Yang semua orang tahu, pria tersebut cukup baik hati dan setia kawan sehingga mereka cocok berteman satu dengan yang lain.
Terutama Amora, yang sama sekali tak merasakan ancaman dari pria paruh baya itu sehingga menganggap aksi tutup mulutnya sebagai bagian hal yang baik bagi pria itu dan temannya yang lain.
“Siapa sih orang yang tak memiliki rahasia”
Kata itu yang terpikir dalam benak semua orang sehingga mereka menerima kehadiran Thiago dengan tangan terbuka.
Amora mengangguk, “Aku akan mencari kayu bakar”, katanya dengan nada mutlak.
Daripada membersihkan daging kelinci dari bulu lebatnya dan kotoran hewan lucu itu, lebih baik dia mencari kayu untuk membuat api, itu lebih aman.
“Bukankah selalu seperti itu”, sindir Pablo seraya mencebik bibir.
“Jika lain kali kau berhasil membidik hewan buruan, aku akan membiarkanmu mencari kayu bakar dan aku yang akan membersihkan hewan itu”, tantang Amora.
Amora bukan sedang berbaik hati, dia tahu Pablo tidak akan berani menerima tantangan yang diberikannya.Pria itu sangat gemuk, bahkan untuk berjalan saja, nafas pria tambun itu sudah tersendat-sendat.
“Kau sedang mengejekku?!”, kesal Pablo, hidung peseknya telah menjadi kembang – kempis.
“Pablo, dari semua orang, kamu yang paling baik dalam hal mencabuti bulu binatang. Kami semua mengandalkanmu”, Remo berbicara sambil menenteng kelinci gemuk kearah sungai. Dia tak perduli pada ekspresi malas yang Pablo berikan.
Saat ini mereka tengah berada ditengah-tengah hutan yang menjadi perbatasan kota Erythra dengan kota Pochae.
Kota Erythra adalah kota kecil yang keberadaannya terpisah dari kota-kota lain dikerajaan Kaleis.
Ada sebuah hutan belantara yang mengelilingi, seolah menyembunyikan kota kecil tersebut dari pandangan semua orang.
Dari semua kota, kota Erythra juga yang paling dekat dengan gunung Fumiro. Gunung berapi super besar yang konon katanya menjadi rumah dari seekor naga suci yang memiliki kekuatan api yang menjadi symbol pelindung kerajaan Kaleis.
Sesuai dengan simbolnya yang berupa naga, kerajaan Kaleis adalah kerajaan yang dilindungi oleh kekuatan api.
Dimana seluruh penduduk asli kerajaan Kaleis memiliki kekuatan elemen api, membuat kerajaan ini cukup disegani dan ditakuti oleh semua orang di dunia dengan berada di urutan kedua setelah kekaisaran Foteirno yang sudah lebih dari dua abad berada di puncak piramida sebagai yang terkuat.
Diantara masyarakat yang tinggal di kerajaan Kaleis, setiap seratus tahun sekali, sang naga akan muncul dan menganugerahkan kekuatan sucinya kepada orang yang terpilih.
Mereka yang terpilih akan lahir dengan ciri rambut hitam dan bola mata semerah ruby.
Seseorang yang terpilih tersebut bukan memiliki takdir menjadi raja, orang yang terpilih justru harus menjadi jenderal perang yang bisa melindungi kerajaan Kaleis dari musuh dan orang jahat yang datang mengacau diwilayah kerajaan, menjadi garda terdepan demi kemakmuran dan keselamatan warga.
Ketika Pablo dan Remo kembali dari sungai, Amora yang telah menghidupkan api menoleh begitu Zoe duduk disebelahnya.
“Aku dengar Marquess Boryet akan berkunjung ke kota Erythra”, Zoe memulai percakapan dengan Amora saat gadis itu mulai memasukkan satu persatu ranting kering yang didapatkannya kedalam kobaran api unggun yang sudah mulai berkobar didepannya.
“Ada apa dengan para bangsawan itu? kenapa akhir-akhir ini kota kita menjadi sering mendapat kunjungan?”, sahut Hans yang sibuk membuat bumbu oleh untuk daging kelinci hasil buruan mereka dengan ekspresi wajah tak senang.
Seorang Duches dan Marchioness dari ibukota baru saja pergi dan sekarang, seorang Marquess berpengaruh di provinsi Rethym akan datang.
Kota Erythra selama ini selalu menjadi kota yang tidak terlalu diminati berkat tata letaknya yang tersembunyi dan memiliki medan yang sulit.
Mereka para pendatang harus menyusuri hutan belantara yang terdapat banyak hewan liar dan kawanan bandit sebelum mencapai kota Erythra.
“Entahlah, kudengar Marquess Boryet merupakan salah satu orang penting didalam pemerintahan provinsi Rethym”, ucap Zoe menanggapi celetukan Hans.
Provinsi Rethym terkenal akan tambang biji besi dan tambang emasnya hingga provinsi tersebut menjadi pusat lumbung padi kerajaan Kaleis karena berkat dua tambang yang provinsi itu miliki, pembendaharaan kerajaan Kaleis tak pernah kosong.
Dan sekarang, salah satu orang penting dari provinsi Rethym datang berkunjung, entah apa yang sedang mereka cari atau rencanakan, yang jelas, semua orang merasa itu bukanlah sesuatu hal yang baik.
“Provinsi Rethym? Bukankah Thiago berasal dari sana?”, Amora melirik Thiago, pria paruh baya itu tengah fokus menusuk daging kelinci yang telah di potong kotak-kotak dan dibumbui dengan wajah datar.
Zoe mengangguk, “Ya, dan aku dengar, dia salah satu bangsawan culas dan sangat licik”
“Kalau beitu, kedatangannya patut kita curigai”, ucap Pablo menimpali dengan ekpresi serius.
“Thiago, kammu berasal dari Provinsi Rethym bukan?”, kali ini Redo yang angkat bicara.
Thiago mengangguk, riak wajahnya menunjukkan ketidak pedulian yang kentara. Meski begitu, dia tetap menjawab pertanyaan yang Redo ajukan karena menaruh rasa hormat.
“Dia sangat buruk. Sebaiknya, saat dia berkunjung nanti kita bersembunyi disini”, ucap Thiago dengan mimik serius.
Dia hanya ingin berjaga-jaga, lebih baik tidak berurusan dengan pria kasar dan licik seperti Marquess Boryet, daripada mencari muka dan berakhir mendapatkan penindasan.
“Aku akan mengajak Klara kesini nanti kalau begitu”, ujar Amora mengambil keputusan.
Saat kabur seperti ini, dia butuh bantuan untuk mengalihkan perhatian, dan sudah jelas itu adalah tugas Klara.
Dan kali ini, dengan kedatangan salah satu orang penting dari provinsi Rethym, dia sangat yakin keluarganya akan sangat sibuk sehingga tak akan sadar jika dia dan pelayan pribadinya pergi meninggalkan kediaman Gilbert.
“Baiklah, sudah diputuskan. Hari itu, aku akan mengajak Klara bersenang-senang didalam hutan”, batin Amora penuh rencana.