NERD Bertahan Hidup Di Dunia Yang Hancur Dengan Sistem Player Store

Meong~

Terdengar suara kucing yang sangat imut. Sekar terdiam sejenak saat melihat lima ekor kucing dengan berbagai kostum lucu muncul di depannya.

"Uwaaaa... Imut banget!" Sekar langsung memeluk kucing-kucing itu dan mengelusnya dengan gemas.

Dia selalu ingin memelihara kucing, tapi di masa kiamat, hewan menggemaskan itu selalu diburu untuk dijadikan makanan hingga akhirnya punah. Yang tersisa hanya kucing monster mutan yang sama sekali tidak imut dan tidak cocok dijadikan peliharaan karena terlalu ganas.

"Aku merasa jiwaku telah dipulihkan hanya dengan bermain dengan hewan-hewan imut ini," ungkap Sekar sambil terus bermain dengan kucing-kucingnya.

"Ghom!" Suara deham Villager menyadarkan Sekar dari keimutan para kucing yang seolah menghipnotisnya.

"Oh, benar. Aku memanggil kalian untuk memasak." Sekar akhirnya kembali ke tujuan awalnya memanggil kelima kucing itu.

"Siapa yang ingin membantuku membuka restoran?" tanya Sekar, yang langsung disambut dengan meongan kelima kucing.

"Aaaa... Mereka terlalu imut. Ini tidak bagus untuk jantungku," gumam gadis itu sambil berusaha keras menahan kegemasannya.

Game keempat, Cat & Soup, merupakan game idle restoran bertema kucing yang baru saja dibeli Sekar seharga 700 ribu poin. Setiap kucing memiliki tugas masing-masing, seperti kucing berkostum koki yang ahli memasak, kucing berkostum pelayan yang bertugas mengantar makanan, dan sebagainya.

Di awal permainan, sistem memberikan sebuah kios kecil untuk berjualan makanan. Namun, karena kios itu tidak cukup untuk menampung para Villager, Sekar memutuskan membangun restorannya sendiri.

Setelah menghabiskan waktu dua jam, Sekar akhirnya menyelesaikan pembangunan restorannya.

"Eeh, sepertinya aku terlalu berlebihan," ujar Sekar, berdiri di depan bangunan mewah lima lantai yang baru saja dia bangun.

Awalnya, ia hanya ingin membuat restoran sederhana. Namun, mengingat rencananya untuk memperbanyak jumlah Villager petani, Sekar memutuskan untuk membuat sebuah hotel yang mampu menampung ratusan pengunjung.

Lantai pertama hotel difungsikan sebagai restoran. Lantai kedua hingga keempat menjadi kamar inap, sedangkan lantai teratas digunakan sebagai kamar para kucing sekaligus rumah Sekar.

"Aaah... Lantai teratas pasti akan menjadi surga," gumam Sekar, membayangkan kumpulan kucing berkostum lucu tinggal bersamanya.

Selesai membangun hotel, Sekar mulai membeli berbagai alat dapur dan bumbu masakan. Untuk bahan utama seperti sayur, tepung, dan daging, ia mengambilnya langsung dari ladang dan peternakannya.

Setelah setengah jam melakukan persiapan, tanda open pun diletakkan di pintu, membuat semua Villager yang sudah mengantri di luar hotel segera menyerbu restoran.

Para Villager terlihat kebingungan saat kucing pelayan menunjukkan buku menu. Mereka sulit memutuskan ingin mencoba makanan apa terlebih dahulu.

Sementara itu, Sekar yang sedang beristirahat duduk santai di balkon lantai lima. Ia melihat matahari terbenam sambil menikmati secangkir teh lemon dan ditemani seekor kucing yang berada di pangkuannya.

"Ah, nikmat sekali," gumamnya, diiringi senyuman yang merekah.

***

Setelah Sekar tertidur, dunia Minecraft bergerak begitu cepat, seperti sebuah rekaman video yang diputar 100 kali lebih cepat, membuat malam di dunia ini hanya berlangsung selama lima detik.

Dalam mimpi yang singkat, Sekar mendengar suara dengkuran kucing di sekitarnya, membuat gadis itu merasa tenang.

Pagi harinya, Sekar terbangun sendirian di kamarnya. Para kucing telah bangun lebih dahulu darinya dan mulai bekerja di hotel.

Setelah menyelesaikan urusannya di toilet dan menyegarkan diri dengan mandi di kamar mandi, Sekar turun ke lantai pertama untuk sarapan.

"Hari ini adalah nasi uduk dengan telur dadar? Hem... yumi," ujar Sekar sambil menikmati sarapannya. Setelah mendirikan hotel Mew Heaven, Sekar merasa hidupnya di dunia Minecraft menjadi sangat nyaman.

"Nona, apa kau ingin berdagang denganku?"

Tiba-tiba seseorang menghampiri meja Sekar dan mengajaknya berdagang. Sekar menghentikan makannya untuk melihat siapa yang berbicara padanya.

Orang itu memiliki wajah seperti Villager pada umumnya, namun mengenakan pakaian berwarna biru. Di Minecraft, hanya ada satu NPC yang memiliki penampilan seperti itu.

Merchant, atau pedagang keliling.

"Oh, Tuan Merchant rupanya. Apa yang Anda punya? Asal tahu saja, aku tidak akan membeli barang murahan," ucap Sekar seraya melanjutkan sarapannya.

"Saya paham. Untuk sosok yang sangat luar biasa seperti Anda, tentu saya tidak akan menawarkan barang biasa," balas Merchant.

Seketika jendela hologram muncul di depan Sekar, memperlihatkan barang dagangan yang ditawarkan Merchant.

Sekar menatap layar hologram itu sembari terus mengunyah makanannya.

Buku: 5 emerald

Keranjang buku: 45 emerald

Meja peningkatan: 100 emerald

Bubuk Blaze: 20 emerald

Armor berlian: 70 emerald

Loyalty Enchant Book: 150 emerald

Mata Sekar melebar melihat item yang dijual oleh Merchant. Awalnya, dia berpikir pedagang hanya akan menjual sesuatu yang tidak berguna.

Namun, setelah melihat daftar item yang tersedia, Sekar ingin segera mengosongkan persediaan emerald di inventorinya.

Meskipun dia bisa membuat semuanya sendiri, membelinya dari Merchant jauh lebih irit sumber daya, terutama Meja Peningkatan, yang memerlukan diamond untuk membuatnya.

Sekar tanpa ragu membeli 15 keranjang buku, 1 meja peningkatan, 15 Bubuk Blaze dan 1 Loyalty Enchant Book, dengan menghabiskan hampir seribu emerald.

"Senang bisa berdagang denganmu," ucap Merchant sebelum akhirnya pergi bersama dua llama yang menunggu di luar hotel.

Setelah mendapatkan semua bahan yang diperlukan untuk membuat Enchant Book, Sekar mulai memikirkan rencana untuk mempelajari pembuatan senjata.

Selesai sarapan, Sekar keluar dari hotel lalu mendirikan gedung lokakarya besar di samping hotel Meow Heaven.

Lokakarya ini difungsikan untuk menampilkan berbagai benda yang bisa memberikan pekerjaan pada para villager.

"Anvil untuk pandai besi, lectern untuk pustakawan, dan grindstone untuk pembuat senjata," ujar Sekar sambil memajang satu per satu item di lantai pertama lokakarya.

Setelah hotel dibuka, para villager yang kekenyangan makan di restoran langsung membuat anak.

Hanya dalam sehari, sudah ada puluhan villager anak-anak yang memenuhi desa. Dalam waktu dekat, mereka akan menjadi dewasa dan siap bekerja. Untuk itu, Sekar mendirikan lokakarya ini agar para villager baru dapat menentukan pekerjaan yang mereka inginkan.

Dengan total 13 pekerjaan yang bisa dipilih, desa ini semakin maju.

***

Selesai membangun lokakarya, Sekar berniat menambang untuk mendapatkan poin dan material.

[Peringatan! Tingkat kesulitan Raid yang akan datang akan meningkat karena pengaruh dari perkembangan desa. Disarankan untuk segera meningkatkan pertahanan desa sebelum Raid dimulai.]

Sekar langsung berhenti ketika mendengar peringatan dari sistem. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa perkembangan desa akan mempengaruhi tingkat kesulitan Raid.

Masih tersisa 4 juta poin, Sekar berniat membeli game baru yang akan digunakan untuk meningkatkan pertahanan desanya.

"Game yang cocok untuk mempertahankan desa tentunya adalah permainan dengan genre tower defense. Tapi, permainan jenis ini sangat berisiko karena bisa meningkatkan jumlah monster dalam Raid," gumam Sekar sambil berpikir.

Sekar harus memilih dengan hati-hati game yang ingin dia beli. Jika salah pilih, justru akan menjadi bumerang baginya.

Game berjenis tower defense biasanya mengharuskan pemain bertahan dari serbuan monster, yang justru berpotensi meningkatkan tingkat kesulitan Raid.

"Game tower defense apa yang tidak menjadikan serangan monster sebagai fitur utamanya?" tanya Sekar pada dirinya sendiri.

[Bukankah itu sudah jelas?]

Suara sistem terdengar keheranan.

"Ya, sebenarnya aku pura-pura bodoh saja agar lebih terasa dramatis," jawab Sekar santai.

[Saya tidak mengerti.]

Merasa percakapan aneh itu terlalu membuang waktu, Sekar segera membuka toko lalu menuliskan nama game pada menu pencarian.

[Apa Anda ingin membeli game Clash of Clans?]

Kening Sekar berkerut saat melihat harga game itu, yang menurutnya terlalu mahal.

"Dua juta poin hanya untuk game yang memberikan sedikit tower dan pasukan untuk bertahan?" Sekar menggerutu.

Dia berpikir bahwa masih banyak game yang lebih baik, seperti Rise of Kingdom dan Warpath. Tapi kedua game itu berpotensi meningkatkan kesulitan Raid ke tingkat yang tidak masuk akal.

"Sepertinya memang tidak ada pilihan lain," ujarnya sambil menekan tombol konfirmasi.

[Berhasil membeli game Clash of Clans.]

"Selamat datang, goblin," gumamnya menyambut musuh barunya.