Marriage With CEO
"BODOH!!"
Suara teriakan terdengar hingga ke meja di mana sekretaris tengah duduk menahan ketakutan karena mendengar suara barito Aston yang sedang memarahi karyawan yang tidak becus mengurus pekerjaan yang Aston berikan kepadanya. Kejadian ini bukan pertama kali ia denger sudah sering kali di dengar oleh Fany sekretaris Aston. Tapi Fany masih saja ketakutan jika Aston sudah seperti ini sekarang. Walaupun Fany sudah lama bekerja dengan Aston tapi jika sifat aslinya Aston keluar maka siapa saja yang berpapasan dengan Aston bisa terkena amukannya. Namun sifat Aston akan luluh jika bersama dengan sang mantan dulu, tapi sekarang mereka sudah putus jadi tidak ada yang bisa mengendalikan amarah Aston.
Pria yang berada di dalam ruangan Aston keluar dengan perasaan lega karena ia terbebas dari tatapan tajam Aston. Sedangkan Fany bersiap-siap untuk menyambut Aston yang sebentar lagi akan keluar dari ruangan di ikuti oleh Hadwin sekretaris yang begitu di percaya oleh Aston. Tak berselang lama pintu terbuka menampilkan pria dengan wajah yang begitu menahan amarahnya. Tapi nilai seratusnya adalah Aston berwajah tampan yang membuat siapa saja yang menatapnya tidak mudah berpaling.
Aston memang berasal dari keluarga yang kaya raya yang memiliki banyak perusahaan yang sudah Aston kelola. Kedua orangtuanya cukup bangga dengan pencapaian Aston tapi yang di sayangkan kedua orangtuanya adalah Aston tidak ingin menikah padahal usianya sudah menginjak dua puluh tujuh tahun tapi Aston belum juga mau menikah sampai-sampai sang mama menjodohkan dengan temannya tapi selalu di tolak oleh Aston.
Fany menunduk memberi hormat saat Aston melewati mejanya. Sebelum masuk kedalam ruangannya Aston memberi perintah agar Fany menyiapkan berkas miliknya. Dalam hati Fany berdoa agar ia tidak salah lagi membawa berkas milik Aston lagi. Karena ia tidak mau kejadian bulan lalu terulang lagi.
"Maaf Tuan saya salah membawa berkas," ucap Fany.
"Bagaimana bisa kau salah membawa berkas! Apa kau tau jika rapat kali ini perusahaan akan mendapatkan keuntungan besar tapi dengan mudahnya kau membuat kita gagal mendapatkan!"
Amarah Aston tidak bisa di tahan lagi saat kolega bisnis Aston protes dengan berkas yang mereka terima karena berkas yang mereka terima berisikan isi curhatan Fany yang tidak bermutu bagi Aston.
Karena kejadian itu Fany di berikan sp untuk pertama kalinya selama ia bekerja di sini. Bayang-bayang di mana Aston memarahinya masih melekat di benak Fany.
Jam masih menunjukkan jam dua belas siang sedangkan rapat akan di laksanakan pukul dua siang nanti jadi Fany harus benar-benar menyiapkan berkas yang akan di bawanya nanti. Kali ini Fany benar-benar membawa berkas yang Aston minta. Hampir berkali-kali Fany mengecek berkas yang ia bawa untuk memastikan jika berkas itu tidak keliru lagi.
Tepat jam dua siang Fany menuju ke tempat rapat akan berlangsung. Fany duduk di kursi paling depan bersama dengan Hadwin dengan perasaan campur aduk. Satu mobil dengan Aston membuat jantung Fany hampir keluar dari tempatnya. Fany mencoba melihat Aston dari kaca mobil nampak Aston sedang tertidur. Jantung Fany sedikit lega melihatnya.
Hedwin nampak terkekeh ketika Fany bisa bernafas lega saat melihat Aston sedang tertidur.
...•••...
Langkah yang terus menerus bolak-balik mengantar makanan ke meja pelanggan, itulah yang yang sedang Ayana lakukan sejak satu jam lalu. Pelanggan tidak berhenti berdatangan membuatnya tidak bisa bersantai-santai walaupun sejenak saja.
Keringat terus mengalir dari dalam tubuhnya. Membuat Ayana hampir putus asa. Namun jika ia tidak bekerja maka ia tidak bisa menghasilkan uang, di mana uang itu ia gunakan untuk pengobatan sang ibu yang sedang sakit keras.
Dua jam berlalu akhirnya Ayana bisa terduduk dengan badan dan kaki yang lelah. Penampilan yang sudah tidak seperti semula membuat Ayana pergi ke toilet untuk membenarkan penampilannya.
"Ay, nanti kita pergi ngumpul sama yang lain, yuk." Ajak Anindira sahabat Ayana.
"Kayaknya aku gak bisa pergi deh, soalnya ini jadwal bunda cek up," ucap Ayana.
"Oh, kalau begitu kamu antar bunda aja, lain kali kamu bisa ikut," ucap Anindira.
Ayana mengangguk kepalanya. "Aku pulang dulu, ya." ujar Ayana.
"Oke, kamu hati-hati dijalan ya, kalau udah sampai kabarin, kamu naik bus?"
"Kalau bukan naik bus terus kendaraan mana yang kasih tumpangan gratis?"
"Oke kalau gitu kamu hati-hati, ya."
Setelah membersihkan diri Ayana mengganti pakaiannya dan bersiap untuk pulang. Di luar Ayana menatap sepasang kekasih yang berlalu lalang sambil menikmati waktu berdua mereka. Berapa bahagianya mereka tidak memikirkan beban yang Ayana rasakan sekarang.
"Kapan aku bisa merasakannya." Gumam Ayana sambil melangkahkan kakinya menuju ke halte bus.
...•••...
"Terima kasih sudah menerima kerjasama dari perusahaan kami," ucap kolega Aston.
Aston menjabat tangan koleganya. "Saya yang harusnya berterima kasih karena sudah percaya dengan perusahaan kami." ujar Aston.
Rapat berlangsung dengan baik dan lancar. Setelah selesai Aston dan kedua sekretarisnya pergi meninggalkan ruangan rapat.
"Hadwin, kamu antar saya terlebih dahulu, setelah itu kamu antar Fany, karena ini sudah malam bahaya jika ia naik taksi." Perintah Aston.
"Ti--tidak, tuan saya bisa naik taksi saja," tolak Fany.
"Tidak ada penolakan," putus Aston.
"Baik tuan."
Mereka bertiga kembali masuk mobil dan menuju ke rumah Aston terlebih dahulu sebelum mengantar Fany.
Aston merebahkan tubuhnya di tempat tidur dengan isi kepala yang begitu pening. Tanpa sadar ia tertidur dengan baju kantor yang masih melekat pada tubuhnya.
Tok!
Tok!
Tok!
"Aston kamu sudah pulang, nak?" Tanya orang di luar kamar Aston.
Cklek
"Kebiasaan yang tidak pernah berubah." ucap nyonya Rosvelina - mama Aston.
Nyonya Rosvelina membantu sang anak membukakan bajunya dan menyelimuti sang anak.
"Aku berdoa agar kamu segera menikah, biar kamu ada yang mengurus." Ucap nyonya Rosvelina.
Pintu kamar tertutup dan mata Aston terbuka. Walaupun ia sudah mendengar sang mama mengetok pintu kamarnya namun Aston abaikan karena jika ia terbangun maka yang akan di bahas adalah pernikahan. Kapan Aston akan menikah itulah yang akan di katakan sang mama.
Isi kepala sudah di pusingkan dengan perusahaan di tambah lagi ia harus memikirkan pernikahan yang sangat di inginkan sang mama.
...•••...
"Bunda harus istirahat yang cukup gak usah angkat-angkat yang berat-berat, inget pesen dokter tadi Bunda gak boleh kecapean, nanti penyakit Bunda kambuh lagi."
"Iya, Nak."
"Kalau begitu Bunda tidur aja. Sisa pekerjaan ini biar Ayana yang teruskan." ucap Ayana kepada sang Bunda.
Ayana menyelimuti tubuh sang bunda, keluarga satu-satunya yang Ayana punya karena sang ayah sudah lebih dulu meninggal karena kecelakaan satu tahun lalu, saat itulah kehidupan Ayana berubah seratus delapan puluh derajat. Yang sebelumnya Ayana tidak bekerja namun sekarang harus Ayana lakukan untuk pengobatan sang bunda.
Semua pekerjaan rumah sudah selesai barulah Ayana bisa beristirahat dengan tenang. Rumah yang tidak begitu besar tapi cukup untuk menampung mereka berdua. Tidak kehujanan dan tidak panasan saja Ayana begitu bersyukur akan hal itu.
Ayana tidak akan pernah mengeluh sedikitpun karena di luar sana ada yang jauh lebih menderita dari dirinya maka dari itu Ayana selalu menikmati pekerjaan yang ia jalani sekarang.
Merangkak naik ke atas tempat tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah lelah dan tanpa menunggu waktu yang lama mata Ayana tertutup sempurna menuju ke mimpinya.
...•••...
Braakk!!!!
"Sudah ku katakan bukan untuk mengecek berkas yang saya berikan? Kenapa kau salah lagi!" Teriak Aston yang membuat Fany ketakutan.
Ya, untuk kesekian kalinya Fany membuat kesalahan hingga membuat Aston marah. Hadwin masuk ke dalam ruangan dengan keadaan ruangan yang sudah kacau. Menatap kearah Fany yang sudah meneteskan air mata membuat Hadwin menyuruhnya keluar.
"Kamu keluar dulu, terus kamu benahi lagi berkas yang di minta oleh tuan Aston." Pesan Hadwin kepada Fany.
Tanpa memberikan jawaban Fany hanya mengangguk kepalanya. Selepas Fany keluar ruangan Hadwin tidak bertanya apa-apa tentang kejadian yang barusan terjadi karena ia sudah tau apa yang sebenarnya terjadi sekarang.
"Kakak!"
"Apa yang kau lakukan!" teriak Grizella sang adik perempuan Aston.
"Kenapa kau kemari?" tanya Aston dengan nada emosi.
Grizella memperlihatkan sebuah bekal yang akan di berikan sang kakak. "Aku di sini untuk mengantarkan mu sarapan." Jawab Grizella.
"Ada apa ini Hadwin? Kenapa ruangan ini menjadi seperti kapal pecah?" tanya Grizella kepada Hadwin.
Hadwin tidak menjawab pertanyaan Grizella karena ia sibuk membereskan kertas-kertas yang berserakan di lantai.
Grizella menatap ke arah sang kakak. "Penyakitmu kambuh lagi? Mau sampai kapan kau seperti ini? Sampai wanita itu kembali? Mustahil itu yang kau harapkan. Dia tidak akan kembali karena dia sudah milik orang lain. Apa kau paham Aston Max Matthew." Ucap
"Aku terus berdoa semoga ada wanita yang betah dengan sikapmu seperti ini, jika tidak kau akan terus menerus akan menikah." Sumpah Grizella pergi meninggalkan ruangan.
Aston menatap kepergian sang adik yang kesal dengan dirinya.
"Aku ingin setelah aku kembali semua berkas yang aku minta sudah berada di mejaku," perintah Aston.
"Baik Tuan." Balas Hadwin.
Aston memilih untuk keluar ruangan karena ia berniat untuk menghirup udara segar. Jika ia terus berada di dalam kantor maka bisa di pastikan semua yang tidak salah akan terkena imbasnya.
Mengendarai mobil dengan kecepatan sedang Aston berniat untuk pergi ke cafe. Tepat di sebuah cafe yang cukup nyaman Aston turun dari mobilnya dan akan bersantai sejenak di sini.
Ting!
Lonceng berbunyi menandakan bahwa ada pelanggan yang datang.
"Selamat datang," ucap wanita berkulit putih dengan senyum manis menyambut pelanggannya.
Sesaat Aston terdiam ketika melihat wanita yang berada di depannya sekarang. Untuk pertama kalinya mata Aston tidak teralihkan olehnya membuat Ayana yang sedang berada di hadapannya menatap heran.
"Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya yang membuat Aston tersadar dari lamunannya.
"Saya ingin pesan ice Americano," jawab Aston.
"Apa ada pesanan yang lain lagi, Tuan?" tanyanya.
Aston melihat menunya. "Saya pesan cheese cake."
"Baiklah, totalnya menjadi lima puluh tiga, tuan."
Aston mengeluarkan black card miliknya.
"Ini nomer meja anda tuan, akan saya antarkan pesanan anda." Ucapnya.
Aston duduk di kursi dengan pemandangan sebuah hutan pohon pinus yang membuat pikirannya sedikit lebih tenang. Tak menunggu lama pesanan Aston datang.
"Ini tuan pesanan anda."
Setelah meletakkan pesanan milik Aston entah dorongan dari mana Aston menggapai tangan wanita yang mengantar pesanan miliknya.
"Menikahlah denganku." Ucap Aston yang membuat Ayana terkejut bukan main dengan ucapan pria yang ada di hadapannya sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
anita
ini ngjk nikah kok kyak mau beli kangkung aja
2025-01-22
0