Arash, seorang pemuda biasa dari bumi yang berpindah ke Planet Pluto, tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi bagian dari pasukan militer. Namun, keadaan membuatnya harus memutuskan itu.
Setelah mengambil keputusan itu segalanya tampak berubah tiba-tiba sebuah sistem misterius aktif dalam pikirannya!
[Ding! Sistem penghargaan militer tertinggi diaktifkan!]
Sejak saat itu, Arash bukan lagi prajurit biasa. Dengan bakat SSS yang langka, ia memiliki potensi yang melampaui semua manusia.
Satu hari latihannya setara dengan sepuluh hari orang lain, dan keterampilannya berkembang dengan kecepatan luar biasa.
Namun, tantangan di Pluto jauh lebih mengerikan dari yang ia bayangkan.
Di planet ini, umat manusia berperang melawan monster ganas yang terus berevolusi dan mengancam kepunahan seluruh umat manusia.
Para pejuang umat manusia terus bertempur tanpa henti demi bertahan hidup.
Saat peperangan besar semakin dekat, Arash menyadari bahwa musuh terbesar bukan hanya mon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimpi Fiksi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Babak pertama pertempuran akhirnya berakhir.
Di antara tim-tim yang berpartisipasi, hanya Tim Matahari Bulan dan Tim Seratus Bunga yang tetap berdiri dengan penuh keyakinan. Selain mereka, Tim Tampan, Tim Gunung, dan Tim Big Knife juga berhasil melaju ke babak kedua.
Di podium, Kapten Zha menyapu pandangannya ke seluruh arena dengan Sorot matanya.
lalu sejenak tertuju pada tim-tim yang tersingkir, beberapa di antara mereka tampak lesu, kecewa, bahkan ada yang masih menunduk menahan kekecewaan.
Namun, tidak ada waktu untuk tenggelam dalam kekalahan.
setaleh melihat tim-tim tersebut Ia hendak berbicara, Namin suasana tiba-tiba saja berubah.
Di luar tempat pelatihan, suara langkah kaki berat terdengar, menggema di antara barisan tribun.
Dan Seorang pria berseragam militer hitam dengan lambang perak di bahunya masuk dengan penuh wibawa, diikuti oleh beberapa prajurit dengan pakaian serupa.
Terlihat Aura mereka begitu kuat, membuat udara di sekitarnya terasa lebih berat.
Kapten Zha langsung menegang. Pupil matanya menyusut, ekspresi terkejut tersirat di wajahnya.
Kenapa orang ini bisa datang ke sini?
Semua instruktur di sekelilingnya ikut menoleh. Bahkan Tiger dan Bear, yang biasanya tenang, tampak sedikit tegang.
Mereka mungkin tidak mengenali wajah pria itu secara langsung, tetapi lambang pangkat di pundaknya berbicara banyak.
Hening.
Lalu, terdengar suara gumaman dari salah satu instruktur, Harimau yang Tersenyum, yang refleks menyentuh pistol di pinggangnya.
“Ya ampun…” desisnya pelan.
Di bawah, para peserta mulai menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Arash yang semula hanya mengamati, ikut menoleh ke arah kedatangan pria itu.
Awalnya mereka hanya merasa penasaran, tetapi ketika mereka melihat lambang bintang perak itu—
Mata mereka melebar.
“Sial… Jenderal Perak Bintang?!” Apit hampir berseru.
Eza, yang biasanya santai, mulutnya sedikit terbuka, wajah tembamnya berubah serius.
Di Blue Star, ada dua belas tingkat pangkat militer. Namun, hanya yang benar-benar luar biasa yang bisa naik ke tingkat Jenderal Perak Bintang.
Ini bukan hanya soal pangkat, tetapi juga bukti eksploitasi militer yang tak terhitung jumlahnya.
Dan lebih dari itu—
Seorang jenderal berarti seorang Pejuang Tier 6.
Seorang Pejuang Tier 6!
Sejenak, suasana berubah hening. Semua yang ada di tempat itu, baik peserta, instruktur, maupun penonton, menelan ludah mereka.
Kapten Zha berusaha mempertahankan ekspresi tegasnya, tetapi bahkan dia pun tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
Apa yang sedang terjadi?
Di atas tribun, pria paruh baya dengan wajah persegi itu melangkah maju.
Senyum samar terukir di wajahnya, tetapi tatapannya tajam seperti elang.
Kapten Zha menarik napas dalam, lalu mengangkat tangannya memberi hormat keras.
“Zha, Kepala Instruktur Kamp Rekrutmen Baru, memberi hormat kepada Jenderal Lu!”
Terdengar suara tegas saat tangan para instruktur lainnya juga serempak memberi hormat.
Jenderal Lu mengangguk santai, melipat tangannya di belakang punggung, lalu menatap arena dengan ekspresi puas.
“Saya dengar hari ini adalah kompetisi rekrutmen terakhir. Saya ingin melihat sendiri seperti apa kualitas tim terbaik di kota Hitam.”
Nada bicaranya ringan, tetapi tekanannya begitu kuat.
Kapten Zha memberi hormat sekali lagi.
“Siap, Jenderal Lu!”
Jenderal Lu hanya tersenyum tipis, lalu melangkah maju menuju podium, diikuti oleh prajurit-prajuritnya.
Di bawah, Suga kapten Tim Tampan, matanya berbinar.
Peluang emas.
Jika ia bisa menarik perhatian dari seorang jenderal, maka masa depannya akan berubah selamanya.