Baca aja 👊😑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendi 20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kirana dikejar anak kambing
Setelah mengajak Kirana ke kebun desa. Kini Candra mengajak Kirana ke peternakan hewan yang berada tak jauh dari kebun desa tersebut.
"Wahh ...." Kirana kembali tercengang ketika melihat peternakan hewan yang begitu luas dan besar ada di hadapannya. Peternakan tersebut di isi oleh berbagai macam hewan yang sudah dikembang biakkan dengan baik.
"Ayo, ikut aku!" Candra menarik tangan Kirana dan membawanya ke halaman hewan kambing. Para kambing-kambing yang berada di sana terlihat sibuk memakan rambut hijau yang ada di bawah mereka.
"Peternakan ini juga punya warga, yah?" tanya Kirana sembari menatap para kambing-kambing yang masih sibuk menyantap rumput-rumput.
"Tentu saja," jawab Candra.
"Wah ... Orang-orang di sini memang sangat hebat, bisa bekerja sama membangun kebun dan peternakan yang sangat luas!" seru Kirana.
"Lihat dulu siapa kepala desanya!" ucap Candra dengan narsis yang membuat Kirana memutar bola matanya dengan malas.
"Dasar narsis!"
"Pak Candra!" Seorang laki-laki memanggil nama Candra yang membuat Candra dan Kirana langsung menoleh.
Pria yang berprofesi sebagai penjaga peternakan itu segera mendekati Candra. "Untung anda datang, Pak. Saya baru saja ingin memberi tahu jika ada masalah di kandang sapi. Sejak kemarin ada dua sapi yang tidak mau makan atau pun minum! Kini kedua sapi itu terlihat lemas dan hanya berbaring saja di kandangnya!" jelasnya.
Candra yang mendengar itu pun terlihat terkejut. "Ayo, kita ke sana sekarang!" ucap Candra.
"Mari, Pak!"
"Ayo, Kirana," ajak Candra tetapi Kirana justru menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku tidak mau ikut. Aku mau di sini menatap kambing-kambing yang sedang makan itu," ujar Kirana.
Candra pun hanya bisa tersenyum ketika mendengarnya. "Baik, tapi kamu jangan ke mana-mana! Tetap di sini sampai aku kembali, mengerti?" Kirana pun menganggukan kepalanya dengan patuh.
Candra dan si pria itu langsung pergi meninggalkan Kirana di sana.
Di saat Kirana sibuk menikmati pemandangan di sampingnya. Tiba-tiba seekor anak kambing menghampirinya. Kirana yang tidak merasa takut sama sekali pun langsung berjongkok di hadapan anak kambing itu lalu mengelus kepalanya dengan sangat lembut.
Sementara itu.
Candra masuk ke dalam kandang sapi dan melihat ada dua sapi yang sedang berbaring lemas di dalam sana. Berbeda dengan sapi-sapi lainnya yang terlihat bugar dan sehat.
"Bagaimana ini, Pak? Jika seperti ini terus, kedua sapi ini akan mati kelaparan karena tidak mau makan!" cemas si penjaga ternak itu.
"Segera pindahkan kedua sapi ini ke tempat yang lebih aman. Saya takut jika kedua sapi ini terkena virus dan bisa menularkan sapi-sapi yang lainnya!" tegas Candra.
"Baik, Pak! Akan saya lakukan dengan rekan-rekan saya yang lainnya!"
"Besok saya akan kembali bersama dokter hewan untuk mengatasi masalah ini."
"Baik, Pak!"
"HUAAAAA, TOLONG!" Suara teriakan Kirana terdengar jelas dari luar sana. Candra yang mendengarnya lantas terkejut dan segera berlari keluar dari kandang.
"Kirana!" Kedua mata Candra melotot dengan sangat sempurna ketika melihat Kirana sedang berlari terbirit-birit menghindari kejaran seekor anak kambing.
"Hikss ... Hikss ... Candra, tolong aku!" teriak Kirana begitu ketakutan. Kirana langsung berlari ke arah Candra.
Dan ...
Hap!
Kirana melompat naik ke atas gendongan Candra. Untung saja Candra segera menangkapnya karena jika tidak, mungkin mereka berdua sudah terjatuh ke belakang.
"Hikss ... Hikss ... Aku takut, Candra! Anak kambing itu terus mengejarku tanpa henti!" Kirana menangis sembari memeluk leher Candra dengan sangat erat.
Candra yang mendengar hal itu pun lantas tersenyum penuh arti. "Tidakpapa, Kirana. Anak kambing itu hanya ingin bermain denganmu."
"Tapi aku takut ... Hikss ... Hikss ...."
"Jangan takut. Aku di sini, tidak ada yang mungkin menyakitimu," ujar Candra hendak menurunkan Kirana dari atas gendongannya.
"Jangan turunkan aku!" sungut Kirana masih ketakutan, semakin mempererat pelukannya pada Candra.
Bersambung.
Kok aneh menitipkan anak di rumah orang lain. Lebih wajar kalau ke rumah Kekek-neneknya atau paman-bibinya. Setidaknya ada hubungan kerabat.
Apalagi anak gadis.