Kepergian wanitanya menyisakan luka yang teramat dalam bagi Agra. Dari sekian banyaknya waktu yang ia tunggu, hanya pertemuan yang ia harapkan,
Setelah pengingkaran janji yang sempat ia terima, pertemuan masih menjadi keinginannya dalam setiap tarikan nafasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Misshunter_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kupu-Kupu Malam
"ini kan cewe yang lo maksud?" tunjuk Agra
Kiara mengangguk ragu, "kayanya sih iya, udah lama juga. Lagian ngapain sih Gra?"
Alea terkekeh "seingat ku emang iya aku jadi orang pertama yang mas Agra peluk, waktu tanding basket di Smp dulu, untuk pertama kalinya menang dan sebelum itu hubungan aku sama mas Agra udah sedikit lebih baik. Mana aku tahu kalau bakalan ada yang cemburu" goda Alea
"cemburu, Aku? Mana ada" sanggah Kiara
"Alea gak bilang itu mbak kok" sahut Alea dengan senyuman jahilnya
mendengar itu sontak saja membuat Kiara mati kutu,
"jadi sekarang lo udah percayakan Ki, kalau dulu gue gak salah, cuma lo aja yang terlalu cepat ngambil kesimpulan" sela Agra
"iya iya, lagian gue mana tahu lo punya adik yang lain"
"mbak tahu? Mas Agra nih udah lama banget nunggu mbak Kiara" kompor Alea "Udah kaya orang gila aja mbak nungguin perempuan yang kapan tahu balik lagi apa nggak"
"udah sih dek kompor banget, udah meledug baru tahu rasa kamu!" sungut Agra
Kiara hanya tersenyum simpul, ia menatap angka jam yang tertera diponselnya "Gue harus balik Gra" ujarnya
"buru buru banget. Mau kemana?"
"kerjalah" sahut Kiara enteng, Kiara alihkan tatapnya pada Alea, sebelum adik sahabatnya ini bertanya lebih banyak "Lea, aku pamit ya. Kapan kapan kita ketemu lagi"
"boleh tah mbak?"
Kiara mengangguk yakin, "boleh banget. Kalau gitu mbak pamit ya. bye"
"anterin mas!" titah Alea "gak peka banget"
"ya ini mas mau nganterin" sahut Agra seraya hendak bangkit
"gausah Gra!" cegah Kiara "gue bisa balik sendiri"
"tapi Ki..?"
"gapapa udah biasa kemana mana sendiri" ujar Kiara jumawa
mendapat penolakan begitu membuat Agra harus sedikit mengerti, karena kehadirannya kini yang terlalu mendadak bagi Kiara, ia harus mencobanya perlahan supaya kehadirannya bisa diterima dengan baik. Ia hantarkan Kiara sampai masuk kedalam taksi dan pergi melaju bersama kendaraan lain
"Agra.." teriak Asep dari belakang "mana Kiara? beneran udah ketemu?"
Agra mengangguk, "dia udah balik"
"balik? euleuh-euleuh kamu mah, kebina binaan sama Asep. Asep dari tempat kerja langsung kesini supaya bisa ketemu sama neng Kiara geulis"
"oh jadi sekarang yang geulis mbak Kiara ya a' Asep? Alea nggak geulis lagi?" sela Alea yang masih duduk dikursi cafe tak jauh dari Agra dan Asep berdiri
Asep melongok kebelakang punggung Agra, "Neng Alea?" serunya, "Neng Alea ada disini juga? Asep kira teh gak ada yang bening bening disini" Asep lantas menepis tubuh Agra untuk menyingkir dari hadapannya, ia berjalan menghampiri Alea yang tengah cekikikan melihat tingkah sembrono nya
"heh dasar borokokok!" sungut Agra "gak gue restuin baru tahu rasa kamu Sep!"
Asep tak menggubris, pandangannya sudah penuh hanya dengan Alea saja "jangan kebanyakan minum kopi atuh neng geulis. gak baik buat kesehatan" ujarnya saat menyadari ada dua gelas kopi diatas meja yang sepertinya sudah dingin
"bukan punya Lea, punya mbak Kiara Sep"
Asep mengangguk mengerti dengan senyuman yang masih ia pertahankan, tiba tiba saja Agra menghampiri menoyor kepala Asep dari belakang "jangan senyum senyum terus, nanti gigi aa Asep bisa kering!" cerocos Agra kesal
Asep mendelik sembari ia usap bibirnya, memang iya senyum terus gigi nya bisa kering? Bukannya senyum itu ibadah?
"mas, Lea pulang sekarang aja ya? Udah ada Asep juga, paling sebentar lagi Reino sampe"
"mau mas anterin?" tawar Agra
"sama Asep aja Lea"
"cicing kamu sep!" peringat Agra, jangan sampai Asep benar benar ingin mengencani adiknya
Alea menggeleng kecil, "gausah, banyak taksi kok. Lea duluan ya"
"kalau sudah sampai rumah kabari mas ya Le!!" peringat Agra khawatir, pasalnya Alea terbiasa kemana mana sendiri saat di Surabaya bukan di Jakarta, kota asing bagi nya
setelahnya Alea menghilang bersamaan dengan taksi yang membawanya pergi,
pucuk dicinta ulam pun tiba, Reino datang dengan mobil sedan hitam metalic miliknya,
"mobil baru" bisik Asep pada Agra, sementara Agra hanya bergumam menanggapi
"bisik bisik tetangga, iri kan lo?" teriak Reino menggoda
Asep hanya cengengesan mendapat teriakan begitu, karena memang adanya ia bisik bisik pada Agra
"gimana gimana gantengkan mobil baru gue?" ujar Reino jumawa
"bolehlah" sahut Agra, sementara Asep mengacungkan kedua jempol tangannya kehadapan Reino
"mana nih bintang utamanya? Belum sampe?"
"siapa? Kiara?" sahut Asep
"emangnya siapa lagi, kamu kan gak mungkin Sep!"
"bukan itu, maksud Asep jangan nyari Kiara dia udah balik"
"balik? kok balik sih Gra? lo sendiri yang nyuruh kita kesini, sekarang kita udah disini dia malah udah cabut duluan" protes Reino
"dia kerja" sahut Agra sembari memantik batang nikotin dan menghembuskan asapnya keudara
"kerja apa malam malam gini, ada ada aja lo Gra!"
"dia kupu kupu malam" sahut Agra enteng
kopi dingin yang baru saja Asep seruput tiba tiba saja menyembur kembali, terkejut bukan main. Sementara Reino melongo tak percaya, "lo jangan main main Gra!"
"gue gak main main, cewe lugu yang dulu kita kenal sekarang malah jadi cewe binal"
"Anjeenngg!" umpat Reino "gue gak expect kalau sekarang dia.." Reino satukan kedua jari telunjuknya didepan dada membentuk horizontal dan menekankan keduanya "begitukan Gra??"
Agra mengangguk, ia sesap kopi yang sudah dingin dihadapannya "tapi itu sama sekali gak mengurangi apapun penilaian gue tentang dia"
"gilaa.. Lu lebih anjeeng Gra!"
"neng Kiara sudah.. Ehem?" cetus Asep
"dia udah tidur sama banyak pria, tapi itu gak masalah buat gue. Dia tetap yang paling terang diantara yang lainnya"
"wah udah bener bener gila nih anak setan! Lo gak lupakan Gra, mereka bekerja modal ngangkang, salome bangke!"
"lo gak boleh menjudge orang gitu aja Rein, lo gak tahu apa yang udah dia lalui sampe dia bisa seperti sekarang. Ini juga bukan kemauan nya semua karena dasar keterpaksaan" bela Agra
"oke. Katakanlah memang begitu adanya semua karena terpaksa, ya mungkin memang awalnya Gra, tapi kalau sudah sejauh ini, ini bukan lagi terpaksa tapi lebih ke menikmati, iya gak Sep?"
Asep mengangguk setuju, "kalau sampai emak Asep tahu neng Kiara yang dulu sebaik itu sekarang jadi kaya gini, pasti mak Asep bakalan nyeramahin tujuh hari tujuh malem Gra. Dosa!"
"sialan, jangan bawa bawa dosa juga dong Sep!" peringat Reino "kita juga pendosa bangke!"
"iya juga sih, tapi neng Kiara... Dia... Ah sudahlah Asep mah sudah tidak bisa berword word lagi"
sementara Agra tak terpengaruh sedikitpun, ia memilih menikmati sebatang nikotin yang masih tersisa disela jarinya. keputusannya untuk tetap mencintai Kiara akan menjadi persoalan serius dimata masyarakat, tapi siapa yang perduli dengan penilaian orang orang.