Cerita ini hanya fiktif belaka, namun cerita ini di rangkum dari pengalaman seseorang dan di sangkut pautkan dengan kejadian-kejadian Aneh yang terjadi di kalangan masyarakat pedesaan.
Zivanya yang biasa di panggil Ziva menganggap kelebihannya itu sebagai Kutukan namun perlahan dia pun berdamai dengan keadaan dan akhirnya menganggap kelebihannya itu sebagai Anugerah.
Karena Ziva lebih asyik berteman dengan sosok yang berwujud makhluk halus namun mempunyai hati di banding dengan sosok yang berwujud manusia namun tak punya hati.
Sebuah percintaan pun terjalin di cerita ini, berawal saat Ziva duduk di bangku SMK sampai pada Ziva lulus dan melanjutkan kuliah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
"Gak mampir dulu Ki ? " Tanya Ziva.
"Gak Ah, takut ganggu. Kan kamu mau bantuin Ibu kamu. " Jawab Kitty.
"Ya sudah kalau begitu, makasih loh ini. " Ujar Ziva sambil mengangkat paperbag yang di berikan oleh Ibu Kitty.
"Ya sama-sama. "
"Jalan Pak, " Perintah Kitty pada sopirnya.
"Terima kasih Pak, hati-hati. " Teriak sopan Ziva pada sopir Kitty.
Ziva pun melambaikan tangan pada Kitty.
Hari pun berlalu.
"Buk, dua hari lagi aku ada acara kemping Ibu sudah tahu kan ? Yang waktu itu di bahas saat ibu mengikuti rapat di sekolah. " Ucap Ziva saat ia sedang duduk santai bersama Ibunya di depan Tv yang ukuranya tidak begitu besar.
Ibu Ziva mengelus rambut Ziva. " Iya, apa ada masalah ? "
Ziva menggelengkan kepalanya. " Ibu gak papa kan aku tinggal selama satu Minggu ? " Ziva merasa khawatir.
Ibu Ziva tersenyum, " Ya gak papa sayang. Lagian Ibu kan ada Ibu Wati yang selalu temani ibu. "
"Aku berat harus meninggalkan Ibu sendiri. " Peluk Ziva pada Ibunya.
"Ah lambat Laun kamu pasti ninggalin ibu ko Sayang, kamu kan sudah dewasa sebentar lagi lulus. Terus kuliah kan Otomasi jodoh mu semakin dekat. " Jelas Ibunya.
"Gak Bu, mau aku sudah menikah pun aku gak mau jauh dari ibu. "
"Ya kalau suami mu nanti nya mengijinkan, kalau tidak ya ... Kamu harus ikut bersama suami kamu. " Jelas Ibu Ziva, yang merasa sakit kala mengingat putrinya sudah dewasa dan nantinya akan di bawa oleh suaminya.
"Ya aku ikut suamiku, tapi ibu juga harus ikut. " rengek Ziva.
"Hahahaha ... bocah semprul, ya mana mau suami mu ngajak ibu. "
"Eh ya kalau nanti suamiku tidak mau, ya mending aku minta cerai saja. Dan aku hidup sama ibu. "
"Ehh ... mulut mu itu, gak boleh gitu ah. "
"Ya lagian, tidak akan ada yang bisa memisahkan aku kecuali Alloh. " Bentak Ziva.
"Iya ... Iya ... ibu manggut saja, lagian nanti ibu kan pasti sudah tua. Tapi Ibu tidak ingin menyusahkan mu. "
"Jika aku sekarang yang menurut Ibu masih kecil harus menurut sama ibu, nanti waktu Ibu sudah tua Ibu harus menuruti ku. "
Ibu Ziva hanya menggelengkan kepalanya.
Ziva pun memutuskan untuk beristirahat. dalam tidurnya Ziva terus di ganggu oleh sosok hitam yang ingin menyeretnya. Ziva terbangun dengan nafas menderu, " Untunglah hanya mimpi. " Pungkasnya.
Ziva tidak bisa tidur kembali, ia memilih untuk mengambil air wudhu dan sholat malam. Saat Ziva sudah selesai sholat malam. Ia terdiam dan merenungi hal yang sebetulnya tidak ingin ia pikirkan.
"Nduk ! " Sapa Mbah Shandungan yang merupakan leluhur Keluarga Ziva, sosok Mbah Shandungan selalu menjaga Ziva kemana pun ia pergi. Si Mbah Shandungan juga yang mengijinkan para makhluk halus berinteraksi dengan Ziva, jika Si Mbah Shan tidak mengijinkan maka makhluk halus itu tidak akan bisa memasuki raga Ziva.
"Mbah, " Jawab Ziva teduh penuh hormat.
"Mbah aku tidak mau berhubungan dan tahu dengan apa yang di lakukan oleh keluarga David, tapi sosok itu terus meminta tolong. "
Sosok itu tersenyum, senyuman itu hanya bisa di lihat oleh Ziva. Jika orang lain bisa melihat sosok itu sangatlah menyeramkan. Kadang berwujud manusia kadang juga berwujud macan putih.
"kula badhe tansah wonten ing sampingipun panjenengan. " Jawab Mbah Shun dengar artian ( Aku akan selalu di sampingmu ).
Malam pun berlalu di ganti dengan cerahnya mata hari di pagi. Keseharian Ziva terus di iringi kebimbangan, ingin rasanya hati menolong namun ia pun enggan masuk kedalam hal itu.
Sampai tiba dimana hal yang dinantikan semua murid tiba, sebuah acara perkemahan yang bertema kan.
"Bangkitkan Tunas Muda dengan Jiwa Kesatria!"
Tempat perkemahan kali itu akan di laksanakan di sebuah lapangan besar di salah satu kampung dimana di sana terdapat beberapa dusun desa penduduk. Kemah itu akan berlangsung selama 4 hari 3 malam.
"Kamu udah siap Zi ? " Tanya Kitty.
"Insyaallah sudah sih, " Jawab Ziva enteng.
"Mana bawaan kamu Ki ? " Tanya Ziva.
"Ada di mobil, supir ku ikut Ki di suruh sama Papah. dan Papah juga sudah minta ijin pada pihak sekolah. Meskipun aku sudah melarangnya tapi Papah tetap memaksa, pihak sekolahpun awalnya menolak jika harus ada wali murid yang ikut serta. Tapi gak tau kenapa pihak sekolah berubah pikiran. " Tutur Kitty heran.
Sementara Ziva tidak heran, Papah Kitty memang orang yang berpengaruh pada kebesaran sekolah itu. Tapi Ziva enggan membalasnya.
"Kamu tenang aja Zi selama dengan ku persiapan makanan aman, Mamah juga menitipkan sesuatu untukmu. " Sambung Kitty.
Ziva mengembangkan senyumannya, " Ya ampun baik banget Maman kamu Ki. "
"Iya dong, kan .... " Pujian Kitty untuk dirinya sendiri terpotong kala laki-laki tampan mendekati mereka berdua.
"Ya ampun gantengnya Kak David, " Puji Kitty.
Alih-alih Kitty yang memuji malah Ziva yang di sapa. " Zi, taruh saja tasnya di mobilku. "
Ziva menoleh lalu tersenyum ranum, " Tidak usah Kak terimakasih. Lagian ini akan aku titipkan di mobil Kitty. "
"Oh ya sudah, jika perlu bantuan jangan segan-segan untuk bicara ya ? "
"Baik Kak, terimakasih. "
David pun pergi.
"Ciye ... ciye ... " Ejek Kitty.
"Apaan sih, DIAM. " Cerca Ziva merasa malu dengan ejekan Kitty.
Mereka pun semua berkumpul di lapangan sekolah untuk mendengarkan tuntunan dari para Kakak pembina.
Para rombongan pun pergi dengan beberapa kelompok, rombongan itu menggunakan mobil bus besar sehingga mereka sangat gembira. Mereka menikmatinya dengan penuh suka cita, Lokasi perkemahan ada di kaki gunung daerah P. Di sekitaran itu di kelilingi oleh perkebunan Teh.
"Ki, sudah jangan sorak-sorai begitu. Mendingan berdoa, ini sudah memasuki kawasan orang lain loh. "Ucap Ziva.
Kitty yang tadinya berdiri, kini terduduk di samping Ziva. " Mulai deh Lo, "
"Lah, emang iya. Memang suara kalian tidak mengganggu mereka ? Layaknya seorang tamu kita harus sopan Ki. " Jelas Ziva.
"Ok ... Ok ... "
Setelah beberapa lama menempuh perjalanan, sampailah di sebuah gapura bertuliskan.
_SELAMAT DATANG DI KAMPUNG KERAMAT_
Sebagian murid tertidur karna pusing, ada juga yang mabuk perjalanan.
"Ya Alloh apa itu ? Kok atasnya manusia bawahnya ular. " Batin Ziva langsung mengalihkan pandangan tidak mau berinteraksi dengan makhluk itu.
Sosok itu seperti sedang berjaga di sisi dan kanan gapura itu. Mereka membawa tombak seperti jalan kerajaan.
"Nduk, wis mulih ae. " Bisikan itu terdengar di telinga Ziva, sosok itu mengatakan " Sudah pulang saja. "
Ziva tidak mungkin pulang seorang diri, lagian mau pake apa. Meskipun perkampungan itu tidak jauh dari kota tetap saja jika di tempuh dengan berjalan kaki itu bisa sampe setengah hari.
Ziva menundukkan kepalanya, lalu berdoa. Kepala sekolah yang ikut beserta rombongan memperhatikan Ziva.
Pak Kepsek dan juga Ziva seperti sedang memberikan kode masing-masing. Satu persatu murid yang di panggil turun dari Bus, mereka hanya melihat lingkungan di sekitar nampak asri dan sejuk.
"Kampung apa ini ? kenapa di jaga oleh sosok seperti itu ? Apa di sini masih aktif ya padepokan kerajaan seperti itu, hanya saja tidak dapat terlihat. " Batin Ziva.
Lagi-lagi para Kakak pembina menjelaskan hal apa yang boleh di lakukan dan apa yang tidak boleh di lakukan, namanya anak remaja ada yang mengobrol ada juga yang menentukan sehingga tidak begitu mendengar penjelasan dari kakak pembina.
Dari gapura itu perlu berjalan kaki selama setengah jam menuju lokasi yang sudah di sediakan. Terlihat pemukiman penduduk, namun tidak begitu padat.
"Tahun ieu Aya korban moal nya ? " Tanya salah satu penduduk yang sedang meminum kopi di kedai kopi sederhana. Dengan bahasa Sunda, (Tahun ini akan ada korban lagi atau tidak ya ? )
"Hust ... Jempe tong kamana wae ngomong teh, sugan we atuh Kabeh salamet ulah Aya korban ciga nu sa encan na. " Jawab warga yang lainnya ( Sudah jangan bicara kemana saja, mudah-mudahan semua selamat jangan ada korban seperti sebelumnya.)
"Nya kumaha barudak na barandel moal ! Kan ayeuna mah pergaulan kota teh ges ciga pergaulan di luar negri gening lur. " perbincangan itu terdengar oleh pendengaran Ziva meskipun jarak mereka tidak begitu dekat. ( Ya tergantung anak-anaknya nakal atau tidak ! Pergaulan sekarang itu pergaulan kota sudah seperti pergaulan di luar negri.)
"Sudah ku duga, ini tempat bukan sembarang tempat. " Batin Ziva terus menilai tempat itu.