NovelToon NovelToon
Harga Diri Seorang Istri

Harga Diri Seorang Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Wanita Karir / Penyesalan Suami / Selingkuh / Romansa
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Bunda SB

Indira pikir dia satu-satunya. Tapi ternyata, dia hanya salah satunya.

Bagi Indira, Rangga adalah segalanya. Sikap lembutnya, perhatiannya, dan pengertiannya, membuat Indira luluh hingga mau melakukan apa saja untuk Rangga.

Bahkan, Indira secara diam-diam membantu perusahaan Rangga yang hampir bangkrut kembali berjaya di udara.

Tapi sayangnya, air susu dibalas dengan air tuba. Rangga diam-diam malah menikahi cinta pertamanya.

Indira sakit hati. Dia tidak menerima pengkhianatan ini. Indira akan membalasnya satu persatu. Akan dia buat Rangga menyesal. Karena Indira putri Zamora, bukan wanita biasa yang bisa dia permainkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda SB, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tamu Tak Diundang

Pelaminan itu indah, terlalu indah untuk sebuah pernikahan yang dibangun di atas pengkhianatan. Dekorasi putih dan gold mendominasi, dengan rangkaian bunga anggrek yang menjuntai anggun. Backdrop bertuliskan "R & A" dengan font elegan berdiri megah di belakang sepasang pengantin yang duduk berdampingan, tersenyum lebar ke arah fotografer.

Rangga mengenakan jas putih dengan detail gold di kerahnya, terlihat tampan dan berwibawa, seperti pangeran dalam dongeng. Ayunda duduk di sampingnya dengan gaun pengantin putih berpayet yang berkilauan di bawah lampu kristal, mahkota kecil bertengger sempurna di rambutnya yang disanggul tinggi. Wajahnya berseri-seri, senyumnya merekah penuh kebahagiaan.

Mereka terlihat sempurna. Pasangan yang sempurna. Pernikahan yang sempurna.

Terlalu sempurna untuk bertahan lama.

"Mas, Mas Rangga!" seseorang memanggil dengan nada panik.

Rangga menoleh, senyumnya sedikit memudar saat melihat adiknya, Lina berlari kecil menghampiri pelaminan. Wajah gadis berusia dua puluh tiga tahun itu pucat, matanya membulat panik, ponsel tergenggam erat di tangannya.

"Lina? Ada apa?" tanya Rangga, mencoba mempertahankan senyum di hadapan tamu-tamu yang mulai memperhatikan. "Kenapa kamu..."

"Mas, ada masalah besar," potong Lina dengan suara bergetar. Ia menaiki sedikit pelaminan, berbisik cukup keras agar Rangga dan Ayunda bisa mendengar tapi tidak sampai ke telinga tamu. "Ada baliho. Banyak baliho. Di jalan menuju sini. Di Jakarta juga."

"Baliho?" Rangga mengernyit bingung. "Baliho apa?"

Lina menelan ludah, ragu-ragu. Lalu ia menyodorkan ponselnya. Di layar terpampang foto yang baru saja dikirim temannya, foto baliho besar dengan gambar prewedding Rangga dan Ayunda, lengkap dengan ucapan selamat dari "Istri Pertama - Indira".

Warna dari wajah Rangga seketika menghilang. Senyumnya luruh begitu saja, tergantikan dengan ekspresi horror yang tidak bisa ia sembunyikan. Tangannya gemetar saat mengambil ponsel Lina, matanya menatap tidak percaya pada layar.

"Ini... tidak mungkin..." gumamnya pelan.

Ayunda yang menyadari perubahan drastis di wajah suaminya segera mendekat. "Sayang, kenapa? Ada apa?"

Rangga tidak menjawab. Ia hanya menatap layar ponsel dengan wajah pucat pasi. Ayunda merebut ponsel itu, dan detik berikutnya wajahnya juga berubah.

"Apa... ini?" suara Ayunda bergetar. "Siapa yang..."

"Indira," jawab Rangga dengan suara serak. "Ini pasti Indira."

"Tapi... bagaimana dia tahu?" Ayunda mulai panik. "Kita sudah atur semuanya! Kita buat acara tertutup! Tidak ada yang tahu kecuali..."

"Dia tahu," potong Rangga, kali ini suaranya lebih keras. Beberapa tamu mulai melirik ke arah mereka. "Entah bagaimana, dia tahu."

Ayunda menarik tangan Rangga. "Sayang, kita harus melakukan sesuatu. Ini viral. Lihat," ia scroll ponsel, menunjukkan berbagai tangkapan layar dari media sosial. "Orang-orang sudah foto baliho itu dan share ke mana-mana. Ada hashtag #RanggaDuaIstri yang sedang trending."

Rangga menutup matanya, mengusap wajahnya dengan frustasi. Ini mimpi buruk. Ini tidak seharusnya terjadi. Semua sudah ia rencanakan dengan sempurna. Indira seharusnya tidak tahu. Indira seharusnya tetap di Jakarta, percaya dengan kebohongannya, menunggu dengan patuhnya.

Tapi Indira tidak bodoh. Dan Rangga baru menyadari itu sekarang.

"Mas, sepertinya ada tamu yang datang," bisik Lina sambil menunjuk ke arah pintu masuk aula.

Rangga dan Ayunda menoleh bersamaan. Dan di sana, berjalan dengan tenang melewati deretan tamu yang berbisik-bisik, adalah sosok wanita yang membuat jantung Rangga seperti berhenti berdetak.

Indira.

Ia mengenakan dress midi berwarna biru navy yang elegan, rambutnya tergerai lurus, makeup-nya natural tapi sempurna. Tidak ada tangisan. Tidak ada kekacauan. Ia berjalan dengan kepala tegak, senyum tipis menghiasi wajahnya, senyum yang tenang, terkontrol, yang justru lebih menakutkan daripada teriakan.

Di sampingnya, Rani berjalan dengan wajah serius, seperti bodyguard yang siap melindungi.

Tamu-tamu yang melihat Indira langsung membuka jalan, bisikan semakin keras.

"Itu dia, itu Indira."

"Istri pertamanya."

"Astaga, berani sekali dia datang."

"Ini akan jadi drama."

Indira tidak peduli dengan bisikan itu. Ia terus berjalan dengan santai, seolah-olah ia adalah tamu VIP yang memang diundang. Langkahnya mantap, tidak ada keraguan.

Rangga tidak bisa bergerak. Ia terpaku di pelaminan, menatap istri atau mantan istri? atau istrinya yang masih sah? berjalan mendekat. Mulutnya terbuka tapi tidak ada suara yang keluar. Otaknya kosong. Semua rencana, semua kata-kata yang biasa ia gunakan untuk memanipulasi, menghilang begitu saja.

Ayunda merasakan ketegangan itu. Ia melihat cara Rangga menatap Indira, ada rasa takut di sana, ada rasa bersalah. Dan Ayunda tidak suka itu. Ia tidak suka merasa terancam di hari pernikahannya sendiri.

Indira berhenti tepat di depan pelaminan. Ia menatap ke atas, ke arah pasangan pengantin yang duduk kaku di sana. Senyumnya tidak pudar, manis, sopan, yang sama sekali tidak menunjukkan amarah.

"Halo," sapa Indira dengan suara yang tenang. "Selamat ya atas pernikahannya."

Keheningan.

Tidak ada yang menjawab. Rangga masih membeku. Ayunda menatap Indira dengan campuran amarah dan ketakutan.

"Maaf aku datang tanpa undangan," lanjut Indira dengan nada yang sangat, sangat tenang. "Tapi aku rasa, sebagai istri sah, ah, maksudku istri pertama, aku punya hak untuk memberikan selamat langsung, kan?"

"Kamu..." akhirnya Rangga menemukan suaranya, tapi terdengar serak. "Kamu kenapa di sini?"

"Kenapa?" Indira memiringkan kepalanya, masih dengan senyum itu. "Aku ingin melihat langsung pernikahan suamiku dengan wanita lain. Apa itu salah?"

"Indira, ini bukan..."

"Bukan tempatnya?" Indira menyelesaikan kalimat Rangga. "Oh, aku pikir ini pernikahan. Bukankah pernikahan adalah acara yang membahagiakan? Seharusnya terbuka untuk semua orang yang ingin memberikan ucapan selamat, bukan?"

Ayunda yang sudah tidak tahan akhirnya berdiri. Ia turun beberapa anak tangga pelaminan, menatap Indira dengan tatapan menantang. "Indira, aku mengerti kamu kesal. Tapi ini bukan tempat untuk..."

"Untuk apa?" potong Indira dengan nada yang tetap tenang. "Untuk konfrontasi? Oh tidak, aku tidak datang untuk itu. Aku benar-benar datang untuk memberikan ucapan selamat."

Ayunda melirik Rangga, mencari dukungan. Rangga masih terdiam, tidak tahu harus berbuat apa.

Melihat keraguan itu, Ayunda memutuskan untuk mengambil kendali. Ia melangkah lebih dekat ke Indira, lalu dengan sengaja ia meraih tangan Rangga yang turun dari pelaminan. Ia menggenggamnya erat, memamerkan cincin pernikahan yang berkilau di jari manisnya.

"Indira, aku dan Rangga saling mencintai," ucap Ayunda dengan nada yang dibuat lembut tapi penuh kemenangan. "Kami sudah menikah sekarang. Secara sah. Dan kami akan membangun keluarga bersama. Aku harap kamu bisa merelakan dan move on."

Ia bahkan menarik Rangga lebih dekat, hampir memeluknya di depan Indira, pamer yang jelas, demonstrasi kepemilikan yang vulgar.

Tapi Indira tidak bereaksi seperti yang Ayunda harapkan. Tidak ada tangisan. Tidak ada jeritan. Tidak ada drama.

Indira hanya menatap mereka dengan senyum yang sama, senyum yang membuat Ayunda merasa ada yang tidak beres.

"Wah," ucap Indira dengan nada yang sangat tenang, "ternyata benar ya yang orang-orang bilang. Kalau sudah dapat sesuatu dengan mudah, nilainya jadi tidak berharga."

Ayunda mengernyit. "Apa maksud mu?"

Indira melangkah lebih dekat, tatapannya tidak lepas dari Ayunda. "Maksudku, sayang," suaranya lembut tapi menusuk, "kamu dapat Rangga dengan mudah. Tidak perlu berjuang. Tidak perlu membangun dari nol. Hanya perlu datang di saat pernikahan kami sedang baik-baik saja dan voila, langsung dapat suami siap pakai."

"Indira," Rangga akhirnya berbicara dengan nada memperingatkan. Tapi Indira mengangkat tangan, membungkamnya.

"Tapi kamu tahu yang lucunya apa, Ayunda?" lanjut Indira. "Kamu dapat Rangga versi yang paling apik. Rangga yang romantis, penuh perhatian, yang bisa meluangkan waktu. Tapi itu karena hubungan kalian masih baru. Masih dalam fase bulan madu."

Indira berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya meresap.

"Tiga tahun lagi, ketika kehidupan sudah rutin, ketika pekerjaan sudah menumpuk, ketika dia sudah tidak perlu berusaha keras untuk mempertahankan mu... dia akan persis seperti dulu. Dingin. Sibuk. Tidak punya waktu." Indira tersenyum manis. "Dan saat itu terjadi, kamu akan duduk sendiri di rumah, menunggu, seperti yang dulu aku lakukan. Dan mungkin akan ada Ayunda yang baru. Yang lebih muda. Yang lebih segar."

Wajah Ayunda memucat. Mulutnya terbuka tapi tidak ada kata yang keluar.

"Karena begitulah polanya, sayang," Indira melanjutkan dengan suara yang sangat, sangat tenang. "Pria yang bisa mengkhianati istri pertamanya, akan bisa mengkhianati istri keduanya. Kamu pikir kamu spesial? Kamu pikir kamu berbeda? Sayangnya tidak. Kamu hanya yang berikutnya."

"Indira, cukup!" Rangga akhirnya bersuara keras.

Tapi Indira tidak peduli. Ia sudah mengatakan apa yang ingin ia katakan. Ia menatap Ayunda sekali lagi, tatapan yang penuh belas kasihan.

"Selamat ya atas pernikahannya," ucap Indira dengan tulus. "Aku doakan semoga bertahan. Meskipun statistiknya tidak bagus untuk pernikahan yang dimulai dari perselingkuhan."

Lalu Indira berbalik, menatap Rangga. Kali ini senyumnya pudar, digantikan dengan tatapan kosong yang dingin.

"Dan untuk kamu, Rangga," suaranya pelan tapi setiap kata terdengar jelas, "terima kasih sudah mengajari aku bahwa cinta tanpa kehormatan itu tidak ada artinya. Terima kasih sudah menunjukkan bahwa aku pantas mendapatkan yang lebih baik dari pria yang tidak punya keberanian untuk jujur."

Rangga terdiam, rahangnya mengeras.

Indira mundur selangkah, memberikan sedikit anggukan sopan, seolah ia baru saja selesai berbasa-basi dengan kenalan biasa lalu berbalik dan berjalan pergi.

Rani yang sudah menunggu langsung mengikuti. Mereka berjalan melewati kerumunan tamu yang masih terdiam dalam shock, melewati pintu, dan menghilang.

Yang tertinggal hanyalah keheningan yang menyakitkan.

Rangga berdiri mematung, wajahnya pucat. Ayunda menatap ke arah pintu tempat Indira menghilang, tangannya gemetar. Kata-kata Indira terus bergema di kepalanya. "Akan ada Ayunda yang baru. Yang lebih muda. Yang lebih segar."

Untuk pertama kalinya sejak ia merebut Rangga, Ayunda merasakan keraguan. Bukan keraguan pada cintanya, tapi keraguan pada pilihannya.

1
rian Away
awokawok Rangga
Ariany Sudjana
itu hukum tabur tuai Rangga, terima saja konsekuensinya. Indira kamu sia-siakan demi batu kerikil
yuni ati
Menarik/Good/
Ma Em
Alhamdulillah Indira sdh bisa keluar dari rumahnya, Rani emang sahabat terbaik , pasti Rangga kaget pas buka kamar Indira sdh pergi .
Wulan Sari
ceritanya semakin kesini semakin menarik lho bacanya, seorang istri yg di selingkuhi suami,bacanya bikin greget banget semoga yg di aelingkuhi lepas dan cerita akhirnya happy end semangat 💪 Thor salam sukses selalu ya ❤️👍🙂🙏
Wulan Sari
suka deh salut mb Indira semangat 💪
Ma Em
Makanya Rangga jgn sok mau poligami yg akhirnya akan membawamu pada penyesalan , kamu berbuat sesuka hati membawa istri keduamu tinggal bersama Indira istri pertamamu dan mengusirnya dari kamarnya dan malah tinggal dikamar tamu kan kamu gila Rangga , emang Indira wanita hebat dimadu sama suami tdk menangis tdk mengeluh berani melawan berani bertindak 👍👍💪💪
Nany Susilowati
ini novel tahun berapakah kok masih pake SMS
Ariany Sudjana
Rangga bodoh, apa dengan mengunci Indira di kamar tamu, maka Indira akan berubah pikiran? justru akan membuat Indira semakin membenci Rangga
Ma Em
Semoga Indira berjodoh dgn Adrian setelah cerai dgn Rangga .
Ariany Sudjana
Indira harus bercerai dari Rangga, ngapain juga punya suami mokondo, dan juga kan Rangga sudah punya Ayunda. lebih baik Indira kejar kebahagiaan kamu sendiri, apalagi kamu perempuan yang mandiri. masih ada Adrian, yang lebih pantas jadi suami kamu, dan yang pasti lebih berkelas dan bertanggung jawab
Dew666
🥰🥰🥰
Mundri Astuti
mending kamu pisah dulu Dira sama si kutil, biar ga jadi masalah ntar klo sidang cerai
Wulan Sari: iya cerai saja buat apa RT yang sudah ada perselingkuhan sudah tidak kondusif di teruskan juga ga baik mana ada seorang wanita di selingkuhi mau bersama heee lanjut Thor semangat 💪
total 1 replies
Ariany Sudjana
Rani benar Indira, jangan terus terpuruk dengan masalah rumah tangga kamu. kamu perlu keluar dari rumah toxic itu, perlu waktu untuk menyenangkan diri kamu sendiri. kamu tunjukkan kamu perempuan yang tegar, kuat dan mandiri
Ma Em
Rangga lelaki yg banyak tingkah punya usaha baru melek saja sdh poligami , Indira saja sang istri pertama tdk pernah dikasih nafkah eh malah mendatangkan madu yg banyak maunya yg ingin menguasai segalanya , Ayunda kira nikah dgn Rangga bakal terjamin hidupnya ga taunya malah zonk
Ariany Sudjana
bagus Indira, kamu harus tegas sama itu pelakor. urusan rumah tangga dan cari pembantu bukan urusan kamu lagi, tapi urusan Ayunda, yang katanya ingin diakui jadi nyonya rumah 🤭🤣
Ma Em
Indira hebat kamu sdh benar kamu hrs berani melawan ketidak Adilan dan mundur itu lbh baik serta cari kebahagiaanmu sendiri Indira daripada hidupmu tersiksa 💪💪💪
Ariany Sudjana
bagus Indira, kamu harus tegas dan tetap berdiri tegak, di tengah keluarga yang mengagungkan nama baik, tapi tingkah laku keluarga itu yang menghancurkan nama baik itu sendiri. sudah Indira, tinggalkan saja Rangga, masih banyak pria mapan yang lebih bertanggung jawab di luar sana dan tidak sekedar menghakimi kamu
Ariany Sudjana
itulah hukum tabur tuai, Rangga sudah memilih Ayunda jadi istrinya, ya terima semua kelebihan dan kekurangannya, jangan mengeluh dan jangan berharap Indira akan berubah pendirian
Dew666
😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!