Sebuah kota kecil bernama Reynhaven, seorang pria ditemukan tewas di rumahnya, tepat lima menit sebelum tengah malam. Di pergelangan tangannya, ada tanda seperti lingkaran berwarna hitam yang terlihat seperti dibakar ke kulitnya. Polisi bingung, karena tidak ada tanda-tanda perlawanan atau masuk secara paksa. Ini adalah korban kedua dalam seminggu, hingga hal ini mulai membuat seluruh kota gempar dan mulai khawatir akan diri mereka.
Di lain sisi, Naya Vellin, seorang mantan detektif, hidup dalam keterasingan setelah sebuah kasus yang ia ambil telah gagal tiga tahun lalu hingga membuatnya merasa bersalah. Ketika kasus pembunuhan ini muncul, kepala kepolisian memohon pada Naya untuk kembali bekerja sama, karena keahliannya sangat diperlukan dalam kasus ini. Awalnya ia sangat ragu, hingga akhirnya ia pun menyetujuinya. Akan tetapi, dia tidak tahu bahwa kasus ini akan mengungkit masa lalunya yang telah lama dia coba lupakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Wahida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lingkaran Konspirasi
Naya dan lainnya telah kembali ke kantor petugas keamanan. Rayyan melihat wajah rekan-rekannya yang tampak lesu.
"Bagaimana? Apa yang kalian temukan?" tanya Rayyan.
"Mayat," jawab Rayna dengan lesu.
"Lagi?" teriak Rayyan.
"Bahkan pembunuhan pertama baru terjadi dua hari yang lalu. Dan sekarang, sudah ada lagi?" sambungnya tak percaya.
"Tidak usah berteriak begitu! Kami juga tahu itu, bodoh!" balas Rayna kesal.
"Rayyan, bagaimana dengan sang pengirim email? Apa kau menemukan sesuatu?" tanya Owen.
"Tidak, ketua. Dia menggunakan pengirimannya dengan anonim. Tidak dapat ditemukan terkait alamat IP atau siapa yang mengirimnya," jawab Rayyan lesu.
Naya tak menghiraukannya. Dia duduk dan menatap jendela yang masih menampakkan suasana hujan. Ia menggigit kukunya gugup. Dia tidak percaya, bahwa pesan yang dikirim itu adalah petunjuk dari sang pembunuh. Ia mengusak rambutnya kasar dengan menghentakkan kakinya kesal. Ini adalah pertama kalinya dia kesal dengan seorang kriminal.
Naya menghentikan aksinya. Dia mengangkat kepalanya, ia tiba-tiba teringat akan sesuatu. Bahwa Darman memiliki hubungan dengan Astra Land.
"Astra Land?"
"Yah, itu jawabannya. Hei junior, ayo ikut aku!" ujarnya pada Evan.
Evan menatap kesal Naya tetapi tetap mengikuti perintahnya.
Naya melirik jam dinding di ruang arsip kantor kepolisian yang sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Malam itu mereka tengah memeriksa arsip lama, mencari petunjuk terkait dua kasus pembunuhan misterius yang baru saja mengguncang kota.
"Ini dia," kata Evan sambil mengangkat sebuah map berdebu bertuliskan ‘Kebakaran Gedung Astra Land, 3 Tahun Lalu’.
Naya mengambil map itu dengan hati-hati, matanya langsung tertuju pada laporan utama. Kebakaran itu dulu menjadi berita besar.
Evan, duduk di meja sebelah, ia juga ikut membalik berkas tentang kasus kebakaran Gedung Astra Land, yang terjadi tiga tahun lalu. Kebakaran besar itu menghancurkan gedung yang hampir selesai dibangun, menewaskan beberapa pekerja dan merusak reputasi para pengembangnya. Walaupun kebakaran itu dikategorikan sebagai kecelakaan, banyak yang berpendapat bahwa ada sesuatu yang lebih dari itu.
"Apa yang ingin anda cari di arsip ini?" tanya Evan.
"Ada sesuatu yang mengganjal di pikiranku."
Tiga tahun lalu, Gedung Astra Land menjadi simbol kemajuan, sebuah proyek besar yang melibatkan beberapa pengusaha terkemuka. Namun, malam kebakaran itu, yang menghanguskan hampir seluruh gedung, meninggalkan banyak pertanyaan yang belum terjawab.
Naya memutuskan untuk menelusuri lebih dalam, membongkar laporan lama tentang kebakaran tersebut. Dalam laporan yang ia baca, ada satu fakta yang menarik Randi korban kedua juga dilaporkan berada di lokasi saat kebakaran terjadi.
"Kenapa seorang aktor bisa berada di lokasi konstruksi malam itu?" gumam Naya, merenung.
Evan menambahkan, "Dia diundang untuk acara promosi gedung, tapi kebakaran terjadi sebelum acara dimulai."
Yang lebih membingungkan lagi adalah Darman, ia ada di tempat kejadian malam itu, meskipun secara resmi tidak disebutkan dalam laporan sebagai salah satu yang terluka.
"Laporan ini tidak pernah dijadikan fokus utama," kata Naya, mengangkat dokumen tersebut.
Naya memandang pada Evan. "Hei, bocah. Coba kamu pikirkan ini. Korban pertama adalah Darman, seorang pengusaha. Kita tahu dia memiliki hubungan dengan proyek Astra Land ini. Dia menggelapkan dana. Apakah kamu berpikir, kematian Randi juga ada hubungannya dengan proyek Astra Land ini?" tanyanya.
"Sudah saya katakan. Jangan memanggil saya dengan bocah. Nama saya adalah Evan Sanders."
"Yah, apapun itu. Jadi, apa yang bisa kamu pikirkan?" tanya Naya.
"Yeah, seperti yang anda katakan. Mungkin, Randi juga memiliki hubungan dengan proyek ini. Mengingat logo proyek Astra Land adalah lingkaran hitam bersayap," jawab Evan.
Naya langsung memandang pada Evan. "Yah! Itu jawabannya Evan! Lingkaran hitam bersayap!" sorak Naya bahagia, dia menemukan petunjuk.
Kematian Randi dan Darman semakin memperjelas bahwa kedua korban memiliki hubungan dengan kejadian kebakaran yang tak pernah diungkapkan. Randi ditemukan tewas di gedung teater beberapa jam yang lalu, dengan luka tusuk mengarah ke jantung.
"Apakah dia memiliki hubungan yang bisa mengaitkan kebakaran itu dengan orang-orang besar?" tanya Evan, menatap berkas foto jenazah Randi.
"Bisa jadi," jawab Naya.
"Dan aku rasa Darman juga tahu. Mereka pasti punya alasan kenapa keduanya dibunuh."
Setelah memeriksa lebih lanjut catatan keuangan Darman, Naya menemukan sejumlah transaksi mencurigakan yang melibatkan Randi. Tiga minggu sebelum kebakaran, sejumlah uang besar ditransfer ke rekening pribadi Randi dari sebuah perusahaan yang berhubungan dengan Astra Land.
"Darman membayar Randi?" tanya Naya.
"Untuk apa?" ujar Naya heran.
Evan merenung. "Mungkin mereka berdua terlibat dalam sesuatu yang lebih gelap. Mungkin bukan hanya kebakaran gedung yang mereka ketahui."
Naya merasa ada benang merah yang menghubungkan Darman, Randi, dan kebakaran itu, tetapi ia membutuhkan lebih banyak bukti. Ia kemudian memutuskan untuk melacak lebih lanjut perjalanan Randi dan Darman beberapa minggu sebelum kebakaran. Ia menemukan bahwa keduanya sering bertemu di sebuah kafe kecil di dekat gedung proyek, tempat mereka bertukar informasi dan kemungkinan besar, mereka juga memiliki sebuah rencana yang besar.
"Kenapa pembunuh ini membunuh Darman dan Randi? Apa alasan pembunuh ini membunuh mereka berdua dengan memberikan tanda yang sama dengan logo Astra Land?" gumam Naya.
"Hei, bocah!" panggil Naya.
"Hahh, terserah anda mau memanggil saya dengan apa."
"Kenapa pembunuh ini memberikan tanda di pergelangan tangan korbannya? Dan tandanya itu memiliki hubungan dengan logo Astra Land," tanya Naya.
"Jika dia pemilik proyek itu, dia tidak mungkin membunuh dengan memberikan tanda yang sangat jelas dengan proyek miliknya yang terdahulu," sambung Evan.
"Apakah pembunuh bayangan hitam ini, adalah pihak ketiga?" tanya Naya tak percaya.
Evan menatap Naya kaget. "Senior, jangan bilang, itu adalah kebenarannya?" tanya Evan.
"Aku juga tidak tahu, bajingan kecil!" ujar Naya dan memukul pelan kepala Evan dengan berkas di tangannya.
"Tapi, jika itu benar---"
"Bocah! Aku merasa, akan ada korban selanjutnya!" ujar Naya menyampaikan argumennya.
"Tidak bisa! Kita harus menghentikan ini. Kita harus menghubungkan semua petunjuk yang kita temui, senior!" ujar Evan yang diangguki oleh Naya.
...****************...
"Senior, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan pada kalian semua. Bisakah kita berkumpul sebentar di ruang rapat?" ujar Naya.
"Ada apa? Ini pukul 2.30 dini hari, Naya. Bisakah kita istirahat dulu sebentar? Aku bahkan belum bisa bernapas dengan tenang sejak aku sampai disini. Harusnya aku berkencan dengan istri dan anak-anakku malam ini. Hahh," keluh Owen kesal.
Naya sebenarnya merasa bersalah akan itu, tetapi dia segera menepis perasaannya. Karena ini sangatlah penting. "Aku tahu itu, senior. Tapi ini sangat penting. Ini terkait si pembunuh bayangan hitam. Aku baru saja menemukan sesuatu tentangnya," ujar Naya.
Owen berdiri tegak ketika mendengar pernyataan Naya. "Kalau begitu, kumpulkan semua orang!"
Naya tersenyum bangga. Dia tahu, bahwa seniornya adalah orang yang bertanggung jawab. "Semuanya! Ayo berkumpul di ruang rapat! Ada yang ingin aku sampaikan!" ujar Naya.
"Baiklah semuanya. Aku akan mulai rapat kita pada hari ini."
"Seperti yang kalian tahu, hari ini, kita baru saja menemukan korban baru. Dan hari ini juga, ada sebuah email yang masuk pada ku. Dan menurut pencarian Rayyan, email itu digunakan secara anonim, dan tidak dapat dilacak."
"Lihat gambar ini. Di tengah ini adalah pembunuh bayangan hitam. Sejauh ini, hanya ada dua korban. Korban pertama adalah Darman. Dia seorang pengusaha sukses. Saat kematiannya, dia ditemukan oleh istrinya ketika sang istri baru kembali dari dinas luar negeri. Di tubuh korban terdapat bekas lingkaran hitam bersayap."
"Kita lihat korban kedua. Dia adalah seorang aktor terkenal dari sebuah teater. Dia baru saja ditemukan meninggal hari ini."
"Kematian Darman ini ditemukan pukul 23.55. Dan kematian Randi ini, mengikut email yang dikirim adalah 23.55. Dengan kata lain, pembunuh ini membunuh korbannya tepat di pukul 23.55. Yaitu sebelum tengah malam. Selanjutnya, kesamaan kedua korban adalah tanda yang ada di pergelangan tangannya. Yaitu lingkaran hitam bersayap. Yang mana, tanda itu sangat mirip dengan logo proyek Astra Land tiga tahun lalu. Yang kita selidiki bersama," jelas Naya.
Semua orang menatap tak percaya dengan petunjuk yang baru ditemukan ini. Kedua korban terhubung dengan proyek Astra Land.
"Jika pembunuhnya adalah orang yang berkaitan dengan proyek Astra Land, itu tidaklah mungkin. Karena mereka mungkin saja melenyapkan bukti, dan tidak meninggalkan bukti. Sedangkan bayangan hitam ini, meninggalkan bukti dengan jelas. Dengan kata lain, pembunuhnya adalah orang ketiga," putus Naya.
"Dan aku rasa, pembunuhan ini tidak hanya sampai disini saja. Pasti ada yang selanjutnya."
"Wow! Aku tidak percaya ini. Bulu kuduk ku merinding dibuatnya."
...To be continue...