NovelToon NovelToon
Bidadari Di Balik Dosa

Bidadari Di Balik Dosa

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Suami Tak Berguna
Popularitas:10.8k
Nilai: 5
Nama Author: triani

Ini kelanjutan kisah aku istri Gus Zidan ya, semoga kalau. suka🥰🥰🥰

****

"Mas, saya mau menikah dengan Anda."

Gus Syakil tercengang, matanya membesar sempurna, ia ingin sekali beranjak dari tempatnya tapi kakinya untuk saat itu belum mampu ia gerakkan,

"Apa?" Ia duduk lebih tegap, mencoba memastikan ia tidak salah dengar.

Gadis itu menganggukan kepalanya pelan, kemudian menatap Gus Syakil dengan wajah serius. "Saya bilang, saya mau menikah dengan Anda."

Gus Syakil menelan ludah, merasa percakapan ini terlalu mendadak. "Tunggu... tunggu sebentar. mbak ini... siapa? Saya bahkan tidak tahu siapa Anda, dan... apa yang membuat Anda berpikir saya akan setuju?"

Gadis itu tersenyum tipis, meski sorot matanya tetap serius. "Nama saya Sifa. Saya bukan orang sembarangan, dan saya tahu apa yang saya inginkan. Anda adalah Syakil, bukan? Anak dari Bu Chusna? Saya tahu siapa Anda."

Gus Syakil mengusap wajahnya dengan tangan, mencoba memahami situasi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Dikira jalan-jalan

"Sifa...,kenapa ikut duduk?" tanya syakil begitu menyelesaikan salamnya, ia segera menoleh ke belakang saat melihat ada yang janggal dan benar saja, Sifa malah sholat di atas kursi plastik.

"Kenapa lagi sih mas?" tanya Sifa bingung sembari mengeluarkan tangannya dari balik mukena yang ia kenakan.

"Kenapa sholatnya pakek kursi?" tanya syakil lagi membuat Sifa menatap kursinya dengan tatapan masih bingung.

"Ya_, tadi katanya aku suruh ngikutin gerakannya mas syakil, kenapa sekarang malah protes sih?" ujar Sifa kesal.

Lagi-lagi syakil harus menepuk keningnya tidak percaya, ia benar-benar baru menyadari hari ini jika wanita yang menjadi istrinya saat ini benar-benar masih belum mengerti tentang sholat.

"Kamu belum pernah lihat orang sholat?" tanya syakil lagi dengan nada yang lebih sabar sekarang.

"Lihat...," jawab Sifa dengan mantap sembari menganggukkan kepalanya, "Ini barusan."

Syakil menghela nafas, ia hampir saja frustasi menghadapi istrinya, "Maksud aku, selain liat aku tadi."

"Ya mana aku tahu, aku besar di inggris, I didn't know that in Indonesia there are many people who pray." jawab Sifa dengan begitu santai.

Syakil akhirnya hanya bisa menggelengkan kepalanya, "Ya sudahlah, mau bagaimana lagi. Lupakan saja, kita belajarnya pelan-pelan."

Syakil hendak melanjutkan berdoa, tapi kemudian ia teringat oleh sesuatu, ia kembali menoleh pada Sifa, "Nanti ikut aku ya setelah sarapan."

Sifa yang mulai melepas mukenanya pun menatap suaminya aneh, "Memang mau ke mana?"

"Nanti kamu juga tahu," syakil segera mengakhiri obrolan mereka dan memilih kembali berdoa membiarkan Sifa yang penasaran.

Sifa yang tidak tahu harus melakukan apa, ia pun memilih meninggalkan tempat sholatnya dan pergi ke dapur. Perutnya sudah terasa begitu lapar. "Masak apa ini!?" gumamnya pelan sambil menatap kemari pendingin. Ia ingat terakhir kali kemarin ia hanya membeli beberapa telur dan juga mie instan, "Masak mie lagi," keluhnya sembari mengusap perutnya yang sudah protes minta di isi.

***

Sesuai janji syakil, pagi ini setelah selesai sarapan. Syakil memesan taksi online. Saat Sifa keluar dari kamar, Syakil yang tengah duduk di kursi rodanya langsung mengerutkan kening. Matanya menelusuri penampilan istrinya dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan ekspresi tak percaya.

Sifa mengenakan blouse lengan pendek berwarna pastel yang cukup ketat di tubuhnya, dipadukan dengan celana jeans yang sedikit robek di bagian lutut. Rambutnya dibiarkan tergerai, dan ia hanya membawa tas selempang kecil yang menggantung di bahunya.

Syakil menarik napas dalam, mencoba menahan diri sebelum akhirnya membuka suara. "Sifa… kamu mau pergi ke mana dengan pakaian kayak gitu?"

Sifa yang tengah sibuk memilih sepatu menoleh sekilas. "Ya pergi sama kamu, lah. Emang mau ke mana lagi?"

Syakil menatapnya dengan tatapan tajam. "Dan kamu pikir pakai baju kayak gitu tuh… cocok?"

Sifa mengerutkan kening, lalu menatap pakaiannya sendiri. "Kenapa nggak? Ini baju biasa, aku pakek mas. Aku juga udah sering pakai ini ke mana-mana."

Syakil mendesah. "Iya, tapi sekarang kamu udah jadi istriku."

Sifa mendelik. "Terus? Aku harus pakai jubah hitam panjang gitu biar cocok jadi istri kiai?"

Syakil memijat pelipisnya, jelas menahan diri. "Nggak harus gitu juga, Sifa. Tapi setidaknya, pakailah pakaian yang lebih tertutup. Kita ini mau keluar, di tempat umum. Aku nggak nyaman kalau istriku berpakaian seperti itu."

Sifa mendengus. "Ih, kuno banget sih, mas. Lagian aku nyaman-nyaman aja pakai ini."

Syakil menatapnya serius. "Kamu nyaman, tapi aku nggak. Aku nggak mau istriku jadi pusat perhatian orang lain karena pakaiannya terlalu terbuka."

Sifa mendecak. "Duh, Mas. Ini lengan cuma sedikit kelihatan, celana juga nggak terlalu ketat. Santai aja kali!"

Syakil menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata, "Sifa, kalau kamu masih mau ikut aku hari ini, tolong ganti pakaian yang lebih sopan."

Sifa menatapnya dengan ekspresi sebal. "Mas, kamu nggak bisa maksa aku gini, tahu!"

Syakil menatapnya dengan tenang. "Aku nggak maksa, aku cuma mengingatkan. Dan sebagai suami, aku punya hak untuk meminta istriku berpakaian lebih tertutup. Kalau kamu nggak mau, ya udah, nggak usah ikut."

Sifa mengerjapkan mata, merasa tersudut. "Astaga… nyebelin banget sih kamu!"

Syakil tersenyum tipis. "Aku suamimu, bukan teman nongkrongmu, Sifa."

Sifa mendengus keras, lalu akhirnya menyerah. "Baiklah, baiklah! Aku ganti baju! Tapi jangan kira ini karena aku takut sama kamu!"

Syakil tersenyum puas. "Terserah aja, yang penting kamu dengerin. Dan lagi, astaganya bakal lebih bagus kalau diganti jadi astaghfirullah hal azim."

"Issstttt," Sifa berdesis kesal.

Dengan langkah menghentak, Sifa kembali ke kamar untuk mengganti pakaiannya, sementara Syakil hanya bisa menggeleng-geleng, setengah geli melihat istrinya yang keras kepala tapi tetap menurutinya.

Selang beberapa menit, Sifa kembali keluar. Kali ini ia mengenakan celana kulot warna pastel dan atasan blus motif warna senada dengan lengan empat per lima, "Bagaimana sekarang? Sudah kan?" tanya Sifa masih terlihat kesal.

Syakil pun tersenyum, "Begitu jauh lebih bagus."

Sifa pun akhirnya membantu syakil dengan mendorong kursi roda syakil hingga ke taksi. Dan dengan bantuan Sifa, syakil pun masuk ke dalam taksi.

"Sebenarnya mau ke mana sih?" tanya Sifa begitu mereka sudah berada di dalam taksi. Taksi pun mulai melaju meninggalkan halaman rumah mereka.

"Nanti kamu juga tahu." jawab syakil dengan begitu santai.

Sebenarnya sebelum taksi jalan, syakil sudah mengatakannya pada sang sopir, tapi karena Sifa yang belum begitu mengenal daerah itu pun tidak begitu tahu apa tujuan mereka.

Setelah melewati beberapa lampu merah, akhirnya taksi yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah bangunan besar dengan gerbang megah bertuliskan **"Universitas Blitar Jaya"**. Sifa mengerutkan kening saat membaca papan nama di depan gerbang kampus itu.

"Heh, Gus. Ini kampus, kan?" tanya Sifa dengan nada curiga, menatap Syakil yang duduk santai di kursi rodanya.

Syakil mengangguk tenang. "Iya, memang kampus."

Sifa menatapnya dengan ekspresi penuh kebingungan. "Terus ngapain kita ke sini? Kita kuliah lagi?"

Syakil tersenyum tipis. "Aku ada bimbingan tesis."

Sifa hampir tersedak udara. "Hah?! Bimbingan tesis?! Terus aku ngapain?!"

"Kamu tunggu di mushola."

Sifa memekik frustasi. "Hah?! Aku disuruh ngendon di mushola?! Aku pikir kita mau jalan-jalan atau belanja atau makan enak atau—"

Syakil mengangkat tangan, menyela ocehan Sifa. "Kita memang keluar bareng, tapi bukan buat main. Aku ada urusan di sini."

Sifa mendengus. "Terus kenapa aku diajak?!"

Syakil menaikkan alisnya. "Nanti aku masih tahu kamu harus ngapain, sekarang aku seleikan dulu urusanku."

Sifa terdiam, merasa kesal dengan jawaban yang penuh teka-teki itu, . "Ehh… selalu aja bikin teka-teki. bisa nggak sih langsung to the point aja. Bikin kesal."

Syakil terkekeh pelan. "Ya udah, sekarang turun. Aku anterin kamu ke mushola dulu sebelum ke ruang dosen."

Dengan wajah kesal, Sifa pun turun dari taksi dan membantu mendorong kursi roda Syakil ke dalam area kampus. Banyak mahasiswa yang berlalu-lalang, beberapa bahkan menatap mereka dengan penasaran.

Sifa yang awalnya kesal, kini justru merasa sedikit canggung. "Eh, mas… aku kayak pusat perhatian gini."

Syakil tersenyum kalem. "Biasa aja. Mereka cuma penasaran lihat aku pakai kursi roda sambil diantar istri cantik."

Sifa melirik Syakil dengan tatapan curiga. "Itu tadi pujian atau nyogok biar aku nggak marah?"

"50:50."

Sifa mendengus. "Gak mempan!"

Mereka akhirnya sampai di mushola kecil di dekat perpustakaan kampus. Syakil menunjuk ke dalam. "Nah, kamu tunggu di sini ya. Sholat sunah aja kalau mau."

Sifa memutar mata. "Sholat lagi, sholat lagi ....,"

Syakil terkekeh. "Ya udah, rebahan aja. Tapi jangan kelayapan, paham?"

Sifa mendelik. "Kayak anak kecil aja aku dilarang-larang."

"Karena kadang kamu memang kayak anak kecil," balas Syakil santai.

Sifa menggerutu dalam hati sambil duduk di dalam mushola. Ia memeluk tasnya sambil memandangi Syakil yang mulai mendorong kursi rodanya menuju gedung utama.

Sambil menghela napas, Sifa menyandarkan kepala ke dinding. "Yah… ternyata hari ini bukan jalan-jalan, tapi nunggu suami kuliah. Udah kayak emak-emak beneran..." gumamnya dengan wajah pasrah.

Bersambung

1
Entin Fatkurina
so sweet
yuning
jangan berfikir perceraian Sifa karena suami kamu adalah salah satu manusia bijak dan hebat
Entin Fatkurina
jadi penasaran, reaksi sifa ketika tau siapa Farah.
yuning
apa kamu akan baik sama Farah kalau tau siapa Farah? sifa
Entin Fatkurina
terimakasih upnya, kak triani.
Tri Ani: sama2 kak🥰
total 1 replies
yuning
syakil
yuning
kejujuran itu lebih baik Sifa dari pada bohong,tapi boleh saja kita menutupi aib kalau untuk kebaikan
Jamil Azhari
Sifa2 aku harap jika syakil tahu biarlah dari sifa biar ngak terlalu sakit kalaupun kata cerai akan di ucapkan nanti
fee2
sifa lum tahu ya calon suami darah ya syakil yang sekarang jadi suami kamu sifa...
Adhen Idho
Kalian sudah saling cinta😁
malu 2 tapi mau🤭
saranku ya sif jujur saja kalau kamu yg nabrak syakil biar gak terlalu kecewa syakil nya
yuning
akh Sifa suami kamu butuh itu, yg peka dong
yuning
suamiku calon suami temanku yg gagal nikah wkwk
yuning: 😁😁😁😁😁
Tri Ani: mantul judulnya
total 2 replies
yuning
gak usah memaksa om, karena segala yang dipaksakan tidak akan berakhir baik
yuning
Miss you ustadz Zaki
fee2
ternyata papa sifa ada di balik semua ini... bagaimana ya sifa....
fee2
jadi zahra setiap hari dapat petuah bijak ustadz Zaki..
fee2
ustadz zaki bijak sekali....
Sri Murtini
kenapa papa jadi provokator😇😇😇
Sri Murtini: emang betul kan seharusnya didoa kan biar samawa ini nggk ,belum tahu gmn Syakil mendidik istrinya. lihat besuk hasilnya jd istri solekhah
total 1 replies
fee2
sakitnya sifa jatuh cinta kedebug love ya sifa....
yuning
luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!