Gadis polos yang berasal dari desa itu bernama Sri, karena tuntutan keadaan dan di jerumuskan temannya dia menjadi simpanan seorang sugar daddy yang memberinya berbagai kemewahan. Terlena dengan duniawi dan perhatian sang sugar daddy membuat Sri lupa diri dan ingin memiliki pria yang telah mempunyai anak dan istri itu. Bagaimana kisah selanjutnya? mari ikuti kisahnya,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teteh lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berubah
Sri terlonjak dari tempat tidurnya saat menyadari ada orang lain yang ikut tidur di sebelahnya. Wakt sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi dan Regan masih tertidur lelap di kasur yang sama tempat Sri biasa tidur.
Sri memeriksa pakaian yang dikenakannya, semua masih tampak utuh sampai dalamannya pun masih terpakai sempurna, ingatannya melayang ke kejadian semalam, mengingat ingat apa yang terjadi di balkon setelah Regan kembali dan menyatakan cinta padanya.
"Apa yang sedang kamu pikirkan? Apa kamu berpikir aku telah memperkosa mu?" suara serak khas bangun tidur terdengar dari bibir Regan yang matanya setengah terbuka, sepertinya dia sedikit terusik dengan gerakan gerakan yang di buat Sri pagi itu.
"Kamu tidak,,,,," tanya Sri dengan sedikit rasa ragu.
"Tidak, atau lebih tepatnya belum, atau aku harus memakan mu sekarang?" goda Regan dengan senyuman jahilnya seperti mengerti dengan apa yang menjadi pertanyaan di dalam kepala Sri saat ini.
Tadi malam setelah mereka berciuman panas dan pindah ke dalam kamar, Sri meminta Regan untuk menceritakan apa yang terjadi pada pria itu sehingga tiba tiba kembali dan menyatakan cinta padanya, namun saat Regan asik bercerita panjang lebar tentang kemelut rumah tangganya, justru Sri malah seperti sedang mendengar dongeng sebelum tidur, karena gadis itu malah terlelap di tengah cerita karena lelah menangis dan memang tidak pernah begadang, sehingga dia tidak dapat menahan kantuknya.
"Tapi ini sudah siang Mas, apa kamu tidak berangkat ke kantor?" gugup Sri seraya memilin milin ujung dress yang di kenakan nya, meski dia tahu konsekuensi menjadi wanita simpanan berarti harus mau melakukan apapun yang di minta pasangannya sebagai bayaran atas fasilitas dan kemewahan yang di berikan padanya, namun tetap saja membayangkan hal yang satu itu membuatnya gugup dan bergidik ngeri, bagaimanapun dia belum pernah melakukannya dan mirisnya dia harus menyerahkan kesuciannya dan melakukan hal pertama di hidupnya itu tanpa ikatan pernikahan.
"Ah iya, aku harus ke rumah sakit dan lalu ke kantor." giliran Regan yang kini terlonjak dari tempat tidurnya saat melirik jam yang bergantung di dinding menunjukkan pukul sepuluh.
"Rumah sakit? Apa kamu sakit atau terluka?" khawatir Sri.
"Tidak, tapi ibu ku di rawat dirumah sakit, aku sampai lupa belum mengunjunginya seharian kemarin." terang Regan yang hanya di jawab O oleh Sri tanpa banyak bertanya lebih lanjut lagi.
Setelah menyantap sarapan seadanya yang di masak Sri, Regan pamit berangkat dengan hati yang berbunga bunga dan menghangat setelah semalam hati dan perasaannya di buat hancur oleh Karina. Mendapatkan berbagai perhatian dari Sri yang melayaninya bak seorang istri sungguhan membuat Regan merasa jika gadis itu telah berhasil mengisi lubang di hatinya semenjak karina tidak lagi ingin tinggal di sana.
Seharusnya mendapat gugatan cerai dari Karina plus di usir dari rumah tinggal mereka dan di rampas semua hartanya oleh Karina membuatnya sedih dan terpuruk, namun sebaliknya, siang ini di kantor Regan justru terlihat begitu sumringah bahagia termasuk saat tiba tiba Karina datang ke toserba milik sang ibu yang kini di kelolanya, sehingga hal itu membuat Karina sedikit mengerutkan kedua alisnya karena agak bingung, dalam bayangan Karina, setelah kejadian semalam, wajah Regan hari ini akan terlihat kusut dan bersedih namun nyatanya wajah Regan tampak biasa saja bahkan cenderung berseri seri.
Ada satu hal lagi yang membuat Karina seperti merasa dongkol sendiri, jika sebelum sebelumnya Regan akan langsung drama dan memohon pada dirinya untuk kembali dengan cara yang sangat memelas setelah mereka bertengkar atau setiap dirinya meminta berpisah dari pria yang masih berstatus suaminya itu, namun saat ini sikap Regan terlihat santai saat tau dirinya mendatangi toserbanya itu.
Kebetulan hari ini ada beberapa hal yang harus di urus mengenai manajemen toserba yang kini sedang dalam proses pembangunan tambahan untuk pelebaran itu, karena biasanya Regan akan berada di kantor barunya yang Karina tidak pernah tau dimana tempatnya.
"Aku baru tahu jika toko warisan ibu mu ini sedang dalam pembangunan, dapat uang dari mana? Atau jangan jangan berhutang? Untung saja aku sudah mengajukan gugatan cerai, jika tidak, aku mungkin akan ikut menanggung hutang bekas pembangunan toko yang penghasilannya tidak seberapa ini." ejek Karina seperti biasanya, ucapannya selalu saja menyakitkan hati Regan dengan hinaan yang selalu dia sampaikan secara terang terangan itu.
Namun mendengar hinaan yang di ucapkan Karina, alih alih marah dan tersinggung, Regan justru malah tersenyum, "sejak kapan kamu pernah menanggung hutang ku, bukankah uang belanja setiap bulannya juga tidak pernah telat dan tidak pernah kurang aku berikan pada mu sesuai yang kamu minta dari ku, bahkan tidak jarang aku memberinya lebih." jawab Regan tenang.
"Cih, hanya dua puluh juta perbulan cukup buat apa coba? Itu tidak seberapa di bandingkan dengan uang pemberian Julian setiap bulannya untuk ku." Karina memutar matanya sinis.
"Itu sesuai dengan jumlah yang kamu minta dari ku, aku juga sering memberi mu lebih, tapi kalau Julian bisa memberi mu lebih dari ku, ya syukurlah!" jawab Regan dengan santainya, membuat Karina justru malah naik pitam di buatnya.
"Dasar suami tidak berguna, malah seperti merasa bahagia istrinya mendapat uang dari orang lain, kau gila!" hardik Karina.
"Aku hanya ikut berbahagia saat kamu merasa bahagia, itu saja." seloroh Regan masih dengan wajah santainya yang justru semakin memicu kemarahan Karina.
"Harusnya daripada uangnya untuk membangun toko tua ini, lebih baik di berikan untuk ku," ujar Karina dengan tanpa tau malunya.
"Kamu sudah mengambil semua milik ku, dan mempunyai Julian yang katanya bisa memberi apapun yang kamu inginkan, apakah masih kurang? Lagi pula bukankah kamu ingin kita berpisah? Apa kamu juga masih menginginkan toko ini?" Regan tersenyum sumir.
"Buat apa? Toko kecil ini tidak ada seberapanya jika di bandingkan dengan mall milik Julian yang nantinya otomatis akan menjadi milik ku juga jika kami sudah menikah." Karina tidak ingin menjatuhkan harga dirinya di hadapan regan, lagi pula hampir semua harta Regan telah berhasil dia rampas, Dia sengaja membiarkan toserba itu tetap menjadi milik Regan, selain karena toserba itu atas nama ibu mertuanya, anggap saja itu untuk hidup Regan nanti agar tidak merecokinya saat setelah bercerai nanti, pikir Karina.
"Aku akan menantikan kabar baik itu dari kalian," jawab Regan dengan senyuman yang terlihat tidak dipaksakan.
"Aku ke sini hanya untuk mengatakan pada mu, jika barang barang mu harus segera di ambil dari rumah, jika tidak ingin barang barang mu benar benar aku bakar, aku tidak main main dengan ini!" ancam Karina mencari alasan akan kedatangannya ke tempat kerja suaminya yang bisa di bilang sangat jarang dia kunjungi, tadinya dia ingin melihat kesedihan Regan dan mengejeknya sampai puas makanya dia datang ke toko milik suaminya ini, hanya saja ternyata yang terjadi malah sebaliknya, Regan terlihat santai dan biasa saja, bahkan tidak sedikit pun tampak raut kesedihan dari wajah pria tampan itu, membuat Karina kesal sekaligus penasaran apa gerangan yang terjadi pada Regan sehingga pria yang biasanya bertekuk lutut dan selalu mengiba agar dirinya kembali karena rasa cinta pria itu padanya yang setinggi langit tiba tiba berubah se drastis itu, bahkan Regan masih bisa tersenyum setelah pertengkaran mereka semalam dan gugatan cerai yang dia layangkan padanya.
Ini sama sekali bukan seperti Regan yang dia kenal sebelumnya, tapi kenapa? Ada apa? Pikir Karina di sepanjang jalan saat dia kembali dari toserba setelah menjumpai Regan di sana.