Dunia Selina tiba-tiba berubah sejak kecelakaan yang Merenggut nyawa Mama nya. Ia bahkan mengalami buta mata setelah kejadian itu. Tidak sampai di sana. Sang Papa menyalahkan nya karena dia lah sang Mama meninggal.
Selina di jual pada seorang Pria. Ibu tiri yang jahat berada di belakang semua itu. Namun tanpa di sadari, ia malah jatuh cinta pada seorang Pria ke-jam yang sudah banyak Merenggut nyawa manusia.
Bagaimana kisah Selina selanjutnya? Semua ada di novel ini. Selamat membaca semua nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Sementara itu, Selina benar-benar berusaha sekuat tenaga untuk mengikuti semua yang di instruksi kan oleh pelatih nya.
Awal nya memang begitu sulit karena memang Selina tidak memiliki dasar. Namun, karena mengingat siapa yang telah membuat mata nya buta, ia pun tidak ingin menjadi lemah.
"Kita istirahat sebentar, Nyonya Selina." Ucap wanita yang saat ini sedang melatih indera pendengarannya.
Wanita yang bernama Siska itu merupakan salah satu yang terbaik di dalam akademi. Ia mampu mendengar suara dari jarak jauh sekalipun.
Dan hal itu berkat latihan dan juga pengalaman hidup yang di alami oleh Siska itu sendiri.
"Sis, bagaimana perkembangan Nyonya Selina?" Tanya Ameng.
"Lebih cepat yang aku duga. Nyonya Selina benar-benar tangguh dan memiliki tekad yang kuat. Padahal, bisa saja beliau menjadi manja. Akan tetapi, Nyonya Selina tidak melakukan hal itu."
"Banyak hal yang telah terjadi dalam hidup nya. Maka dari itu Nyonya Selina bisa menjadi seperti itu. Jangan terlalu kuat melatih nya."
"Aku tidak bisa. Nyonya Selina sendiri yang menginginkan nya. Beliau ingin segera cepat menguasai segala nya."
Ameng pun terdiam. Wajar saja Nyonya nya seperti itu. Pengalaman hidup nya tidak mudah. Ia kehilangan segala nya di waktu yang bersamaan.
Mungkin jika itu orang lain yang melakukan nya, ia tidak akan terlalu bernafsu seperti itu. Namun, karena yang menjadi pengkhianat itu adalah Papa nya sendiri, jadi lah Selina menjadi mengerikan seperti itu.
Banyak hal yang berputar di dalam pikiran nya. Dan Selina ingin apa yang ada di dalam kepala nya itu teratasi satu persatu.
"Siska, ayo kita mulai lagi. Sepertinya, sudah terlalu lama kita beristirahat. Dan kau Ameng, apa yang kau lakukan di sini? Cepat sana pulang!"Ucap Selina.
"Eh, Nyonya tahu aku di sini sejak tadi?"
"Tentu saja aku tahu."
"Wah, Nyonya hebat. Aku akan mengatakan hal ini pada Tuan Damian." Ucap Ameng kegirangan.
"Tidak! jangan katakan apapun dulu pada suami ku. Aku tidak mau nanti dia akan menghentikan semua ini. Aku ingin lebih hebat dari ini dan tak terkalahkan."
"Baiklah jika memang itu yang Nyonya Selina inginkan. Aku pamit dulu."
Selina mendengar jejak kaki Ameng yang mulai menjauh. Itu tanda nya Ameng memang sudah pergi meninggalkan mereka.
"Siska. Ayo. Tunggu apa lagi?"
"Eh, Iya Nyonya Selina."
Bahkan Siska pun salah tingkah pada Nyonya nya yang satu ini. Ia pun begitu kagum pada Selina yang begitu tangguh dan tidak manja.
Bagaimana mungkin pun Selina menjadi manja. Tidak ada waktu untuk bermanja-manja. Apa yang ada di hadapan mereka saat ini, harus dengan cepat di selesaikan.
"Nyonya Selina, konsentrasi lah. Kali ini, aku akan melempar pisau. Dengar kan dengan baik suara pisau ini dan anda harus bisa menangkap nya dengan baik."
"Aku mengerti."
"Dalam hitungan ketiga. Satu, dua, tiga."
Satu pisau terbang ke arah Selina. Dan Selina hari menghindar atau menangkap pisau itu. Yang menjadi pelajaran nya hari itu adalah, Selina harus bisa mendengar kan suara pisau-pisau yang beterbangan itu.
Sret...
Telinga Selina terkena sedikit goresan. Siska memang melemparkan pisau itu mengarah ke samping. Ia masih tidak bisa mengizinkan pisau itu terbang ke wajah Selina.
Slap.
Selina menangkap Ujung pisau dan membuat tangan nya tergores juga.
"Nyonya Selina, anda tidak apa-apa?"
"Sudah lah Siska. jangan berlebihan. Ayo latihan lagi."
"Tapi, jari anda berda-rah."
Selina mengoyak sedikit bagian lengan baju nya dan langsung membalut lu-ka yang ada di jari nya.
"Sudah bukan? Ayo kita mulai lagi. Jangan buang-buang waktu kita hanya dengan masalah sepele seperti ini." Ucap Selina.
Ia bahkan tidak meringis sedikit pun karena terkena goresan pisau. Apa yang telah ia alami selama ini lebih menyakitkan daripada luka itu sendiri.
Selina dan Siska kini berlatih kembali. Dengan cepat Selina menguasai semua nya. Bahkan telinga dan hidung pun di latih untuk menangkap semua hal yang ada di depan nya.
"Jika seperti ini, Nyonya akan bisa lebih cepat menyelesaikan semua nya. Jika sudah menguasai ilmu ini, maka kita akan berlatih untuk hal lain lagi."
"Baiklah."
Malam itu, mereka pun menyelesaikan latihan mereka. Selina dengan cepat bisa menguasai semua nya.
Sebelum tidur ia akan mandi terlebih dahulu. Ia membuka pakaian nya dan di sana ada Siska yang melihat banyak sekali luka ditubuh Selina.
"Nyonya Selina, luka apa itu?"
"Oh, ini. Luka yang aku dapatkan sebelum menikah dengan suami ku."
"Apa Tuan tahu?"
"Tentu saja"
Siska tidak bisa membayangkan bagaimana menjadi Selina. Seluruh tubuhnya dipenuhi dengan luka. Bahkan telapak tangan dan juga telapak kakinya, terlihat begitu mengerikan.
Pantas saja Selina sama sekali tidak merasakan sedikitpun rasa sakit ketika sedang berlatih.
Ternyata apa yang sudah ia dapatkan sebelumnya, lebih menyakitkan dari apa yang saat ini terjadi.
Setelah menyelesaikan ritual sebelum tidurnya, Selina pun langsung naik ke atas tempat tidur dan ingin merebahkan tubuh nya.
Namun seperti nya Siska ingin menguji kepekaan Selina ketika ia tidur malam itu. Siska berjalan mengendap-endap untuk mengambil pi-sau dan mengarahkan nya ke le-her Selina.
Siska hanya ingin menguji apakah Selina sudah bisa mengandalkan indranya yang lain ketika ia sedang tidur.
"Apa yang akan kau lakukan, Siska?" Ucap Selina sambil memegang tangan Siska yang saat itu siap untuk meletakkan sebuah pi-sau di le-hernya.
"Maafkan saya, Nyonya Selina. Saya hanya ingin melatih Indra ketajaman anda ketika anda sedang tidur. Jika memang Anda sudah bisa di tahap seperti ini, sepertinya besok saya bukanlah lagi pelatih anda."
"Tapi aku sudah nyaman denganmu, Siska. Apakah pelatih yang lain akan senyaman dirimu?"
"Ah Nyonya Selina. Anda membuatku tersipu malu. Anda tenang saja, mereka juga sangat baik. Bahkan lebih baik dariku."
"Baguslah kalau begitu. Kau tahu, dulu aku tidak pernah memiliki teman. Karena aku terlalu sibuk belajar dan mengejar pendidikanku. Aku tidak tahu bagaimana caranya berteman. Bagiku, temanku adalah sebuah buku dan ilmu pengetahuan lainnya."
"Tapi Nyonya Selina hebat. Walaupun seperti itu, Nyonya bahkan mampu untuk melakukan latihan ini dengan cepat. Jika itu orang lain, mungkin butuh waktu setengah tahun."
"Kau memang bermulut manis, Siska. Aku akan memberi bonus padamu karena kegigihanmu yang selama ini telah mengajariku."
"Anda tidak perlu repot-repot, Nyonya Selina. Tapi sebelumnya, terima kasih karena telah perhatian kepadaku."
"Tentu saja. Aku pasti akan memberi perhatian pada orang yang perhatian pada diriku." Ucap Selina sambil tersenyum dan lalu langsung tertidur kembali.
hmm makasih ya Thor karna karya mu sangat bagus dan juga menghibur
bagai mana seorang ayah tega dgn ank sndri menyeret ddlm keaadan buta
bhkn yg mwmbuat buta ya ayah kndg sndri bhkanndgn tega menjual nya hadehh rasakan skrg
ampuuuunn Selina....
aku faham sakitmu, akufaham bencimu akupun faham dendammu tapi aku terkejut dgn tindakanmu Selin sayang, kupikir kita congkel saja mata Selin dan Wira... ternyata yg kau congkel anak haram Visia&Wira
semangat Selin