QUEENA NARANA, terlahir kembali setelah kematian tragis yang terjadi padanya.
dia meninggal di tangan adik kesayangannya sendiri, adik yang selalu dia manjakan, rawat dan jaga dengan hati-hati seperti berlian langka.
adiknya diam-diam membencinya dan selalu ingin membuatnya di benci oleh banyak orang, adiknya ternyata cemburu pada kehidupannya, dia iri pada kecantikan, prestasi, dan orang-orang yang mengidolakannya.
setelah terlahir kembali, Nara bersumpah untuk membalaskan dendam kepada adiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hz. ceria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. memperbaiki hubungan teman lama
setelah pergi untuk membeli obat, Keira dan Nara berpisah untuk kembali ke rumah masing-masing. Nevan mengantarkan Nara secara pribadi, begitu sudah sampai di depan gerbang rumah Nara Nevan menghentikan motornya.
sudah hampir 2 tahun dia tidak pernah main lagi ke rumah Nara, tidak banyak yang berubah dan hampir sama seperti 2 tahun yang lalu meskipun Nevan hanya bisa melihat dari depan gerbang.
Setelah memarkirkan motornya Nara berjalan ke gerbang, Nevan memang berhenti di depan gerbang dan tidak masuk ke dalam halaman.
"mau mampir dulu atau langsung pergi?" tanya Nara pada Nevan.
Nevan menatap Nara," Nar kita -- " Nevan tidak jadi melanjutkan perkataannya, sebenarnya dia ingin bertanya kepada Nara apakah mereka masih bisa seperti dulu lagi?
Nara menatap Nevan, dia tahu awal kehancuran pertemanan mereka bukan karena kesalahan Nevan, itu kesalahan dia sendiri, dia dulu benar-benar terlalu percaya dengan Lana sehingga pertemanan masa kecilnya dengan Nevan pun hancur.
"sorry ...,"ucap Nara yang membuat Nevan cukup terkejut.
Nevan menatap Nara bingung, segera turun dari atas motornya dan menatap Nara," sorry buat?"
"sorry buat semuanya Nevan, gue baru sadar kalau di masa lalu gue bener-bener terlalu bodoh dan egois, gue terlalu percaya sama semua kata-kata Lana tanpa dengerin penjelasan lo terlebih dahulu. gue nggak tahu pertemanan kita bisa balik lagi kayak dulu atau enggak, gue cuman mau minta maaf, maaf karena dulu gue selalu nuduh lo yang nggak-nggak. gue sadar kalau apa yang gue lakuin semua itu salah dan gak mudah buat maafin kesalahan gue, gue cuma bisa minta maaf dan makasih untuk hari ini, makasih karena udah nolongin gue sama keira tanpa bantuan kalian kita nggak tahu apa yang akan terjadi." Nara menjelaskan dengan panjang lebar.
Nevan menatap Nara, Nara memiliki tinggi badan 167cm tidak pendek atau juga tidak terlalu tinggi bagi Nevan yang memiliki tinggi 185cm.
"gue udah maafin Lo kok, dan gue nggak pernah nyalahin lo sedikitpun," Nevan dengan senyuman di bibirnya.
"hah? secepat itu." bingung Nara.
Nevan merasa sangat terhibur ketika melihat ekspresi wajah Nara, baginya Naranya sangat imut dan cantik.
"jadi lo minta gue buat gak maafin Lo gitu,"
"yaa ..., enggak gitu juga sih ..., makasih."
" sama-sama, kalau gitu gue cabut balik dulu ya soalnya ada janji sama bunda."
"oh, oke titip salam buat tante ya."
"pasti ..., gue juga titip salam buat tante sama Om." balas Nevan dan segera menghidupkan motornya, pergi meninggalkan rumah Nara, Nara terus memperhatikan Nevan sampai motornya tak terlihat lagi, setelah itu dia baru berbalik dan memasuki rumah.
Begitu masuk kedalam rumah Nara mendengar suara tangisan yang sangat dia kenal, belum apa-apa saja telinga Nara sudah sakit karena mendengar tangisan tersebut.
tapi kenapa dulu dia tidak pernah merasakan kesal ketika mendengar suara Lana menangis? dulu setiap kali melihat ataupun mendengar Lana menangis, hatinya akan terasa sakit dan hancur untuk adiknya, seolah-olah harta yang paling berharga di dalam hidupnya telah dilukai oleh seseorang.
"Nara kamu sudah pulang sayang ...," ujar nyonya Sarah dengan lembut, meskipun saat ini putri keduanya yaitu Lana menangis di dalam pelukannya dengan sangat menyedihkan.
Nara tersenyum dan menyalami tangan ibunya," iya ma ...., loh Lana kenapa nangis ma?" tanya Nara yang berpura-pura tidak tahu apa-apa.
"gak pa- astaga Nara wajah kamu kenapa kok biru-biru gitu ..," panik nyonya Sarah bahkan langsung melepaskan pelukannya dari Lana, mendekat pada Nara untuk melihat keadaan putri sulungnya," ya ampun kok bisa sampai babak belur gini wajah kamu Nara," lanjut nyonya Sarah ketika memperhatikan bagaimana parahnya wajah putrinya.
Nara hanya tersenyum kecil, dan melirik ke arah Lana yang terlihat sangat kesal ketika ibu mereka justru lebih memperhatikannya, Nara senang ketika melihat Lana kesal, dan dia akan membuat Lana jauh lebih kesal lagi dari ini.
"gak papa kok ma, tadi nggak tahu kenapa tiba-tiba aja beberapa preman cegat aku sama Keira pas mau pulang sekolah. Kita awalnya ngomong baik-baik tapi preman itu maksa buat bawa kita pergi, kita nggak ada pilihan selain lawan dan akhirnya wajah aku jadi kayak gini deh. Mama jangan khawatir nggak sakit sama sekali kok, lagian udah diobatin tadi."
Nyonya Sarah merasa sangat sedih ketika melihat wajah putrinya yang cantik justru biru-biru, tapi ketika mendengar penjelasan dari putrinya nyonya Sarah menjadi semakin khawatir, putrinya baru saja diserang oleh preman sebagai seorang ibu tentu saja nyonya Sarah sangat khawatir.
"kenapa bisa ada preman yang cegat kalian, kalian nggak provokasi orang-orang itu kan."
"nggak kok ma, aku sama keira juga bingung kita padahal nggak pernah cari masalah sama orang-orang itu. tapi kayaknya orang-orang itu sengaja dibayar sama seseorang dia ma, Nara nggak tahu siapa yang bayar mereka tapi kayaknya target para preman itu memang aku sama Keira." jawab Nara, dan secara diam-diam Nara terus memperhatikan ekspresi wajah Lana yang saat ini berada di belakang ibu mereka.
ekspresi wajah Lana benar-benar beragam, mulai dari keterkejutan, ketakutan, dan gugup. Nara benar-benar sangat bahagia ketika melihat ekspresi wajah Lana yang terus berubah-ubah.
"kita ke rumah sakit yuk, mama takut ada luka dalam."
"nggak usah ma, tadi kan aku udah pergi ke apotek kok buat beli obat, sekalian udah diobatin juga."
"terus preman-preman itu gimana, mereka udah tertangkap?"
"udah, tadi kebetulan Nevan sama temen-temennya lewat terus bantuin kita. makanya aku sama keira nggak kenapa-napa, luka-luka dikit nggak papa lah namanya juga berantem."
"kamu ini, kamu itu seorang perempuan nggak baik seorang perempuan wajahnya biru-biru kayak gini. nanti kalau kamu dikira berandalan gimana. Untung aja ada Nevan sama temen-temennya,"
"berandalan cantik nggak apa-apa lah ma," balas Nara santai.
"jawab terus ...," kesal nyonya Sarah dan mencolok salah satu luka di wajah Nara.
"ssstt ..., sakit mama ...,"
"itu tau sakit ..," nyonya Sarah yang berpura-pura galak.
Nara cemberut dan bertingkah manja, Lana yang ada di belakang mereka benar-benar sudah tidak tahan lagi, dia tidak tahan melihat kakaknya memiliki hubungan yang sangat baik dengan ibu mereka.
"mama ..,"panggil Lana dengan nada lembut tapi penuh dengan kesedihan.
tadi dia sengaja pulang dengan terburu-buru setelah menyaksikan pertarungan, dia ingin cepat-cepat sampai rumah dan menceritakan semuanya kepada ibunya, tentu saja menceritakan bagaimana dirinya bisa mengalami alergi yang disebabkan oleh kakaknya.
Lana bahkan sedikit mengubah alur cerita agar membuat dirinya menjadi korban, sedangkan kakaknya menjadi tersangka. tapi siapa sangka setelah Nara kembali ibunya justru melupakan apa yang dia ceritakan, dan justru fokus dengan Nara kakaknya yang pulang dengan keadaan wajah biru-biru.
Lana kesal dia tidak suka ketika perhatian kedua orang tuanya fokus kepada kakaknya, meskipun kedua orang tua mereka membagi kasih sayang mereka secara adil sebagai orang tua, Lana selalu merasa tidak puas dengan pembagian kasih sayang.
nyonya Sarah segera melihat ke arah Lana, yang saat ini matanya terlihat berkaca-kaca dan sangat sedih, nyonya Sarah menjadi pusing satu sisi putri bungsunya pulang dalam keadaan menangis, dan mengadu tentang putri sulungnya, tapi sekarang putri sulungnya pulang dalam keadaan babak belur, bahkan harus mendapatkan masalah dari beberapa preman.
"Lana sayang, kita akan membicarakan masalah ini setelah ayah kalian pulang. Mama tidak bisa mengambil keputusan diantara kalian berdua, kita tunggu ayah pulang dulu ya."
Lana kesal, dia menatap ibunya dengan air mata berlinangan," mama jahat, mama gak sayang lagi sama Lana, Lana marah sama mama ..," Lana setelah itu segera berlari untuk kembali ke kamarnya
"Lana kenapa ma?" tanya Nara dengan nada khawatir.
"tadi Lana pulang-pulang nangis, katanya kamu kasih dia makan cumi di sekolah." ujar nyonya Sarah, sebenarnya nyonya Sarah tidak percaya dengan kata-kata putri bungsunya.
karena dia dan suaminya tahu seberapa besar rasa sayang putri sulung mereka kepada putri bungsu mereka, tapi Lana menangis dengan sangat menyedihkan yang membuat nyonya Sarah bingung, mana yang harus dia percayai?
kasih sayang yang selalu dia lihat di depan mata, atau hanya sebuah cerita.
"ohh masalah itu, tapi bener kok ma tadi Nara emang kasih makan Lana cumi."
"Nara kamu ...," nyonya Sarah menatap Nara dengan tidak percaya," Nara kamu nggak tahu kalau adik kamu nggak bisa makan cumi?"
Nara menganggukan kepalanya lalu menggelengkan kepalanya.
"yang bener yang mana Nara?"
"huhh ..., tadi pas jam istirahat Lana minta Nara buat beliin makanan buat dia, tapi Nara lupa kalau Lana nggak bisa makan cumi. sebenarnya sebelum beli makanan Nara udah tanya sama Lana dia mau makan apa, tapi kata Lana terserah. karena Nara suka cumi Nara pikir Lana juga suka, Nara juga beliin jus alpukat buat Lana. Tapi ternyata kebaikan Nara salah, Nara bener-bener nggak tahu kalau Lana alergi sama cumi. ...," Nara dengan ekspresi kesedihan yang terlihat sangat jelas di wajahnya, dia terlihat sangat menyesal seolah-olah tidak menyangka kalau tindakannya yang secara tidak sengaja justru menyakiti adiknya.
Nyonya Sarah terkejut dengan keseluruhan cerita yang dia dengar, Lana tidak mengatakan semua itu padanya, dia hanya mengatakan kakaknya memberikan dia cumi sehingga membuat tubuhnya gatal-gatal dan mengalami ruam.
lana tidak bercerita sepenuhnya padanya, dia hanya menangis dan menyalahkan kakaknya yang membuatnya menderita.
"Lana minta kamu untuk beli makanan?"
"iya, banyak juga kok yang lihat, lagian udah biasa kok ma Nara nggak masalah, apapun akan Nara lakukan asalkan Lana bisa selalu bahagia."
"enggak masalah?" nyonya Sarah benar-benar bingung sekarang, apa dia terlalu memanjakan putri bungsunya sampai-sampai putri bungsunya terlalu berani, atau Putri sulungnya yang terlalu menyayangi adiknya sampai bodoh.
nyonya sarah menarik nafas dalam-dalam, dia memang sangat bahagia ketika melihat kedua saudara saling akur, tapi tidak harus saling memanfaatkan." kembali ke kamar kamu, kita bicara lagi kalau ayah kalian sudah pulang."
"hmm, iya ma ...," Nara dan segera pergi meninggalkan ibunya yang sendirian di ruang tamu.
nyonya Sarah memijat keningnya yang terasa sakit, kepalanya sakit saat ini, dia dan suaminya awalnya emang ingin memanjakan Lana karena merasa bersalah padanya.
Lana lahir prematur sehingga membuatnya terlihat lemah, dia ingin memanjakannya, tapi bukan ingin mendidiknya menjadi orang yang kurang ajar, bahkan berani menyuruh-nyuruh kakaknya sendiri.
"tuhan apa aku salah karena terlalu memanjakan Lana selama ini? aku benar-benar tidak tahu kalau putri bungsuku bisa bertindak seperti itu, dia bahkan tidak menghormati kakaknya sendiri." gumam nyonya Sarah.
Sementara itu Nara yang belum pergi jauh dari sana mendengar gumaman ibunya, rencananya untuk menghancurkan kepercayaan ibu dan juga ayahnya terhadap Lana secara perlahan-lahan berhasil.
"Lana gue akan buat lo nyesel, kasih sayang dan juga ketenaran yang lo impikan nggak akan pernah bisa lo dapetin!" Nara dengan senyuman sinis di bibirnya.