Kael Draxon, penguasa dunia bawah yang ditakuti dan dihormati pada masa nya. Namun, di puncak kekuasaan nya, Kael Draxon di khianati oleh teman kepercayaan nya sendiri, Lucien.
Di ujung kematian nya, Kael bersumpah akan kembali untuk balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon asep sigma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Waktu Luang
Ruang rapat di gedung pusat Cobra Zone terasa mencekam. Ronan Lucien duduk di kursi utama dengan ekspresi dingin, matanya menatap tajam ke arah para eksekutif yang hadir. Dr. Gregor, yang bertanggung jawab atas proyek Nexus Core, duduk dengan gugup di seberangnya.
"Bagaimana proses dari proyek Nexus Core, Dr. Gregor?" tanya Ronan, suaranya datar namun sarat tekanan.
Dr. Gregor menelan ludah, menyesuaikan kacamatanya yang sedikit melorot.
"Proyek Nexus Core sudah mencapai tahap akhir dan siap diluncurkan. Namun, seperti yang Tuan ketahui—"
"Cukup." Ronan mengangkat tangan, menghentikan penjelasan Gregor. Ia menghela napas dalam, jari-jarinya bertaut menopang dagunya.
"Seperti yang kalian ketahui, proyek Nexus Core sudah menyebar ke seluruh kota. Jika kita tetap meluncurkannya sekarang, itu hanya akan memperkuat keyakinan mereka bahwa isu yang tersebar adalah kebenaran."
Para eksekutif yang duduk di sekitar meja besar saling berpandangan, beberapa dari mereka tampak cemas.
"Lalu, apa yang akan kita lakukan sekarang, Tuan?" salah satu dari mereka bertanya hati-hati.
Ronan mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja, berpikir sejenak. Kemudian, dengan nada penuh ketegasan, ia berkata:
"Untuk sekarang, kita tahan dulu peluncuran Nexus Core. Fokus utama kita adalah menemukan orang yang melakukan ini."
Ruangan mendadak hening. Keputusan ini mengejutkan, tetapi tak ada yang berani membantah.
Ronan menyandarkan tubuhnya ke kursi, tatapannya semakin dingin.
"Kali ini, kita telah menerima serangan yang telak."Suaranya terdengar rendah, namun mengandung kemarahan yang terpendam. "Aku tidak peduli apakah mereka mati atau tidak. Aku perintahkan kalian segera menangkap mereka semua."
Para eksekutif yang hadir mengangguk paham. Tidak ada ruang untuk kegagalan.
"Mungkin peluncuran Nexus Core akan ditunda beberapa tahun, hingga masyarakat mulai melupakan semua kejadian ini," lanjut Ronan. "Tapi sebelum itu, kita harus memastikan bahwa tidak ada satu pun dari mereka yang tersisa."
Ia berdiri, memberi isyarat bahwa rapat telah selesai.
"Baiklah, sekarang kalian boleh bubar. Aku ingin laporan kemajuan dalam waktu dekat. Temukan Edgar dan kelompoknya, atau jangan pernah muncul di depanku lagi."
Para eksekutif segera beranjak dari kursi mereka. Suasana di ruangan itu begitu menekan, seolah udara menjadi lebih berat.
Dr. Gregor menatap Ronan sejenak, lalu berdiri dan berjalan keluar bersama yang lainnya.
Saat pintu rapat tertutup, Ronan menyandarkan tubuhnya ke kursi. Matanya menyipit.
"Aku akan menemukan kalian..." gumamnya pelan. "Dan ketika saatnya tiba, aku sendiri yang akan menghabisi kalian."
...----------------...
Di dalam mansion, suasana santai sejenak setelah konferensi pers Cobra Zone. Namun, Dante tak ingin membuang waktu.
"Hei, Zayne! Ayo keluar. Selagi mereka sibuk dengan urusan mereka, kita harus melatih tubuh kita." Dante menepuk bahu Kael dan memberi isyarat untuk mengikutinya.
Edgar yang mendengar itu tertawa kecil. "Aku tidak diajak?" tanyanya bergurau.
Dante menoleh dengan ekspresi mengejek. "Kau? Kau bisa apa?"
"Sialan kau," Edgar mendengus pura-pura kesal. "Aku bisa menghabisi Cobra Zone kalau aku niat."
"Bisa-bisanya kata-kata itu keluar dari orang yang kemarin baru saja tertangkap."
Ruangan itu langsung dipenuhi tawa. Bahkan Iris yang sibuk mengetik di laptopnya ikut tersenyum.
Setelah tawa mereda, Edgar melirik Dante dengan heran. "Tapi bukannya kemarin malam kau meremehkan Zayne? Kenapa sekarang tiba-tiba mengajaknya berlatih?"
Dante menghela napas. "Tadi malam, aku dan Zayne sedikit meregangkan badan. Awalnya aku meremehkan, tapi ternyata dia benar-benar kuat. Pantas saja kau bilang dia sebanding denganmu saat duel."
Edgar menyeringai. "Kan sudah kukatakan, perkataanku ini adalah sebuah kebenaran."
Dante mendengus. "Iya, iya... terserah kau saja."
Tanpa banyak bicara lagi, mereka bertiga keluar ke halaman depan mansion.
---
Di halaman yang luas dan dikelilingi pepohonan tinggi, Dante berdiri di depan Kael dengan ekspresi serius.
"Baiklah, Zayne. Aku akan mengajarimu beberapa teknik ninja bayangan."
Kael mengangkat alis. "Ninja bayangan?"
Dante mengangguk. "Teknik ini lebih dari sekadar pergerakan cepat atau bertarung dalam gelap. Ini tentang bagaimana kau bisa bergerak tanpa terlihat, menyerang tanpa terdeteksi, dan menghilang sebelum musuh menyadarinya."
Kael tersenyum tipis. "Menarik. Ayo mulai."
Edgar menyandarkan tubuhnya ke pohon terdekat, melipat tangan sambil menonton. "Awas saja kalau kalah, Dante. Aku tak ingin melihat kau merajuk lagi."
Dante hanya mendengus sebelum beralih ke Kael. "Baiklah, mari kita lihat seberapa cepat kau bisa mengikuti gerakanku."
Latihan pun dimulai.
Dante bergerak cepat, bayangannya seolah melebur dengan lingkungan sekitar. Kael memperhatikan dengan saksama, mencoba menangkap pola gerakan itu. Ia tahu bahwa ini bukan sekadar latihan fisik, tetapi juga latihan untuk membaca gerakan lawan.
Kael mencoba meniru pergerakan Dante. Langkahnya semakin cepat, napasnya tetap stabil.
"Bagus," gumam Dante. "Tapi masih ada celah."
Tanpa peringatan, Dante muncul di belakang Kael dan menyarangkan tendangan ke arahnya. Namun, Kael yang sudah membaca pola itu berbalik cepat dan menangkisnya.
"Jangan remehkan aku," Kael berkata dengan senyum percaya diri.
Dante tertawa kecil. "Itu yang kuinginkan!"
Pertarungan latih tanding mereka pun semakin intens. Angin berdesir di sekitar mereka saat bayangan saling beradu di bawah sinar matahari pagi.
----
Hari itu mereka berlatih tanpa henti. Kael melawan Dante, Edgar melawan Kael, lalu Dante melawan Edgar. Pertarungan latih tanding itu terus berulang hingga tubuh mereka terasa berat, tetapi semangat mereka tetap menyala.
Di tengah sesi latihan, Elira datang membawa makanan dan air minum. "Istirahat sebentar. Kalau kalian pingsan, siapa yang akan melawan Cobra Zone nanti?" katanya dengan nada cerewet, tetapi penuh perhatian.
Kael menerima sebotol air dan langsung meminumnya. Napasnya terengah-engah, tetapi tubuhnya terasa lebih selaras dibandingkan sebelumnya. Dante telah mengajarinya beberapa teknik taijutsu, seni bela diri yang digunakan oleh ninja bayangan. Awalnya, Kael kesulitan mengikuti kecepatan dan ketepatan gerakan itu, tetapi perlahan tubuhnya mulai menyesuaikan.
Matahari mulai terbenam, menyisakan cahaya keemasan di langit barat. Mereka duduk di depan mansion, menikmati hembusan angin sore sambil mengistirahatkan tubuh mereka yang kelelahan.
Dante menatap Kael dengan penuh minat. "Kau cepat tanggap juga, Zayne. Baru saja kuajarkan beberapa teknik, tapi kau sudah bisa menguasainya sedikit."
Kael tersenyum samar. "Hahaha, aku hanya bisa beberapa gerakan saja."
Dante menggeleng. "Tapi itu sudah lumayan bagus. Jika terus berlatih, kau bisa mencapai level yang lebih tinggi."
Kael menatap langit yang mulai gelap, lalu mengingat sesuatu dari masa lalunya—dari kehidupan sebelumnya sebagai Kael Draxon.
"Aku dengar," katanya perlahan, berpura-pura tidak tahu. "Dulu ninja hidup sebagai bagian dari pemerintahan. Apakah itu benar?"
Dante terdiam sejenak, menatap lurus ke depan seperti sedang menerawang ke masa lalu. "Dulu yaa..." gumamnya. "Mungkin dulu iya. Namun sekarang, kebanyakan dari mereka memisahkan diri dan menjadi nukenin."
Kael mengangkat alis. "Nukenin?"
Dante menghela napas. "Nukenin adalah ninja yang keluar dari sistem dan hidup sebagai buronan, tentara bayaran, atau pembunuh lepas. Kebanyakan dari mereka kecewa dengan pemerintahan dan memilih jalannya sendiri."
Kael mengangguk. Dulu, di masanya, ninja bayangan adalah agen yang bekerja di bawah pemerintahan. Mereka bukan pembunuh bayaran, tetapi penjaga rahasia negara. Namun, dunia telah berubah.
"Yaah... ceritanya mungkin sangat panjang," Dante melanjutkan dengan senyum tipis. "Tapi pada dasarnya, kami adalah bayangan yang tak terikat oleh siapa pun. Kami bertahan hidup dengan cara kami sendiri."
Kael menatap Dante dalam diam. Ia merasa ada lebih banyak hal yang belum dikatakan. Masa lalu Dante pasti penuh dengan luka dan pengkhianatan, seperti dirinya sendiri.
Namun, untuk saat ini, mereka memiliki tujuan yang sama. Dan itu sudah cukup.