Mikayla adalah Perawat Gigi. Ia telah dikhianati oleh pacarnya sendiri yang berselingkuh dengan teman seangkatan perawat. Pacarnya adalah seorang anggota Polri. Namun cintanya kandas menjelang 2 tahun sebelum pernikahannya. Namun ia mengakhiri hubungan dengan pacarnya yang bernama Zaki. Namun disamping itu ia ternyata telah dijodohkan oleh sepupunya yang juga menjadi anggota Polri. Apakah ia akan terus memperjuangkan cintanya dan kembali kepada Zaki, atau lebih memilih menikah dengan sepupunya?
ikuti kisah selanjutnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghindar
"Siapa tadi Mik?" Tanya Zidan yang terus mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Bukan siapa-siapa, kak." Sahut Mika yang langsung melemparkan pandangannya ke arah luar.
"Maaf ya Mik, kalau aku ikut campur. Tapi menurut pandanganku. Seperti nya dia seseorang yang spesial buat kamu." Zidan mulai menerka apa yang menjadi pandangannya.
Mika diam sejenak.
"Dia pacar aku kak, tapi aku sudah putusin dia." Sahut Mika dengan nada serak dan lirih.
Zidan menghembuskan napasnya. Ada sedikit perih dalam hatinya ketika mengetahui ia adalah kekasih Mika.
Sedangkan ia juga sedang berusaha mendekati Mika untuk ia jadikan kekasihnya.
"Kenapa putus?" Tanya Zidan penasaran.
"Dia ingkar janji sama aku kak."
"Maksudnya?" Tanya Zidan kembali yang tampaknya belum memahami apa yang dimaksud oleh Mika.
"Minggu lalu dia janji mau ajak aku malam mingguan, dia sudah info aku dari pagi selepas dia dinas. Lalu, katanya dia mau jemput aku malamnya. Tapi sampai malam ponselnya nggak aktif. Susah dihubungi dan bahkan nggak ada kabarnya sama sekali. Baru kasih kabar ke aku saat pagi-pagi. Katanya ia terpaksa ada dinas dadakan malam hari. Cuma feelingku nggak mengatakan demikian kak." Mika tampak menjelaskan dengan penuh semangat.
Zidan mengangguk pelan.
"Dinas? Memang profesinya apa?" Tanya Zidan.
"Polisi, kak."
"Ohhh, apa kamu sudah cek ke akuratan kalau dia memang malam itu dinas atau belum?" Tanya Zidan kembali.
"Belum kak, sepupuku kan temannya dia juga. Cuma aku belum tanyakan kebenarannya." Sahut Mika yang masih bingung.
"Harusnya cari kebenarannya dulu Mika, baru kamu boleh mengambil keputusan langkah apa yang harus kamu ambil. Bisa jadi ini hanya salah paham saja." Pandangan Zidan tetap berada lurus kedepan.
"Tapi, sebenarnya bukan hal itu sih kak yang buat aku memutuskan dia." Imbuh Mika.
"Lalu apa?" Tanya Zidan dengan menolehkan wajahnya singkat ke arah Mika.
"Dia sempat akan melecehkan aku kak." Mika tampak sedih menceritakan hal ini kepada Zidan.
"Tapi, kakak silent ya kak, jangan ceritakan hal ini ke siapa-siapa. Please ya, kak." Sambung Mika memohon kepada Zidan untuk merahasiakan hal ini, dengan tidak sengaja jemari Mika menggenggam jemari Zidan dengan alasan memohon kepada Zidan.
Seketika darah berdesir pada tubuh Zidan. Baru kali ini ia merasakan skinship dengan Mika.
Zidan menolehkan pandangan nya ke wajah Mika yang tampak sedang memelas dihadapannya.
"Iya Mikayla sayang, iya." Jawaban Zidan kali ini menggoda Mika, membuat Mika melepaskan genggaman tangannya.
"Ih, nggak usah pakai sayang-sayang ah." Sahut Mika sambil mengerucutkan mulutnya.
"Pakai juga nggak apa-apa kan?" Goda Zidan kembali.
Mika langsung menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi dan melemparkan pandangannya jauh keluar mobil.
*
"Mik, kamu sudah pulang Mik?" Tanya Ali yang ternyata sudah pulang dari Dinas dan baru saja menyelesaikan mandinya dan langsung masuk kedalam kamar Mika.
"Iya." Jawab Mika singkat sambil merias wajahnya, Ia tidak ingin terlalu akrab dengan Ali. Karena Ali sudah akan menikah dengan Janice. Cukup menjaga jarak agar tidak terjadi skinship seperti yang sudah-sudah keduanya lakukan ketika Mika sedang libur pulang dari Asrama.
"Kamu mau kemana, Mik? Kok sudah dandan begitu? Aku belum cerita lho, padahal ada banyak yang ingin aku ceritakan pada kamu selama seminggu ini." Ali bertanya sambil mengarahkan bokongnya untuk duduk dipinggir kasur.
"Mau pergi." Lagi-lagi Mika menjawab singkat.
Dan masih sibuk untuk merias wajahnya dengan sesekali meraih ponsel dan mengetikan sesuatu pada seseorang.
"Sama siapa?" Ali mulai penasaran.
"Teman." Mika kembali menjawab singkat.
"Cowok atau cewek?" Tanya Ali kembali.
"Cowok!" Mika menyahut kembali.
Ali langsung membungkam, ia tidak mengeluarkan sepatah kata lagi.
Drrrttt..
Ponsel Mika berdering, ada panggilan telpon dari Zidan.
"Iya, Hallo kak... Oh sudah sampai ya? Ya sudah tunggu ya, kak." Jawab Mika lembut pada panggilan Zidan.
Ali mendengar dan melihat bagaimana reaksi Mika seantusias itu.
Ada hawa panas pada tubuh Ali. Tampaknya ia tidak menyukai jika Mika kembali dekat dengan laki-laki lain.
"Bang, aku jalan dulu, Assalamu'alaikum." Mika langsung menyambar tas selempangnya dan pergi meninggalkan Ali seorang diri didalam kamar Mika.
Ali beranjak dari duduknya dan berjalan kearah jendela.
Ia mengintip dengan siapa Mika pergi. Terlihat mobil sport berwarna putih, Mika masuk kedalam mobilnya. Namun sosok laki-laki itu tidak terlihat dari pandangan Ali.
***
"Tumben di kunci?" Ali mencoba membuka pintu kamar Mika yang rupanya telah dikunci oleh Mika dari dalam.
Tok..
Tok..
Tok..
"Mik, Mika!!!" Panggil Ali dari luar kamar.
Tidak membutuhkan waktu lama Mika langsung membuka knop pintu kamarnya.
"Kenapa, Bang?" Tanya Mika dengan nada sedikit cuek.
"Aku boleh masuk?" Ali berbalik bertanya.
"Nggak usah lah, disini saja. Ada apa?" Tanya Mika kemudian.
"Mau cerita, tapi enak nya sambil santai. Atau nggak dikamar aku saja bagaimana?" Ali mencoba memberikan usul.
Mika menggelengkan kepalanya.
"Cerita saja disini kalau mau." Mika kali ini benar berubah.
Ia seakan tidak mengizinkan untuk Ali masuk ke kamar nya.
"Mana enak disini. Kamu kenapa sih? Pulang dari asrama kok ada yang berbeda. Nggak seperti biasanya." Ali mulai curiga dengan gelagat Mika yang jauh lebih berubah.
"Nggak ada yang berubah, masih sama saja." Jawab Mika menyandarkan tubuhnya pada daun pintu.
"Apa karna gara-gara cowok itu kamu berubah?" Selidik Ali, ia mulai terpancing emosi.
"Cowok yang mana?" Tanya Mika.
"Cowok yang tadi lah, yang pergi sama kamu." Ali mulai sewot.
"Zidan cuma kating aku, nggak ada hubungan apa-apa aku sama dia." Mika mencoba menjelaskan.
"Terus apa yang mau kamu ceritakan, penting nggak buat aku? Kalau nggak, aku mau masuk kamar lagi. Aku mau tidur." Sambung Mika dan ia sudah mulai mensejajarkan berdirinya dengan Ali.
"Next time saja." Ali langsung membalikkan tubuhnya dan segera pergi ke kamar nya.
Melihat Ali berjalan menuju kamar, Mika langsung membanting pintu kamarnya.
Hingga membuat Ali menoleh ke arah pintu kamar Mika.
Ting!
Ponsel Mika berbunyi tanda ada pesan.
Ia meraih ponselnya dan melihat pop-up pesan.
Ternyata dari Ali.
(Ali: Kamu lagi kenapa sih Mik?)
Mika sengaja tidak membalasnya.
(Ali: Mik, aku tanya sekali lagi kamu kenapa? Nggak mungkin kamu begitu kalau nggak ada sebabnya!)
(Mika: Nggak apa-apa, santai saja)
(Ali: Coba jelaskan apa salahku)
(Mika: Sudah ya aku mau tidur. Ngantuk!)
Ali bingung dengan sikap Mika. Apakah ada yang salah sehingga dirinya tampak dijauhi oleh Mika.
Ketika Mika ingin memejamkan mata ponselnya kembali berdering.
Drrtt..
Terlihat dari Zaki. Ah mau apalagi sih itu manusia.
Karena ia ingin cepat memejamkan matanya yang sudah sangat mengantuk, terpaksa ia mengangkat panggilan dari Zaki.
"Hmmmm ada apa. Aku ngantuk!" Tanya Mika pada panggilan Zaki.
"Aku minta maaf ya sayang kalau aku ada salah. Aku nggak akan mengulanginya lagi." Suara Zaki terdengar dari seberang.
"Iya." Jawab Mika singkat.
"Kamu maafin aku sayang?" Zaki terdengar tidak tercaya.
"Nggak usah panggil-panggil sayang. Kita kan sudah putus." Jelas Mika.
"Aku mau kita balik lagi Mik, mau ya Mik. Aku sayang banget sama kamu." Pinta Zaki pada Mika.
"Aduhhh aku lagi pingin sendiri kak. Maaf ya." Sahut Mika membuat hati Zaki lumayan teriris.
"Mika please, Mika!" Zaki memohon dengan suara seraknya.
"Sudah ya, kak. Aku mau tidur. Ngantuk banget. Sambung besok ya." Mika memutuskan panggilan nya sepihak dan meletakkan ponselnya di atas meja.
Tok..
Tok..
Tok..
"Ya ampun siapa lagi sih? Mata aku sudah mengantuk banget ini!" Mika sewot karena saat ingin memejamkan matanya selalu ada gangguan.
Dengan langkah berat, terpaksa Mika harus membuka knop pintu kamarnya.
Ceklek..
Suara knop pintu telah terbuka.
Seketika dari luar Ali langsung mendekat dan memeluk Mika dengan sangat erat dan kencang tanpa memberi ruang bernapas untuk Mika.
Mika memberontak karena ia cukup sesak mendapatkan serangan pelukan dari tubuh kekar Ali.
"Lepaskan!!!" Mika berusaha ingin melepas dari tubuh Ali. Namun rupanya Ali memeluk erat tubuh mungil Mika. Disamping ia rindu dengan Mika, ada juga perasaan bersalah yang sampai kini ia belum mengetahui itu apa.
"Bang lepasin, ah!" Pinta Mika yang langsung mendongakkan wajahnya ke arah wajah Ali.
Ali tidak menjawab sepatah katapun, ia tetap membiarkan Mika memberontak dan ia tetap mengeratkan tubuhnya.
Tatapan Ali begitu tajam menatap mata Mika yang sudah sangat lelah itu.
Wajahnya mendekat dan segera ingin mel*mat b*bir Mika. Namun Mika cepat sadar bahwa Ali ingin menciumnya, segera ia menolehkan wajahnya ke arah kiri.
Sialnya, b*bir Ali yang harusnya mendarat ke b*bir Mika malah mendarat ke leher jenjang Mika yang tampak luas dan polos tanpa tertutup rambut sehelai pun.
Justru Ali malah mencium leher Mika, hingga Mika menggeliat karena geli yang diciptakan oleh Ali.
"Lepasin bang, lepasin, kita nggal boleh begini terus." Mika mencoba mendorong tubuh Ali yang masih terus menikmati leher Mika.
"Maksud kamu?" Tanya Ali yang melepaskan ci*man dileher Mika lalu kembali menghadapkan wajahnya ke wajah Mika.
"Kamu kan sudah mau menikah, kenapa masih skinship sama aku begini? Aku cuma jadi pelampiasan kamu saja kan? Sekarang keinginan kamu sudah tercapai, akhirnya Janice menerima lamaran kamu, mau apa lagi kamu sama aku? Aku cuma sepupu kamu. Dan atas perjodohan itu buang jauh-jauh, toh kamu akan menikah juga endingnya sama Janice. Dan sampai kapan pun aku akan tetap jadi sepupu kamu. Kamu sadar nggak sih bang?" Mika tampak meluapkan emosinya, dan tanpa sadar matanya meneteskan air mata.
Ali yang mendengar pernyataan dari Mika dan melihat tetesan air mata di mata Mika membuat Ali semakin merasa bersalah.
Kali ini ia sadar, Mika menjauhinya karena ia akan menikah dengan Janice. Makanya Mika begitu jaga jarak dengannya.
Ali mengendorkan pelukannya, hingga akhirnya tubuh Mika terlepas dari pelukan Ali.
Dengan segera Mika mendorong Ali untuk segera keluar dari kamarnya.
Ketika Ali sudah berada diluar, Mika langsung mengunci pintu kamarnya.
"Aaaaarrrrghhhhhhhhhh aaarghhhhhhh!!!!!" Mika menangis dengan teriakan yang kencang dan melemparkan beberapa barang didalam kamar.
Membuat Ali dapat mendengar jelas tangisan Mika didalam sana. Untuk saat ini Ali tidak dapat mengganggu Mika, ucapan Mika membuat ia tersadar, betapa selama ini memang Mika lah yang selalu ada disaat ia membutuhkan namun ia malah lebih memilih Janice untuk menjadi isterinya.