Bercerita tentang kehidupan manusia yang terusik dengan keberadaan iblis, sehingga terbentuk suatu kelompok pembasmi iblis.
Diawal cerita pemimpin kelompok pembasmi iblis berhasil membunuh raja iblis yang sangat kuat tetapi harus mengorbankan nyawanya.
Perseteruan antara iblis dan manusia tidak sampai disitu, terus berlanjut pada keturunan berikutnya. Keturunan inilah yang menjadi akhir dari perseteruan antara iblis dan manusia.
Tokoh utama : 2 anak kembar anak dari pimpinan kelompok pembasmi iblis awal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifki Arifandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#7
Ternyata ular itu adalah jelmaan dari iblis, Jud yang merasa iblis ini sangat kuat langsung berlari menuju ke tempat Emo. Emo sedang mengasah pedang, terkejut melihat Jud yang tiba-tiba sudah ada di hadapannya.
Jud berkata, “Ada iblis ular yang sangat kuat, aku tidak bisa melukainya.”
“Dimana ?” tanya Emo dengan ekspresi tegang.
“Di tengah hutan,” jawab Jud.
Emo yang tidak bisa bergerak cepat seperti Jud, membutuhkan sedikit watu lebih lama untuk sampai ke tempat keberadaan iblis itu. Jud menjadi petunjuk jalan.
“Jangan cepat-cepat aku tidak bisa berlari secepat mu!” ucap Emo kepada Jud.
Sesampainya di tempat Jud menemukan iblis ular, ternyata iblis ular itu sudah tidak ada lagi.
“Ayah terlalu lama, iblisnya kabur,” kata Jud.
Emo masih merasakan energi dari iblis tersebut, dalam hati berkata, “Ini adalah iblis yang ku maksud, kekuatannya sangat luar biasa. Dia pergi saja energinya masih tertinggal.”
“Jud, ayo kita kembali. Jangan berburu di hutan ini lagi, kemasi barang-barang dan mencari tempat tinggal baru,” ucap Emo.
“Tapi, aku sangat suka tinggal disini, kenapa harus pergi?”
“Sudah jangan tapi-tapi, turuti saja kata ayah!”
Jud dan Emo kembali, kemudian mengemasi semua barang-barang. Emo tau kekuatannya sekarang belum cukup untuk melawan iblis sekelas itu.
Secara fisik, tubuhnya hanya manusia biasa yang memiliki batasan. Jud yang memiliki kekuatan diluar manusia masih sangat kecil tubuhnya belum sanggup bertarung dengan maksimal. Itulah alasan Emo untuk berpindah tempat tinggal.
Baru selangkah meninggalkan tempat itu, tiba-tiba Emo terpental sangat jauh. Ekor ular menyapu badannya. Jud berteriak “Ayah!” Secepat kilat Jud menghampiri Emo yang tergeletak.
“Ayah tidak apa-apa, cepat pergi dari sini, pergi sejauh mungkin. Tinggalkan ayah, carilah tempat aman untuk bersembunyi. Ayah akan menghabisi iblis ini,” kata Emo sambil menahan rasa sakit.
“Aku ingin membantu ayah,” Jud mengeluarkan pedangnya.
“JUD PERGI DARI SINI!” Emo berteriak membentak Jud.
Jud ketakutan melihat ayah yang selama ini tidak pernah semarah itu, sekarang benar-benar membentaknya dengan keras.
“Jud dengarkan ayah, tetaplah di jalan kebenaran, musuhi iblis dan perangi iblis!” ucap Emo sambil tersenyum.
Emo berkata lagi, “Pergi Jud!”
Jud berlari pergi meninggalkan ayahnya sendirian, berlari dengan sangat cepat sampai tidak terlihat pergerakannya, Jud menangis sekencang-kencangnya. Emo tersenyum lega, dan bisa bertarung dengan leluasa, meski ia tahu iblis yang ada di hadapannya bukan tandingan Emo.
“Kemari kau Iblis!” bentak Emo.
Ular yang sangat besar muncul dari semak, “Hahaha… berani juga kau manusia rendahan!” ucap iblis ular.
“Kau yang rendahan!” jawab Emo.
Emo mengeluarkan pedang yang baru diasah dengan sangat tajam. Energi dari tubuh Emo dipusatkan pada pedang, tujuannya untuk menambah ketajaman dan kekuatan dari pedang tersebut. Energi tubuhnya keluar seperti petir hitam yang menyambar, pedang Emo berubah warna menjadi merah.
Kekuatan ini sengaja disembunyikan dari Jud, karena saat Emo mengeluarkan kekuatan seperti ini tandanya ia harus mengorbankan nyawanya.
Tubuh Emo tidak sanggup menahan kekuatan sebesar itu, sehingga saat tubuhnya sudah mencapai batas akan lumpuh dan nyawanya tidak dapat tertolong lagi.
Sebenarnya kekuatan ini adalah kekuatan yang berasal dari tubuh Emo sendiri dan bercampur dengan kekuatan energi yang ada di pedangnya. Pedang yang di pegang Emo sekarang adalah peninggalan gurunya dulu, pedang ini disebut pedang kutukan.
Disebut kutukan karena saat penggunanya tidak mampu mengendalikan kekuatan pedang tesebut, semua jaringan sel yang ada di otak akan hancur, tekanan kekuatan akan membuat jantung berhenti. Selama ini hanya ada 1 orang yang bisa menaklukan pedang tersebut, yaitu gurunya sendiri.
Iblis ular merubah bentuknya menjadi setengah manusia, kepalanya ular tapi tubuhnya manusia dan memiliki ekor pendek di belang. Iblis ular itu menjulurkan lidahnya yang sangat panjang, kemudian memotong lidahnya sendiri. Lidah yang dipegangnya berubah menjadi pedang bercabang.
Pertarungan dimulai, kekuatan mereka saling beradu sangat hebat. Pohon-pohon tumbang karena energi mereka. Ting… ting… prak… suara beradu pedang dan pukulan terdengar sangat jelas.
Bergerak sangat cepat sampai-sampai tidak terlihat. Kekuatan mereka untuk sekarang imbang, iblis terkena sabetan pedang dari Emo dan terluka di bagian dada, sedangkan Emo juga terkena sabetan pedang di bagian punggung.
Sayangnya pertarungan mereka berdua tidak berjalan lama, tubuh Emo sudah sampai pada batasnya. Energi yang meledak-ledak perlahan hilang, tubuhnya tergeletak lemas, penglihatan Emo mulai kabur. Emo melihat Iblis itu juga kelelahan, coba saja tubuh Emo bisa bertahan sedikit lebih lama, iblis itu pasti bisa dikalahkan.
“Maaf, Nak. Ayah tidak bisa menemani latihanmu lagi,” ucap Emo, matanya perlahan terpejam. Emo tersenyum sebelum kepergiannya.
Iblis yang juga terluka parah, membuka portal untuk kembali ke kerajaan iblis tanah. Tubuh Emo sudah terbujur kaku, Emo sudah tiada. Jud sudah pergi sangat jauh, tangisannya tidak bisa berhenti. Air mata terus bercucuran, tiba-tiba Jud berhenti melangkah.
“Aku tidak ingin pergi meninggalkan ayah,” ucap Jud. Jud berlari kembali ke tempat Emo.
Sesampainya di sana, Jud melihat tubuh Emo yang sudah tak bernyawa. Tangisan Jud semakin menjadi-jadi, “Maafkan aku ayah!” teriak Jud sambil memeluk tubuh Emo.
Anak yang masih berusia 7 tahun harus hidup sendiri, menghadapi kerasnya hidup di dunia yang bercampur iblis. Jud tidak tau harus bagaimana, semalaman ia memeluk Emo sambil menangis.
Jud merasa sangat bersalah, karena dirinya pergi, Emo harus tewas. Seandainya Jud tau, kesalahan terbesar sesungguhnya adalah saat ia kembali. Emosi Jud tak terkontrol, energi muncul menyambar dari tubuh Jud.
“Lihat saja ku habisi semua iblis di dunia ini, Ayah beristirahatlah dengan tenang,” ucap Jud di depan mayat Emo.
Sinar matahari mulai muncul, Jud segera menguburkan jenazah Emo. Pedang yang di genggam oleh Emo diambil Jud. Jud masih belum mengetahui kalau pedang itu adalah pedang kutukan.
Bagi Jud hanya pedang itu peninggalan terakhir dari ayah sekaligus gurunya. Setelah selesai menguburkan Emo, Jud pergi dari hutan, berkelana mencari iblis dan melatih tubuhnya sendiri.
Hari pertama Jud pergi sendirian, matanya terus melihatkan dendam dan marah terhadap iblis. Saat ada iblis rendahan lewat tanpa ampun Jud langsung membunuhnya.
Jud kecil terlihat sangat garang, kejam, dan berdarah dingin. Amarahnya terhadap iblis perlahan mengubah kepribadian Jud.
Jud yang tersenyum, tertawa, menangis, sekarang sudah tidak ada lagi. Bahkan tanpa rasa ragu akan membunuh siapapun yang dia anggap sebagai penghalangnya dalam membunuh iblis.
“Lihat aku telah membunuh anak iblis haha,” kata Jud sambil tertawa.
Lambat laun Jud mulai seperti iblis, kejam dan bengis.