NovelToon NovelToon
Transmigrasi Gadis Pengacara

Transmigrasi Gadis Pengacara

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Beda Dunia / Iblis / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Nara Stephana, pengacara cemerlang yang muak pada dunia nyata. Perjodohan yang memenjarakan kebebasannya hanya menambah luka di hatinya. Dia melarikan diri pada sebuah rumah tua—dan takdirnya berubah saat ia menemukan lemari antik yang menyimpan gaun bak milik seorang ratu.

Saat gaun itu membalut tubuhnya, dunia seakan berhenti bernafas, menyeretnya ke kerajaan bayangan yang berdiri di atas pijakan rahasia dan intrik. Sebagai penasihat, Nara tak gentar melawan hukum-hukum kuno yang bagaikan rantai berkarat mengekang rakyatnya. Namun, di tengah pertempuran logika, ia terseret dalam pusaran persaingan dua pangeran. Salah satu dari mereka, dengan identitas yang tersembunyi di balik topeng, menyalakan bara di hatinya yang dingin.

Di antara bayangan yang membisikkan keabadian dan cahaya yang menawarkan kebebasan, Nara harus memilih. Apakah ia akan kembali ke dunia nyata yang mengiris jiwanya, atau berjuang untuk cinta dan takhta yang menjadikannya utuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keberadaan Athera

Arven berhasil membekuk penyusup dengan mudahnya. Tubuh penyusup itu penuh luka, tapi matanya masih menyala penuh perlawanan. Tatapan Arven mengiris, ia melangkah mendekat. "Kau bagian dari mereka kan? Katakan, siapa yang telah menyuruh mu?"

Penyusup tak gentar meski nyawanya di ujung tanduk. "Yang Mulia Pangeran, aku cuma pion. Apapun yang kau lakukan, kau tak akan mendapat jawaban." Katanya penuh keyakinan.

Arven berdiri di depan penyusup yang sudah babak belur, pedang di tangannya meneteskan darah. Matanya penuh amarah, seperti tak ada keraguan sedikit pun untuk menghabisi pria itu di tempat.

"Kalau begitu, kau tidak ada gunanya lagi."

Penyusup itu mendongak, napasnya tersengal-sengal. Ketakutan sudah melanda karena ia salah prediksi ketika Arven mengambil ancang-ancang untuk menghabisinya. Dia kira Arven hanya memenjarakannya untuk dipaksa memberikan informasi, tapi nyatanya tidak. Pangeran bayangan tersebut lebih berani dari yang ia kira. Arven mengangkat pedangnya lebih tinggi, membuat pria itu semakin gemetar. Tapi sebelum pedangnya turun, suara Nara memotong.

"Berhenti, Pangeran!" Nara muncul dari kejauhan. Langkahnya cepat mendekati mereka, dengan beberapa prajurit yang mengekor.

Nara mendekat hingga berdiri di antara Arven dan penyusup itu. "Kalau kamu mau bunuh dia, terus apa yang kita dapat? Aku tidak akan membiarkan kamu melakukan ini." Bisik Nara, suaranya nyaris seperti angin lalu.

Arven mendengus, tapi pedangnya diturunkan sedikit. "Dia tidak akan mengaku."

Mendengar Arven berucap seakan membiarkan penyusup itu tetap hidup tak ada gunanya, Nara langsung berjongkok, menatap penyusup itu untuk bertanya langsung. Wajahnya tenang tapi suaranya dingin. "Siapa dalang dari semua ini?"

Penyusup itu terdiam sejenak, matanya mengarah pada Arven, lalu kembali ke Nara. "Aku tidak tahu siapa dalangnya...Aku hanya disuruh melakukan pengintaian. Jika aku tidak menerima perintah itu, mereka akan menghabisi keluarga ku," katanya pelan. "Aku mohon rahasiakan ini, aku takut sekali. Jika kalian tidak tahu, maka itu akan baik-baik saja."

"Oh, jadi kau ingin membuat kesepakatan dengan kami. Baiklah kalau begitu, kami akan pura-pura tidak tahu. Tapi tolong kau beritahu siapa antek-antek dalang yang telah menyuruhmu."

Penyusup terdiam sebentar seperti berpikir bagaimana baiknya.

"Elira yang memintaku" Serunya. "Tolong rahasiakan ini, meskipun aku tahu jika ada kebocoran sedikit saja, akan ada nyawa yang hilang."

Arven mengepalkan tangannya ketika nama Elira disebut. Wanita itu adalah pelayan pribadi Ratu Baily. Arven semakin membenci Baily yang sudah membuat kekacauan sedari awal. Andai dia tidak hadir di hati Raja Veghour, maka Athera tidak bernasib seperti sekarang.

Arven berdiri tegak, tubuhnya dipenuhi gelora yang hampir meledak. Matanya menyala seperti api yang siap membakar, dan tangan yang terkepal erat memancarkan energi yang tak terungkapkan.

"Jangan biarkan amarahmu menjadi api yang membakar jembatan kita, Pangeran." Peringat Nara. "Kita hanya akan menemukan jalan keluar jika kita tetap tenang." Lanjutnya. Perlahan-lahan ketegangan yang dirasakan mulai mengendur.

Kini Nara beralih ke penyusup. "Lalu, dimanakah Ratu Athera berada?"

"Di dataran pemisah antara lembah hitam dengan hutan larangan. Di sanalah tempat peristirahatan terakhir Yang Mulia Ratu Athera."

Arven dan Nara saling pandang.

...****...

Berita tentang keributan di halaman Istana membuat Raja--meskipun tubuhnya terasa lemah karena perang kemarin--berusaha bangkit dari ranjangnya. Ia mengenakan mantel kebesarannya dengan sisa tenaga yang dimiliki, dibantu oleh Kasim yang setia di sisinya.

Tatapan Raja Veghour menghunus meskipun langkahnya goyah. Kasim menyusul, diikuti Ratu Baily dengan wajah penuh teka-teki bercampur setitik kekhawatiran yang beradu dengan kewibawaan seorang permaisuri. Keduanya penasaran dan cemas akan apa yang tengah terjadi. Suasana di Istana kini cukup tegang.

Saat Raja tiba di halaman, pandangan semua orang tertuju pada satu pemandangan yang membuat mereka terdiam. Di tengah halaman, Pangeran Raze berdiri dengan pedang berlumur darah di tangannya. Tubuh Elira, pelayan kesayangan Ratu Baily, tergeletak tak bernyawa. Raja menahan napas, matanya memandang dengan campuran keterkejutan dan rasa tidak percaya. Kasim di sisinya membatu, sementara Ratu Baily menjerit histeris.

"Raze! Apa yang telah kau lakukan?!" seru Baily, suaranya pecah karena duka dan amarah.

Raze hanya menatap ibunya tanpa berkata sepatah kata pun. Ekspresinya datar dan matanya kosong. Jeritan Ratu Baily menggema di halaman, sementara Raja menyimak apa yang dipandangnya. Kasim mencoba menopang Raja agar tetap tegap.

Suasana yang mencekam berubah menjadi api yang berkobar ketika Raja, dengan sisa kekuatan dalam suaranya, membentak, "Apa yang telah kau lakukan, Raze?! Jelaskan sekarang juga!" Nada suaranya seperti halilintar yang membelah keheningan, mengguncang setiap jiwa yang hadir di halaman. Mata Raja menatap putranya penuh kemarahan bercampur kekecewaan. Namun, Raze, dengan wajah tanpa emosi, hanya mengangkat pandangannya perlahan.

"Aku membunuhnya," jawab Raze datar.

Jawaban itu menyulut amarah yang meluap-luap.

Ratu Baily menatap Raze dengan air mata yang membanjir, suaranya bergetar, "Bagaimana bisa kau berkata seperti itu? Apa kau benar-benar anakku?" Di sekitar mereka, para pelayan dan prajurit Istana saling berpandangan.

"Kenapa kau membunuhnya?"

"Karena ia berkhianat terhadap Kerajaan ini, Paduka."

Aku tidak akan bicara jika Nara bagian dari Dewa Iblis. Aku tidak mau sampai dia dijauhkan dari hidupku. Aku bahkan membunuh Elira hanya karena melihatnya ingin mencelakai Nara.

Setelah Raze mengungkapkan bahwa Elira adalah pengkhianat, ekspresi Raja nampak terlihat tenang. Tanpa emosi berlebih, Raja memberikan isyarat kepada prajurit yang berada di sana.

"Ambil dia,” perintah Raja dengan suara yang datar, “Masukkan ke penjara bawah tanah. Taruh dia ke dalam bangsal yang terpencil dengan kaki tangan terikat rantai."

Raze terkejut begitupun dengan Baily. Mulutnya terkatup rapat seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengar. Kenapa bisa Raja langsung membuat keputusan tersebut tanpa banyak pertanyaan, tanpa diadili sebelumnya.

Ia mencoba membuka suara, namun dua prajurit sudah melangkah maju, meraih lengannya dan menariknya.

"Paduka Raja, aku bisa jelaskan ini kenapa bisa terjadi. Aku sungguh tidak berbuat di jalan yang bertentangan dengan Kerajaan. Jujur, aku hanya ingin melindungi Nara, karena Elira kedapatan ingin mencelakainya."

Dalam sekejap, tubuhnya sudah dibawa pergi, menuju penjara yang sunyi dan gelap. Raja Veghour sama sekali tidak menggubris pembelaan Raze dan memilih kembali ke kamarnya untuk pemulihan. Besok beliau ingin menemui putra sulungnya, berdiskusi tentang keputusannya yang ingin... menghukum Baily dan Raze seberat-beratnya.

.

.

Bersambung.

1
Teteh Lia
lanjut Kaka...
Teteh Lia
pangeran Arven udah ada pawangnya, nih...
Ikan
Et dah bocah
Zenun: hehehehe
total 1 replies
RE💜
mau ngungkit Nara ada hubungan sm iblis itu kan
Zenun: hmm bisa jadi
total 1 replies
F.T Zira
Raze lagi😮‍💨😮‍💨
Zenun: 😁😁😁😁😁😁
total 1 replies
F.T Zira
oiiii.... ambil kesempatan amat sihhh🙈🙈🙈
Zenun: iya dong hehe
total 1 replies
F.T Zira
keksihnya kan si Nara..ehh🤭🤭
Zenun: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
Dewi Payang
tisak/tidak
Zenun: 😁😁😁😁👍
total 1 replies
Dewi Payang
Ada yang nguping
Zenun: yuhuuu
total 1 replies
Dewi Payang
Ads/ada✌️✌️
Zenun: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
Teteh Lia
definisi cinta buta atau keegoisan semata nih?
Zenun: egois kayanya
total 1 replies
Teteh Lia
yang udah dapet salam tempel mah jadi tenang ya,,, 🤭
Teteh Lia
Prit.... woy... maen sosor aja...
Zenun: hehehe
total 1 replies
Teteh Lia
jangan ngintip, bang.... ntar bintitan .
Zenun: 🙈🙈🙈🙈🙈🙈
total 1 replies
Ikan
Yeu bocah, baru dikiss doang udah ke mana-mana pikiran. Menjelalah kamar Ratu Athera weyyy
Zenun: xixixixi
Ikan: Emang agak lainn
total 3 replies
Ikan
Tok tok permisi dulu dah kata aku teh, asal nyosor aja kau
Zenun: Iiiih, tetep dibalikin atuh😁
Ikan: Ya, silakan. Tapi kalau udah distempel nggak bisa retur ya
total 3 replies
Dewi Payang
Ecieeee, yg kasih penjelasan🤭🤭🤭🤭
Dewi Payang
Haduh si Arven😁
Dewi Payang
Raze benar juga,
Zenun
Jangan, nanti keenakan😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!