Selama tiga tahun, Latina menahan diri hidup bersama suaminya, Jason.
Perjodohan paksa, membuat Latina harus merasakan bahwa ia tidak pernah dicintai.
Ada wanita lain di sisi suaminya. Namun, ada yang berubah di hari ulang tahun pernikahan mereka.
Jason mengharapkan malam pertama setelah beberapa tahun enggan menyentuh istrinya.
Apakah Latina mampu melakukannya?
Terlebih ada rahasia di sana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran
Semua mata tertuju pada sosok pria yang berjalan bersama dua lelaki di sampingnya. Pemuda yang baru berumur 28 tahun, dan sudah mewarisi kekayaan keluarga, karena merupakan seorang pewaris tunggal.
Dean Cornor. Pemuda yang baru saja lulus dari universitas Harvard. Dikabarkan kalau ketika kecil, lelaki itu sudah mendapat pendidikan yang keras demi mengambil alih warisan dari sang ayah.
Terkenal pandai, tetapi punya sisi buruk. Ada desas-desus jika Dean Cornor adalah pemangsa wanita. Terkenal playboy dengan sekian deretan perempuan cantik yang menjadi mantannya. Di dunia bisnis, ia sangat tegas. Keputusannya selalu tidak bisa diganggu gugat.
Pria tinggi dengan rahang tegas yang ditumbuhi bulu-bulu di sekitarnya. Bola mata cokelat dengan tubuh yang sering mengangkat beban. Hanya saja ada kekurangan di jari kiri tangannya. Jari itu terpotong setengah. Ada yang mengatakan kalau Dean mendapat hukuman dari sang ayah, tetapi ada juga yang bilang kalau Dean cacat dari lahir.
"Hanya dia yang bisa membantumu, Jason." Leo menepuk pundak temannya.
"Baru kali ini aku melihatnya. Dia berbeda usia tujuh tahun dari kita."
"Ya, tapi otaknya sudah lebih dari kita. Kau lihat orang-orang penjilat. Mereka langsung saja mengerubungi Dean."
"Ayo, kita ke sana. Aku harus mendekatinya."
Dean memasang senyum lebar ketika tamu undangan mengerubunginya. Ia kesal, tetapi inilah pekerjaan. Di luar sana, reputasinya buruk. Ia sudah diperingatkan untuk tidak membuat masalah. Jangan sampai masalah kembali mempengaruhi perusahaan keuangan miliknya.
"Halo, Tuan Dean. Saya Jason."
"Ya ...." Dean menyambut uluran tangan Jason. "Kau juga kenal denganku?"
"Tentu saja. Saya salah satu klien Anda."
"Ah, begitu rupanya." Dean mengangguk, dan sepertinya ia tahu maksud dari Jason. "Jadi, bagaimana?"
Begitu langsung ke inti. Benar apa yang dikatakan Leo jika Dean punya otak jenius. Dia tahu mana yang dekat hanya untuk menyapa, dan mana yang punya maksud lain.
"Saya rasa kita bisa membicarakannya di kantor. Saya ingin berbicara kepada Anda." Tidak mungkin Jason berbicara di tengah pesta saat ini.
"Oh, kalau itu, kau perlu membuat janji dengan sekretarisku." Dean menoleh pada pria yang seumuran dengan Jason. "Tuan Sebastian, tolong kau buatkan janji temu dengannya."
"Tapi kita tidak punya waktu untuk bulan ini, Tuan."
Jason berharap ia tidak ditolak. Ia tidak bisa menunggu sampai bulan depan. Kalau tidak, pabriknya akan tutup. Banyak karyawan yang harus diperhatikan. Ia butuh suntikan dana secepatnya.
"Nanti kita bicara lagi, Tuan. Aku harus naik ke panggung sebentar." Dean langsung saja melewati Jason untuk naik ke atas panggung. Ia akan memberikan sepatah dua patah kata dalam acara ini.
Latina tidak tahu ke mana Jason. Ia susah mencari suaminya di antara tamu yang hadir. Terlebih ia terjebak dalam barisan depan yang ingin menyaksikan seorang pemuda berpidato.
"Selamat malam!"
Tanpa sengaja mata Dean memandang seorang wanita. Latina menoleh ketika mendengar suara dari atas panggung. Ia tersenyum, dan seperti tamu lainnya, menyaksikkan Dean berbicara.
Dalam hati, Dean menggerutu. Keadaan penting begini malah bertemu wanita cantik. Dean harus fokus untuk memberi kata sambutan, dan tidak disangka pria yang tadi bicara bersamanya, memeluk pinggang perempuan yang sudah ia tandai.
"Aku mencarimu ke mana-mana," ucap Latina.
"Diamlah. Dengarkan dia bicara." Jason mengangkat dagu agar Latina fokus ke depan.
Semua bertepuk tangan ketika Dean selesai memberi pidato. Ia membisikkan sesuatu kepada Sebastian, lalu turun dari sana.
"Kita makan dulu, setelah itu pulang." Jason membawa Latina ke meja prasmanan.
Memang inilah yang Latina tunggu. Perutnya sudah sangat keroncongan dari tadi. Tengah mengambil makanan, malah diganggu. Latina tidak suka, sebab ia ingin makan bersama Jason.
"Tuan Dean ingin bicara denganmu."
"Ya, baiklah." Jason memegang tangan Latina. "Kau tunggu di sini. Aku mau menemui orang penting."
"Ya, kau pergi saja. Aku bisa sendiri."
Sepertinya ada sesuatu yang membuat Jason senang. Latina tidak pernah tahu tentang masalah suaminya karena memang Jason tidak pernah cerita dan mereka jarang bicara.
Pertemuan di kamar VVIP. Jason menghadap Dean yang tengah meneguk minuman beralkohol. Pemuda ini tampak arogan dari cara duduk dan minumnya.
"Coba kau jelaskan, kenapa kau ingin bertemu denganku."
"Begini, Tuan. Saya ingin Bank Central memberi pinjaman. Saya adalah klien Anda."
"Kalau kau klien kami, kau sudah pasti diberi pelayanan terbaik."
"Pemimpin sebelumnya menolak pengajuan pinjaman sebab, hutang saya yang masih banyak. Saya juga menunggak uang bulanan selama enam bulan. Saya sangat butuh uang pinjaman untuk modal." Jason menjelaskan semua tentang masalahnya.
Sedikitnya Dean mengerti apa yang dialami Jason. Rupanya sang ayah menolak memberikan pinjaman pada perusahaan yang tidak konsisten dalam membayar hutang. Ya, Dean juga akan bertindak demikian, dan bank lain juga punya aturan yang sama.
"Sebastian, kau keluarlah dulu." Dean tersenyum tipis pada sekretarisnya itu. Setelah pria itu keluar, barulah Dean bisa bicara. "Oh, ya, siapa wanita yang kau peluk itu?"
Jason mengerutkan kening. "Wanita?"
"Kau tidak lupa kalau membawa wanita kemari, kan?"
"Oh, itu istriku."
"Istrimu rupanya. Dia cantik. Kita bisa bertransaksi secara lain."
Ternyata gosip itu benar. Setiap manusia itu tidak sempurna, dan Dean inilah wujud dari luar mulia, tetapi di belakang adalah pria berengsek.
"Kau ingin bersama istriku?" Jason terang-terangan mengatakan itu.
"Ya, satu kali lihat, aku tertarik padanya."
"Kau harus bayar mahal untuk itu," ucap Jason.
TBC
pikiranku langsung selancar ke film BBF..
akhirnya meledak juga bom nya