Rangga adalah seorang pemuda yang mendapatkan warisan sepasang mata sakti. mata sakti mampu menembus benda apapun, juga memberikan kemampuan medis dan ilmu beladiri.
Namun untuk mendapatkan mata sakti itu, Rangga menjadi bisu selama 5 tahun. tanpa di duga dia menikahi seorang wanita yang sangat cantik. Namun istrinya tidak mencintainya sama sekali.
Namun dirinya selalu di rendahkan oleh keluarga istrinya karena bisu dan tidak berguna.
Setelah 5 tahun berlalu, Rangga akan menggunakan mata saktinya untuk merubah takdirnya dan mendapatkan hati istrinya.
Bagaimana kelanjutannya bisa di baca di novel ini ya !!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 29 ADA UANG SEMUA LANCAR
Seketika Ratih terkejut bukan main, ternyata Rangga kini memiliki uang sebanyak itu. 400 milyar adalah uang yang sangat banyak sekali. Aset seluruh anggota besar keluarga Darmawan juga tidak sampai segitu.
"Rangga kamu pasti lelah seharian pergi keluar," ujar Ratih.
"Malam ini biar ibu saja yang masak, kamu tunggu di sini, setengah jam lagi makanan siap, kita makan bersama," sambung Ratih.
Ratih tidak jadi mengambil sebotol air di kulkas dan kini sedang tergesa-gesa pergi menuju ke dapur. Ratih ingin memasak malam ini khusus untuk Rangga.
Sementara Rangga dan Miranda tampak terkejut dengan sikap Ratih ini. Ini pertama kalinya Ratih berinisiatif untuk memasak makanan untuk Rangga.
Selama Rangga menikah dengan Miranda, Rangga lah yang selalu memasak makanan dan mengerjakan semua pekerjaan rumah.
Setengah jam kemudian Rangga, Miranda dan Ratih sudah duduk di meja makan. Terlihat di atas meja makan sudah ada beberapa macam menu makanan.
"Rangga ayo di makan," ujar Ratih dengan sangat perhatian.
"Eh... baik bu," balas Rangga justru merasa canggung.
Rangga tampak tidak terbiasa dengan sikap Ratih yang begitu ramah sekarang ini kepadanya. Rangga melihat Ratih sudah seperti orang lain saja.
Mereka bertiga juga mulai makan dengan lahap. Ini pertama kalinya bagi Rangga makan masakan ibu mertuanya. Harus Rangga akui masakan Ratih ternyata lumayan enak.
"Ibu, tumben sekali ibu mau memasak, sudah lama sekali ibu terakhir memasak?" tanya Miranda.
Miranda berpikir pasti ada sesuatu yang sedang di sembunyikan oleh ibunya, hingga sikap ibunya menjadi seperti ini.
"Tidak apa-apa, ibu hanya ingin memasak untuk menantu ibu saja," jawab Ratih.
"Uhuk... uhuk..." seketika Rangga langsung terbatuk mendengarnya.
Jawaban Ratih ini sungguh di luar ekspektasi Rangga dan Miranda. Tidak di sangka Ratih akan memberikan jawaban seperti itu.
"Rangga, pelan-pelan saja makannya," ujar Ratih.
"Sudahlah bu, jika ada yang ingin ibu katakan, katakan saja," ujar Miranda.
"Itu... sekarang kan Rangga sudah punya banyak uang, ibu melihat teman-teman ibu menantunya juga sudah pada sukses, menantunya membelikan mereka kalung emas," balas Ratih.
"Sejujurnya ibu juga ingin mempunyai kalung emas, bukankah kamu lihat leher ibu begitu kosong," sambung Ratih.
Miranda juga langsung mengerti ternyata Ratih sengaja memasak dan bersikap seperti ini karena ada maunya.
Miranda tampak diam karena sedikit malu dengan ucapan ibunya ini, sementara Rangga juga langsung mengerti. Kini dirinya sudah mempunyai banyak uang, tidak ada salahnya untuk membelikan apa yang ibu mertuanya inginkan.
"Benar bu, dulu aku mungkin tidak mampu membelikannya, sekarang aku harus menjadi menantu yang bertanggung jawab," ujar Rangga.
Rangga mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi banking nya. Rangga mulai mentransfer uang ke rekening milik ibu mertuanya.
"Ting," bunyi notifikasi pesan masuk di ponsel milik Ratih.
Ratih segera membuka pesan itu dan mendapati uang sebesar 1 milyar telah masuk ke dalam rekeningnya.
"Sudah masuk ya, ibu bisa menggunakannya untuk membeli kalung yang ibu suka," ujar Rangga.
"Wah menantuku ini benar-benar murah hati, tidak di sangka langsung memberikan ibu 1 milyar," ujar Ratih sangat bersemangat.
Tidak sia-sia Ratih memasak makanan untuk Rangga. Koki di belahan bumi mana yang akan di bayar 1 milyar hanya memasak setengah jam saja. Ratih tidak menyangka Rangga akan memberinya uang sebanyak ini.
Sementara Miranda tampak malu dengan sikap ibunya ini. Miranda tidak enak bila harus menegurnya di depan Rangga, jadi Miranda hanya bisa lanjut makan saja.
"Rangga kelak hubungan mu dan Miranda juga harus ada kemajuan," ujar Ratih kepada Rangga.
"Teman-teman sebaya ibu juga sudah memiliki cucu, coba kalian rencanakan kapan akan memiliki anak," sambung Ratih.
"Uhuk... uhuk..." kali ini Miranda yang terbatuk.
Miranda tidak menyangka bahwa ibunya akan mengatakan hal seperti itu. Seketika wajah Miranda tampak merah karena malu.
Rangga juga terkejut mendengarnya, tidak menyangka ibu mertuanya yang dulu sangat membencinya kini justru ingin memiliki cucu darinya.
Tapi perkataan ibu mertuanya ini membuat Rangga sangat senang dan secara tidak langsung membantu hubungannya dengan Miranda.
"Ibu tenang saja, kami sedang memprosesnya," balas Rangga kepada Ratih.
"Eh..." Miranda kembali di buat terkejut oleh jawaban dari Rangga.
"Bocah tengik ini, bisa-bisanya berkata seperti itu kepada ibuku," pikir Miranda.
"Jangan terlalu lama, jangan membuat ibu khawatir," ujar Ratih.
"Haha... aku suka dengan kata-kata ibu," balas Rangga.
Rangga kembali membuka aplikasi banking nya dan mengirimkan 1 milyar lagi untuk Ratih.
Ponsel milik Ratih kembali menerima notifikasi yang menandakan uang senilai 1 milyar telah masuk ke dalam rekeningnya.
"Menantu ibu ini memang paling pengertian sekali," ujar Ratih.
Sementara itu, Miranda wajahnya begitu merah karena malu dengan sikap ibunya yang matre dan juga malu kata-kata ibunya yang mendesak nya segera memiliki anak.
Rangga sengaja memanfaatkan Ratih agar hubungannya dan Miranda semakin dekat. Secara perlahan Rangga pasti bisa membuat Miranda jatuh hati kepadanya.
Mereka bertiga juga telah selesai makan, Rangga terlihat hendak mengemasi piring seperti biasanya. Ratih yang melihat itu juga langsung menghentikannya.
"Rangga, biar ibu saja yang mengerjakannya," ujar Ratih.
"Kamu dan Miranda kembali saja ke kamar, seharian di luar kamu pasti lelah, istirahatlah," sambung Ratih.
Kini sikap Ratih benar-benar sudah 180 derajat berubah dari sebelumnya. Rangga yang dulu selalu di hinanya, kini seolah menjadi raja di rumah ini.
Rangga dan Miranda kemudian juga berjalan pergi menuju kamarnya.
Di dalam kamar, sama seperti malam sebelumnya. Miranda tidak mengijinkan Rangga untuk tidur bersama di ranjangnya. Rangga hanya boleh tidur sekamar dengannya, asalkan dia tidur di lantai.
"Rangga aku merasa tidak enak dengan sikap ibuku tadi," ujar Miranda sambil berbaring di ranjangnya.
Kini Miranda juga sudah membungkus tubuhnya dengan selimut dan bersiap untuk tidur.
"Aku tidak enak karena dia memanfaatkan mu," sambung Miranda.
"Apa yang kamu bicarakan, aku sudah menikah denganmu, ibumu berarti juga adalah ibuku," balas Rangga.
"Aku iklas dan tidak keberatan," sambung Rangga.
Rangga melanjutkan jika dulu dirinya sangat tidak berguna dan tidak bisa memberikan apapun. Sekarang dirinya sudah mempunyai uang, tidak ada salahnya untuk menyenangkan hati ibu mertuanya, anggap saja untuk menembus dirinya dahulu yang tidak berguna.
"Asalkan keluargamu bisa menerima ku sebagai menantunya, aku sama sekali tidak keberatan," ujar Rangga.
Selagi mertuanya bisa menerimanya, Rangga juga tidak keberatan memberikan apa yang mereka minta. Lagi pula Rangga kini telah mempunyai mata sakti yang telah merubah takdirnya.
Sementara Miranda tampak diam saja, kata-kata Rangga ini membuat hati Miranda tersentuh. Rangga kini begitu baik kepada keluarga nya, namun dirinya belum bisa membalas kebaikan Rangga ini.
Satu jam kemudian Miranda juga sudah tertidur dengan pulas. Sementara itu Rangga masih belum bisa tidur. Malam ini udara begitu sangat dingin, hingga dinginnya bisa menembus selimut.
Rangga juga mulai bangkit dan naik ke atas ranjang Miranda secara perlahan-lahan.
Rangga memutuskan untuk tidur di sebelah Miranda. Miranda yang sudah tertidur pulas, juga tidak merasakan bahwa Rangga sudah berbaring di sebelahnya.
Rangga dapat merasakan hembusan nafas Miranda dan bau tubuhnya yang sangat harum. Ingin sekali rasanya Rangga memeluk Miranda, tapi takut Miranda akan terbangun.
Malam berlalu begitu cepat, pukul 4 pagi, sebelum Miranda bangun Rangga sudah bangun terlebih dahulu dan langsung turun dari ranjangnya. Rangga kembali berbaring di atas tikar untuk melanjutkan tidurnya.
Pagi harinya Miranda bangun lebih dahulu daripada Rangga. Miranda sama sekali tidak mengetahui bahwa semalam Rangga telah tidur di sebelahnya.
Di gas ken
Mumpung lagi seru
Tetap Semangat
Bukannya rangga?