Buat yang penakut jangan baca sendirian!!!
Tentang sebuah desa, yang mana desa ini atau kampung sangat misterius.
Di cerita ini kita bakal ngikutin perjalanan seseorang yang bernama candra, dimana keluarganya terlilit hutang gitu yang lumayan banyak.
Candra disuruh orang tuanya buat pergi kerumah pamannya, yang bernama kang agung disebuah desa yang bernama rangkas punah. desa itu sendiri menyimpan cerita misteri yang sangat mengerikan.
Nah bagaimana cerita selanjutnya penasaran kan?
yukk kita baca bareng_bareng, biar takutnya bareng_bareng.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ncess Iren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bahaya
"Itu ada Candra di kamar pak, kenapa bapaknya jadi aneh seharusnya ibu yang tanya? sudah dua kali bapak pulang dengan pakaian kotot begitu" Ucap Bu Yani.
"Tapi Bu beneran tadi di kunci kamarnya, Basir dan Ela saksinya udah dua kali. Mereka coba buka pintu kamarnya, sebelum bapak pulang"
"Emak juga ikut mastiin, bener di kunci bu" Mak ela ikut menimpali.
"Ah kalian ini sama saja kalau dikunci, seharusnya gak bisa di buka lihat aja Candra tidur begitu. Biasanya juga nggak dikunci kamarnya" Ujar Bu Yani.
Engga tau gimana caranya kan Candra sudah berads dikamarnya lagi nih, setelah di bekep mulutnya sama laki_laki berambut gondrong itu.
Di kamar itu ada Pak Agung, Basir Bu Yani dan Mak ela. Yang Candra rasakan saat ini kepalanya berat banget, dan sakit terus badannya itu pegal gak karuan. Dan anehnya lagi bangun_bangun dia udah gak pake Hoodie, dan udah selimutan.
Pak Agung sama Bu Yani masih cekcok, Candra mencoba buat duduk diatas kasur pas lihat jam.Ternyata udah jam 12 malam lebih, lalu Candra bertanya:
"Maaf ada apa ya Pak?
"Ngga apa_apa Candra, ini Basir Mak ela dan Bapak nuduh kamu keluar rumah. Padahal kan kamu lagi tidur, mana bilang kamar kamu dikunci segala lagi" Ibu Yani ngomong gitu sambil melihat ke ujung kasur, dan pas lihat disitu terlihat ada bekas tanah merah.
Candra disitu kaget dong, tapi dia berusaha buat tenang apalagi dia yakin banget kalau telapak kakinya masih kotor untung tertutup selimut jadi gak kelihatan.
Pak Agung dan Bu Yani masih terus cekcok, sampai akhirnya bilang: "Udah_udah" habis itu dia keluar kamar, ngga lama Mak ela sama Kang Basir juga ikut keluar.
Sebelum keluar Bu Yani sempet merhatiin jendela sama bagian kotor, di ujung kasur terus natap Candra dengan tatapan yang aneh habis itu ia pun keluar kamar dan bilang: "Udah istirahat lagi aja Candra, tutup saja jendelanya nanti malah sakit lagi.
Pelan_pelan tuh Candra mulai inget sama kejadian, sebelumnya yang dia lagi di tengah_tengah hutan. Mengintai rumahnya ni ito sampai akhirnya dia di bekep, sama orang yang berambut gondrong.
Spontan Candra cek tuh mulutnya, masih berasa sakit dan langsung aja di buka selimut dibagian kakinya. Masih kotot bekas tadi nginjak_nginjak tanah, sama ranting dihutan habis itu Candra berdiri dan jalan kearah ujung kasur. Dia coba cek itu bekas tanah merah dan disitu kelihatan, jejak kaki yang mengarah ke jendela itu. Membuat dia makin yakin kalau ada yang nganterin dia sampai ketempat tidur, dan bukan cuma itu si orang misterius ini juga membukakan kunci pintu kamar Candra.
Supaya Bu Yani, Pak Agung, Mak ela sama Basir bisa masuk biar mereka gak curiga. Candra langsung mikir tuh kan apa jangan_jangan, orang yang tadi sore kang Panjul bilang lagi merhatiin rumah dari jauh. Itu kang panjul sendiri yang udah nganterin dia, lagi mikir kayak gitu suasana hening kan sampai tiba_tiba kedengaran lagi suara langkah kaki itu.
Di dekat jendela semakin Candra dengerin suara itu, suara itu semakin jauh langsung Candra berdiri. Ia berjalan kearah jendela yang masih kebuka, pas dia lihat keluar: "Nggak mungkin" dia melihat orang yang perawakannya kaya orang gila, yang dia lihat pas nganterin Bu Yani ke pusat desa.
Pake baju yang sama celana yang sama, rambutnya gondrong Candra inget banget itu adalah orang yang sama. Yang ngebekep dia di dekar rumahnya ni itoh, seketika langsung terlintas di pikirannya satu nama, Gama langsung aja dia ambil hp itu yang anehnya masih ada di kantongnya.
Dia cek pesan masuknya nih dan ketemu pesan terakhir gama, yang bilang budi sudah ada di kampung ini. Candra kamu dalam bahaya, dia mikir apa mungkin orang gila itu adalah budi yang lagi nyamar. Tapi kalau emng bener itu budi gimana caranya, dia bisa tau keberadaan kampung itu apa sebelumnya dia pernah ke desa rangkas punah.
Candra kembali duduk lagi diatas kasur, sambil mikirin hal_hal yang sudah terjadi. "Apa benet gitu, gua lagi dalam bahaya" karena ngga mau ninggalin jejak kotoran dilantai kamar, Candra coba bersihin tuh pake baju kotor yang dia belum cuci. Karena gak mau bikin masalah dan nambah curiga, terutama Pak Agung ini ada hubungannya sama ni itoh di ujung kampung itu.
Tentang pengguguran kandungan itu mengingat juga, Pak Agung ini seorang kepala desa sambil mikir gitu kan dia cuma mastiin orang dirumah ini sudah pada masuk kamarnya masing_masing. Tapi dia gak tau nih dimana Basir dan tiba_tiba dia kayak inget tuh sama korek, yang ada senternya yang dia bawa. Dia coba cari di kantong celana, ngga ada mungkin jatuh di hutan.
Habis membersihkan lantai kamar Candra, pelan_pelan membuka pintu kamar dan pergi ke kamar mandi. Sambil membawa baju kotor bekas ngepel lantai tadi, tapi baru bentar jalan tiba_tiba kedengeran suara pintu kamarnya Bu Yani kebuka.
Kenceng banget dan bener aja Pak Agung keluar, dan udah berdiri di dekat meja makan. Dimana meja makan itu sejajar dengan kamarnya, Candra berdiri dia tuh masih pake baju kotornya karena udah ketahuan. Disitu jadi canggung dia nyapa: "Pak...
"Lain kali jangan ninggalin korek di hutan, ini korek sama. Saya beliin bareng sama rokok"
"Kayaknya bukan korek Candra Pak, cuma sama aja"
"Mungkin, tapi gak semua orang pergi ke hutan malam_malam bawa korek api" matilah Candra disitu kan. Pak Agung mengucapkan kalimat terakhirnya sambil senyum, yang artinya dia melihat dong kalau Candra lagi ngendap_ngendap di hutan itu.
Chandra ambil korek itu dari tangan Pak Agung, setelah itu Pak Agung pergi ke ruang tengah makin cemas aja kan si Chandra. Habis naruh Pakaian kotor langsung dia balik lagi tuh ke kamar, dia keingat tuh sama kata-katanya Kang Panjul bahwasanya Ni Ito itu bukan orang sembarangan.
Pagi harinya
Candra Bangun setelah semalaman nggak ada yang namanya tidur nyenyak, yang awalnya cuma penasaran doang sekarang malah dia mesti ngadepin kenyataan-kenyataan yang mengerikan. Di meja makan setelah Chandra kelar mandi dan ganti baju, Candra cuma bengong aja tuh sambil sarapan. Sampai akhirnya Bu Yani bilang:
"Makan sambil bengong, Ayo cepet anterin Ibu dulu"
"Iya Bu sebentar"... Chandra pastiin dulu tuh kalau dia sudah bawa hp, korek sama rokok. Sebelum berangkat dia juga ngelihat sikapnya Pak Agung, makin berubah setelah obrolan tentang korek api semalam itu. Chandra juga melihat ada kang Panjul di teras belakang, disusul sama Maela yang nganterin 11 kopi buat dia. Sambil jalan ke depan buat nganterin Bu Yani, Candra terus tuh kepikiran sama kejadian semalam. Yang di mana Ni Itoh membawa tampah penuh berlumuran darah, sebelum naik ke atas motor Bu Yani dibilang:
"Nanti habis nganterin Ibu ke pusat desa, bantuin Kang Panjul aja! yang artinya Habis nganterin langsung pulang. Di perjalanan menuju pusat Desa seperti biasa Bu Yani ini selalu nyapa warga\_warga, yang dia temui sementara Candra seperti biasa hanya senyum\_senyum aja.
"Gimana Chandra udah beberapa hari di kampung ini, kamu betah? Tanya Bu Yani.
"Betah Bu Alhamdulillah, ada Kang Panjul jadi ada kegiatan jadinya Candra nggak bosen"
"Bapak sama Ibu gimana, sudah ada perkembangan usahanya itu?
"Belum Bu untuk saat ini!"
Bersambung....