Menantu Yang Di Remehkan

Jiro yang mendengar teriakan Namira di dalam rumah pun mengepalkan tangannya kuat, apa lagi mendengar tamparan keras. Terbayang tamparan itu mendarat di pipi mulus gadis yang benar-benar sangat dia cintai. Kendo memperhatikan wajah Jiro yang memerah dan rahang mengeras.

Beberapa kali bel di bunyikan tanpa henti, membuat orang di dalam rumah marah seketika dengan suara bel berbunya tanpa sopan.

"Doa o akete kudasai!"

Tanpa sengaja Jiro berteriak dengan bahasanya, Kendo sendiri terkejut. Dia mengingatkan bosnya agar mengucapkan dengan bahasa yang di mengerti saja.

"Buka pintunya!"

Sekali lagi Jiro berteriak, tak berapa lama pintu terbuka. Muncul seorang perempuan dengan wajah marah dan terkejut Jiro ada di depan rumah dengan wajah memerah karena marah.

"Kenapa kamu datang lagi ke rumah ini hah?!" teriak perempuan berusia empat puluh delapan itu.

"Di mana istriku?!" teriak Jiro membuat nyonya Isabella dan Kendo terkejut karena laki-laki itu melotot tajam.

"Jangan berbuat tidak sopan padaku! Kamu orang asing yang seenaknya saja merusak semuanya. Mengaku sudah menikah dengan Namira? Hah, jangan harap kamu akan membawa dia lagi. Itu tidak akan terjadi, dan satu lagi. Kamu harus sopan, aku tidak peduli kamu orang dari mana dan apa pekerjaanmu itu. Aneh sekali orang asing datang-datang merusak semua keluarga dan rencana kami!" ucap nyonya Isabella.

Jiro mengepalkan tangannya kuat, ada tatapan aneh dari laki-laki itu pada nyonya Isabella. Perempuan itu membalas tatapan Jiro dengan angkuh, awalnya sangat sombong tapi beberapa detik tiba-tiba ciut nyalinya.

Entah apa yang di rasakan perempuan hampir paruh baya tersebut, sampai dia mundur beberapa langkah.

Kendo yang tahu apa yang di lakukan sang bos itu pun segera menyingkirkan nyonya Isabella sebelum perempuan itu pingsan akibat dirinya sendiri. Jiro melangkah masuk ke dalam rumah, nyonya Isabella terpaku beberapa menit.

"Namira! Are you oke!" teriak Jiro masuk ke dalam rumah besar.

Beberapa pelayan keluar dari arah dapur menghampiri Jiro, bi Siti melihat Jiro berteriak itu kaget. Laki-laki tampan memanggil anak majikannya.

"Di mana Namira?!" tanya Jiro pada bi Siti.

Sejenak bi Siti terpaku, tapi beberapa saat tersadar karena Kendo memberi isyarat dengan menjentikkan jari.

"Oh, nona Namira di atas. Di kamarnya," jawab bi Siti menunjuk ke lantai atas dengan takut-takut.

Tanpa menunggu lagi, Jiro pun melangkah menuju tangga. Langkah cepat agar segera menaiki tangga yang begitu banyak.

Nyonya Isabella masih di luar pun kini tersadar dengan apa yang tadi di alaminya, dia bingung tapi kemudian masuk ke dalam rumah. Melihat bi Siti menatap Jiro melangkah menaiki tangga. Perempuan itu pun berjalan cepat mengejar laki-laki aneh tersebut.

"Lancang sekali kamu masuk ke rumah ini bahkan mau masuk ke kamar anakku?!" teriak nyonya Isabella mendekati Jiro dengan langkah cepat.

Jiro menoleh ke arah nyonya Isabella dengan tatapan tajam menusuk, membuat perempuan itu berhenti dan meneguk ludahnya karena tatapan aneh itu menciutkan nyalinya.

Entah apa yang di pancarkan mata Jiro padanya, saat ini dia merasa tidak bisa bergerak maju ke depan. Beberapa detik seperti itu Jiro pun langsung menuju kamar di mana Namira berada. Dia mengira kamar itu paling ujung, laki-laki dengan wajah tegang dan dingin melangkah ke kamar paling ujung.

Nyonya Isabella menatap punggung Jiro, ada rasa aneh dalam hatinya. Pikirannya berdebat apa sebenarnya yang terjadi, kenapa dia seolah tersirap hanya dengan tatapan tajam nan menusuk dari Jiro.

Beberapa menit kemudian, Jiro datang lagi dengan menggapit pinggang Namira dan melewati nyonya Isabella yang masih berada di anak tangga. Namira menoleh pada mamanya, dia heran kenapa mamanya diam saja terpaku tanpa menghalangi dirinya dan Jiro pergi.

"Aku akan membawamu pergi dari negara ini, di sini tidak baik untukmu," ucap Jiro.

Namira menoleh pada Jiro, menatap heran dan bingung apa yang di ucapkan oleh laki-laki itu karena dengan bahasa Jepang. Dia terus mengikuti kemana langkah Jiro, di depan Kendo segera mengikuti sang bosnya dengan pujaan hatinya.

Sungguh, apa yang di lakukan Jiro kali ini benar-benar di luar kendalinya. Biasanya laki-laki itu akan menahan apa yang dia miliki itu, tapi hanya karena seorang gadis yang sangat dia cintai dalam waktu singkat itu membuatnya harus menggunakan kemampuannya tersebut.

_

Brak!

Suara gebrakan meja dari tangan tuan Aleandra di meja kerjanya itu membuat Rania melonjak kaget. Gadis itu mundur beberapa langkah karena takut dengan papanya yang sedang marah.

Entah apa yang sedang terjadi pada papanya itu sampai marah menggebrak meja kerja.

"Apa yang terjadi pa? Kenapa papa marah sampai menggebrak meja?" tanya Rania.

Dia masuk ke dalam ruang kantor papanya setelah mendapat laporan dari sekretaris kalau papanya itu menyuruhnya segera ke ruang kantor papanya. Dan benar saja papanya marah-marah tidak seperti biasanya.

"Ada yang membeli saham papa sebesar dua puluh persen, sial! Siapa dia orangnya?" jawab tuan Aleandra.

"Saham yang mana? Bukankah perusahaan sedang baik-baik saja pa? Kenapa ada orang yang membeli saham begitu besar?" tanya Rania jadi kaget.

"Saham perusahaan di Surabaya itu, papa penasaran siapa orang itu sampai berani membeli saham papa dengan harga mahal," jawab tuan Aleandra lagi.

"Tapi perusahaan yang di Surabaya itu bukan sepenuhnya milik papa, ada om Hendry juga. Apa mungkin om Hendry sengaja menjualnya karena kecewa pertunangan Aldo dengan Namira gagal?" tanya Rania.

"Paa tidak tahu, harus di selidiki lebih dulu. Siapa yang membelinya, papa akan menemui om Hendry malam ini. Papa tidak mau rencana papa mengambil alih perusahaan itu jadi gagal."

Keduanya pun terdiam, memang pertunangan antara Aldo dan Namira salah satunya adalah penyerahan saham sebagian perusahaan di Surabaya. Karena pertunangan itu gagal akhirnya tuan Hendry sepertinya sengaja menjualnya tanpa memberitahu tuan Aleandra lebih dulu.

Suara telepom tuan Aleandra berdering, laki-laki itu langsung menjawab sambungan telepon dari istrinya.

"Halo? Ada apa?"

"Pa, Namira pergi lagi."

"Kenapa bisa? Kamu tidak menguncinya di kamar? Apa dia kabur?"

"Tidak pa, dia di bawa oleh laki-laki model itu."

"Apa?!"

_

_

******