Setelah menjatuhkan talak pada Amira, Reifan menyesalinya. Reifan ingin merujuk Amira, setelah dia tahu kalau perceraian mereka terjadi hanya karena kesalahpahaman. Selama ini Amira hanya di fitnah oleh ibu mertuanya. Dan setelah Reifan mengetahui hal itu, Reifan menyesal dan ingin menebus kesalahannya dengan merujuk Amira. Namun tanpa sadar Reifan telah mentalak Amira sebanyak tiga kali, sehingga tidak bisa membuat mereka rujuk lagi kecuali Amira menikah lagi dengan lelaki lain dan bercerai dengan lelaki itu.
Apa yang akan Reifan lakukan untuk bisa kembali dengan Amira?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Bu Rianti.
Hana dan Desti, sore ini masih berbincang-bincang di teras belakang rumah.
Sepertinya mereka sedang membicarakan masalah pertunangan Desti dengan Reifan.
"Kak, mulai sekarang Kakak harus mempersiapkan diri untuk acara pertunangan kakak dengan Kak Reifan nanti setelah Kak Reifan pulang."
"Apa kakak kamu sudah menyetujui pertunangan ini?" tanya Hana.
"Kakak tenang saja. Semua sudah diatur oleh Mama. Mau nggak mau, Kak Reifan harus bertunangan dengan Kak Hana. Kak Hana cinta kan sama Kak Reifan?" tanya Desti.
"Iya. Aku suda jatuh cinta sama kakak kamu sejak pandangan pertama."
"Ya udah. Kakak nurut aja apa yang mama aku rencanakan."
Di sela-sela percakapan Hana dan Desti, Bu Rianti datang menghampiri mereka.
"Kalian sudah siap?" tanya Bu Rianti.
Desti dan Hana menoleh bersamaan ke arah Bu Rianti.
"Emang kita mau ke mana Tante?" tanya Hana.
"Tante mau ngajak kalian ke butik langganan Tante," jawab Bu Rianti.
"Tante mau memesan gaun untuk kamu. Dan kamu harus memakainya di acara pertunangan kamu nanti."
Desti dan Hana saling menatap. Mereka kemudian tersenyum dan kembali menatap Bu Rianti.
"Ayo kita berangkat sekarang!" ajak Bu Rianti.
Hana, Bu Rianti dan Desti kemudian melangkah pergi meninggalkan rumahnya. Mereka masuk ke dalam mobil dan meluncur menuju butik langganannya.
Sesampainya di depan butik, Desti menghentikan laju mobilnya. Setelah memarkirkan mobilnya, Desti Hana dan Bu Rianti kemudian turun. Setelah itu mereka masuk ke dalam butik untuk memesan gaun untuk acara pertunangan Hana dan Reifan.
Ring ring ring...
Suara ponsel Bu Rianti berdering. Bu Rianti mengambil ponselnya yang ada di tas kecilnya. Bu Rianti tersenyum saat melihat siapa yang menelponnya.
Akhirnya, dia nelpon juga, batin Bu Rianti.
Sudah sejak kemarin Bu Rianti mencoba menghubungi Reifan. Namun Reifan tidak pernah mengangkat telpon dari Bu Rianti. Itu semua karena Reifan terlalu sibuk saat berada di luar negeri.
"Tunggu sebentar ya. Mama angkat telpon dulu," ucap Bu Rianti.
Bu Rianti kemudian menjauh dari Hana dan Desti untuk mengangkat panggilan dari Reifan.
"Halo Rei."
"Halo Ma. Maaf Ma, dari kemarin aku nggak bisa angkat telpon Mama. Aku lagi sibuk banget Ma. Ada apa Ma? kenapa banyak sekali panggilan tak terjawab dari Mama?"
"Reifa, kapan kamu pulang? Mama sudah kangen sama kamu."
"Mungkin minggu depan Ma, aku sudah bisa pulang."
"Cepat pulang ya Nak. Mama sudah nggak sabar ingin kamu cepat pulang. Sudah hampir tiga bulan kamu di Singapur."
"Iya Ma. Minggu depan aku pasti pulang. Karena urusanku di sini juga sudah selesai."
"Ya bagus dong kalau begitu. Mama juga lagi punya rencana untuk kamu."
"Rencana apa Ma?"
"Setelah kamu pulang, kamu harus menyiapkan pesta pertunangan kamu dengan Hana. Hana dan keluarganya juga sudah setuju pertunangan kalian dipercepat."
"Apa! tunangan? ma, Mama kan belum meminta persetujuan dari aku soal pesta pertunangan ini. Bagaimana Mama bisa memutuskannya dengan sepihak."
"Reifan, mau nunggu apa lagi. Hana itu sudah jatuh cinta sama kamu. Dia anak yang baik. Bagaimana mungkin Mama akan menyia-nyiakan calon mantu sebaik Hana."
"Tapi Ma, Mama nggak bisa seenaknya begini dong. Aku kan belum setuju untuk bertunangan dengan Hana."
"Reifan. Kalau Mama meminta pendapat kamu, mana mungkin kamu akan menyetujuinya. Kamu pasti akan selalu mengemukakan banyak alasan ke Mama. Sekali ini saja Reifan nurut apa kata Mama."
"Ma, sudah berapa kali aku bilang, aku nggak mau tunangan sama siapa pun. Aku hanya cinta sama Amira. Dan selamanya hanya Amira yang akan menjadi istriku."
"Reifan. Sadar Reifan sadar. Amira itu sudah pergi dari kehidupan kamu. Apa yang mau kamu harapkan dari dia. Dia nggak punya apa-apa. Apa yang mesti kamu pertahankan. Lagian kalian itu sudah talak tiga. Bagaimana mungkin kalian bisa rujuk lagi."
"Ma, Amira itu memang nggak punya apa-apa. Tapi dia itu ibu dari anak aku. Aku benar-benar menyesal, kenapa dulu aku harus percaya sama semua ucapan Mama. Padahal sudah jelas-jelas, kalau Mama selama ini cuma fitnah Amira saja. Dan mulai sekarang, aku nggak akan pernah percaya lagi apa kata Mama."
Tut Tut Tut ..
Bu Rianti terkejut saat tiba-tiba saluran telponnya terputus. Sepertinya Reifan sudah memutuskannya dengan sepihak. Reifan tampak kesal dengan ibunya yang selalu memaksakan kehendaknya untuk menerima wanita pilihannya.
"Ah, aku belum selesai bicara, kenapa harus di matikan telponnya. Dsar anak nakal. Kali ini, kamu nggak boleh membantah Mama dan harus nurut apa yang Mama katakan," gumam b Rianti.
Bu Rianti kemudian mendekat kembali ke arah Desti dan Hana.
"Telpon dari siapa Ma?" tanya Desti.
"kakak kamu."
Desti tersenyum.
"Kak Riefan yang nelpon Ma? dia bilang apa aja?! kapan dia mau pulang."
"Katanya sih minggu depan dia sudah bisa pulang."
***
Malam ini, Aditya dan Amira sudah terlelap di atas ranjangnya. Tiba-tiba, ponsel Aditya berdering.
Aditya mengerjapkan matanya. Dia terkejut saat melihat panggilan dari Reifan.
"Pak Reifan, ngapain dia tengah malam begini nelpon," ucap Aditya.
Aditya mengangkat panggilan dari Reifan..
"Halo Pak Reifan. Ada apa Pak?"
"Halo Aditya. Aku baru sampai di bandara. Apakah kamu bisa jemput aku sekarang?"
"Apa! anda sudah sampai di bandara?"
"Iya."
"Kenapa anda tidak bilang kalau mau pulang hari ini."
"Sudah, jangan banyak bicara. Cepat datang ke bandara sekarang."
"Baik Pak baik. Saya akan berangkat sekarang."
Aditya turun dari ranjangnya untuk bersiap-siap pergi menjemput Reifan.
Amira mengerjapkan matanya. Dia terkejut saat melihat Aditya yang sudah tampak rapi.
"Mas, kamu mau ke mana?"
Aditya menatap Amira lekat.
"Aku mau ke bandara Amira. Mau jemput Pak Reifan."
Amira terkejut saat Aditya menyebut nama Reifan.
"Apa! Mas Reifan sudah sampai di bandara!" pekik Amira.
"Iya Amira. Dia menyuruh aku menjemputnya."
"Ya sudah, sana kalau kamu mau pergi."
"Kamu ngga apa-apa kan Amira, aku tinggal sebentar?"
Amira mengangguk. Setelah itu Aditya pun pergi meninggalkan Amira.
Setelah Aditya pergi, Amira beringsut duduk.
"Mas Reifan sudah kembali ke Indonesia. Sebentar lagi, dia pasti akan menemuiku dan menyuruhku untuk bercerai dari Mas Aditya. Karena pernikahan aku dan Mas Aditya juga sudah hampir menginjak tiga bulan," gumam Amira.
Amira menghela nafas dalam.
"Apa yang harus aku lakukan. Bagaimana caranya aku menghadapi Mas Reifan," lanjut Amira.
Amira bangkit dari duduknya. Setelah itu dia keluar dari kamarnya untuk mengambil minum. Amira melangkah ke dapur. Dia mengambil gelas dan menuang segelas air putih ke dalam gelas itu.