Dituduh mencelakai sang kakak, Shani di usir dan dihabisi oleh orang yang tidak menyukainya.
Datang kembali membawa dendam setelah bertahun-tahun untuk menghabisi pengkhianat itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
♥️AKUN TIKTOK @authorbtm♥️
♥️AKUN INSTAGRAM @Swahy18♥️
***
Jhon mendatangi Gea dan Fini yang ada dikamar.
"Ini makanan untuk kalian, diluar tidak aman karena banyak yang mencari tetaplah disini."
Gea dan Fini hanya mengangguk.
Kemudian Jhon keluar membiarkan dua gadis itu untuk istirahat.
"Itu ada ayam," kata Gea memberikan ayam itu pada Fini.
"Nasib kita sial amat ya," keluh Fini.
"Pokoknya gue gak terima diginiin sama Shani sialan itu!" maki Gea.
"Tapi pada kenyataannya kita begini nasibnya, Gea."
"Kita harus cari cara buat lawan Shani."
"Gimana caranya?"
"Kita cari sekutu."
"Heh, tapi siapa? kita aja gak tahu Shani itu seperti apa dan siapa musuhnya."
"Makanya kita cari tahu bego!"
"Au ah, gue ngantuk mau tidur."
"Tidur mulu lu," cibir Gea.
"Biarin."
"Akhhh," kesal Gea ketika ingat Shani.
***
Oma Ratna dan Opa Malik sedang bersenda gurau.
"Opa sayang, gak nyangka aja ya kita punya cucu angkat yang sangat mirip sama kita."
"Iya Oma sayang, Opa sangat bersyukur sekali kalau Shani itu jadi cucu kita."
"Anaknya sudah cantik, pengertian lagi sama Maminya. Kadang Oma itu kasihan sama Shani, kok ada yah anak segitu cantiknya ditelantarkan."
"Kita tidak tahu masa lalu Shani dan kita juga tidak perlu menanyakannya untuk menjaga perasaannya Oma."
"Iya Opa sayang, Oma juga merasa begitu."
"Oma buatkan kopi dong sama gorengan."
"Ikh sultan kok makan gorengan," ledek Oma Ratna.
"Gak ada yang beda sayang," goda Malik.
"Iyuhhh tua-tua panggil sayang."
"Hahaha ..."
Ponsel Malik berbunyi dan melihat ada telpon dari Regan.
"Regan," kata Malik lalu mengangkatnya.
“Halo Gan, ada apa tumben nelpon?“ tanya Malik dalam telponnya.
“Kami berdua mau ke rumahmu.“
“Oh, kami ada kok dirumah. Nginep, kan?“
“Gak tau, tapi tetap bawa baju kami.“
“Ini sudah dimana sekarang?“
“Dekat kok sama rumahmu, sebentar lagi sampai.“
“Ya sudah kami tunggu yah.“
“Iya.“
Setelah telponnya tutup, Malik langsung mendatangi Ratna ke dapur.
"Sayang," panggil Malik.
"Ada sih Yang," sahut Oma Ratna.
"Regan sama Cici mau kesini, banyakin buat gorengannya yahh."
"Oh gitu, sip dah nanti dibuatkan."
"Ok sayang, suami kamu yang tampan ini mau duduk didepan dulu yahh."
"Idih pede banget, blueeekk dasar Opa genit."
Ratna dan Malik memang sudah tua tapi kasih sayang dan cinta mereka mengalahkan anak muda.
Tidak lama kemudian, Regan dan Cici datang.
"Akhirnya kalian datang juga," sambut Malik.
"Tadi macet Mal," sahut Cici.
"Tapi aman, kan perjalanannya Mbak?" tanya Ratna ikut menimpali.
"Aman kok Rat," sahut Cici.
"Ayo kita masuk," ajak Ratna lalu menggandeng besannya itu yang sudah dia anggap sebagai Kakaknya.
***
Arga dan anggota Meteor mengintip Aevan.
"Kita beri dia pelajaran sampai jera," kata Arga.
"Baik Tuan."
"Ayo kita pancing ke tempat sepi."
Arga dan anak buahnya bergerak untuk memancing Aevan ke tempat sepi.
Dengan sengaja memepet motor Aevan agar tidak pergi dan memancingnya belok ke kanan.
"Bangsat!" maki Aevan lalu menghentikan motornya dan membuka helm.
Begitu juga dengan anak buah Arga yang turun dan langsung menyerang Aevan.
Bugh ...
Bugh ...
Bugh ...
"Apa-apaan ini, siapa kalian?"
"Banyak bacot!" teriak anak buah Arga.
Arga hanya menonton dibalik topengnya membiarkan anak buahnya bekerja.
Aevan kena Bogeman diperut dan wajah.
Bugh ...
Bugh ...
"Akhhh ..." ringis Aevan.
Aevan dihajar habis-habisan dan dikasih peringatan untuk tidak mendekati Nona muda Shani Miziana William lagi.
"Ini perintah langsung dari Nona Shani supaya kamu berhenti mengganggunya!"
Aevan sangat terkejut, rasanya tidak percaya jika Shani berbuat jahat seperti ini.
"Atau kamu sekeluarga mati!"
Degh ...
"Ayo kita pergi," titah Arga.
Aevan ditinggalkan dalam kondisi babak belur dan batuk.
Uhuk ...
"Akhhh... tega kamu Shan," kata Aevan sambil berusaha bangun.
***
Bu Sita tidak sengaja bertemu Sifa di pinggir jalan lagi jualan kue.
"Sifa," panggil Sita.
"Eh Ibu, ada apa yahh?" tanya Sifa.
"Ayo masuk," ajak Sita.
"Tapi saya jualan Bu," sahut Sifa sambil memperlihatkan keranjang kue basahnya.
"Udah bawa aja masuk," kata Sita.
Lalu Sifa masuk ke dalam mobil Bu Sita.
"Berapa kuenya Sif?" tanya Sita.
"Seribuan aja Bu," sahut Sifa.
"Ya sudah Ibu borong yah."
"Ah beneran Bu."
"Iya, oh sini keranjangnya dan ini uangnya."
Sita memberikan uang seratus ribuan.
"Wah, saya gak ada kembaliannya Bu."
"Ambil aja buat kamu."
"Tapi Bu, ini uanganya-"
"Udah ambil aja, buat kamu."
"Makasih ya Bu."
"Iya, kamu mau kemana habis ini?"
"Pulang aja deh Bu, kayaknya."
"Ouhh, ya sudah saya antar aja kamu."
"Iya Bu, makasih sekali lagi."
Akhirnya Sita mengantarkan Sifa pulang, awalnya Sita sedikit terkejut ternyata Sifa ini anak panti.
"Ibu kaget yah, saya anak panti."
"Eh enggak kok, biasa aja."
"Jujur aja Bu, saya emang anak panti gak punya orang tua."
"Kamu jangan gitu, gak boleh."
"Iya, ya sudah ayo kita masuk Bu."
Sifa mengetuk pintu dan Bu Mila membukanya.
"Iya sebentar," kata Bu Mila.
Bu Mila terkejut melihat Sifa, seakan sudah mengenalnya.
'Sita,' batin Bu Mila.
"Sore Bu," sapa Sita.
"Eh iya, sore juga ayo masuk."
Bu Mila tampak kikuk saat bertatapan dengan Sita.
"Ayo Bu, duduk."
"Iya, makasih ya Sif."
"Ibu mau minum apa?" tanya Sifa.
"Gak usah Sif."
"Jangan Bu, kan Ibu tamu jadi mau minum apa."
"Teh hangat aja."
"Ya sudah Sifa buatkan yah."
"Iya."
Bu Mila langsung masuk ke kamarnya dan memegang dadanya.
"Ya tuhan, ada dia."
Bu Mila sangat gugup dan terkejut atas kedatangan Bu Sita.
"Tidak salah lagi wajah itu," gumam Bu Mila lalu mengambil sebuah kotak mini di lemari.
Kotak mini itu dibuka dan terlihat sebuah kalung.
"Hanya kalung ini petunjuk satu-satunya orang tua kandung Sifa," kata Bu Mila lagi.
Bu Mila memegang kalung itu dengan erat.
"Nenek itu sangat menekankan untuk menyembunyikan Sifa, aku harus cari tahu dulu siapa orang tua kandung Sifa dan kenapa Nenek itu kekeh memisahkan anak dan ibunya."
Sifa membuatkan minuman untuk Bu Sita.
"Ini Bu, minum."
"Oh ya makasih yah," kata Sita sangat senang sekali dibuatkan teh oleh Sifa. 'Kenapa sama aku, senang sekali dibuatkan teh oleh Sifa.' Sita membatin sambil minum teh.
Dari jauh Bu Mila mengintip Sita saat minum teh.
'Cara dia minum sama dengan Sifa,' kata Bu Mila dalam hatinya.
Lalu Bu Mila kembali masuk ke kamar.
***
Shani mendapatkan info baru tentang Ken dan Laras.
"Jadi Gea itu bukan anak kandung Ken, hemmm ini info penting terus apalagi?"
"Ken bertengkar dengan Nyonya Citra saat dikantor."
"Karena?"
"Nyonya Citra mencabut sahamnya di perusahaan itu dan Ken sangat marah dan ingin menampar Nyonya, tapi langsung dihentikan oleh Tuan Kazio."
"Kamu boleh pergi."
"Baik Queen."
Shani hanya tersenyum dan langsung naik motor ingin pulang.
Tapi tiba-tiba pandangan Shani sedikit buram.
'Kenapa pandanganku-'
Brak ...
"Astaga!" kaget Citra ketika merasakan ada yang menabrak mobilnya.
Citra melihat motor dan membuka helmnya.
"Astaga, Shani!"
Tanpa banyak bicara, Citra langsung membawa Shani ke rumah dan menghubungi dokter pribadinya.
“Dokter Vano tolong ke rumah saya yah,“ kata Citra dalam telponnya.
“Baik,“ sahut Dokter Vano.
Citra melepas semua pakaian Shani dan membersihkan lukanya sambil menunggu Dokter Vano.
"Shani, apa mungkin kamu ini anak saya."
***
💓DUKUNG KARYA INI DENGAN LIKE DAN KOMENTAR SERTA VOTE KEMUDIAN FOLLOW AKUN AUTHOR 💓
semoga ada season 2 nya
dari awal sampek sini padahal Arga dan Dara yang selalu ada disisi Shani
untung aku nya mudeng sama alur ceritanya..