Tolong " teriak seorang wanita bercadar itu ketika mulut berlapis cadar itu didekap seorang pria. setelah berhasil menutup pintu itu ia langsung melempar perempuan itu ke sofa.
Pria asing itu membuka paksa cadar perempuan yang menjadi mangsa saat ini. Ia mendekam wanita ini dengan tubuh besarnya.
pria itu mulai mencium leher wanita itu, gadis itu terus saja memberontak dengan memalingkan wajahnya. Ciuman yang sangat begitu kasar dan sangat brutal.
Ia membuka paksa baju panjang yang perempuan ini kenakan. Dan sekarang nampak perempuan ini itu sudah menampakkan tubuh polosnya tanpa busan.
Gadis itu terus saja memberontak, ia mencoba memukul dan semau cara ia lakukan tapi tidak berhasil. Tenaga pria ini lebih kuat dari dirinya.
Gadis itu terus menangis dan meminta pertolongan. tapi tidak ada sama sekali yang datang menolongnya.
" aku mohon jangan lakukan itu " ucapnya dalam tangisnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon limr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria Pengarang cerita [ revisi ]
---
Bab Lima
Kenzo memasuki apartemennya. Ia langsung memerintahkan Andre untuk membatalkan seluruh jadwal hari ini. Hari ini, ia hanya ingin menikmati waktu tanpa tumpukan dokumen di hadapannya.
Namun, entah kenapa pikirannya terus tertuju pada wanita yang ia tiduri malam itu.
"Apa kau sudah menyelesaikan tugasmu?" tanya Kenzo, tak sabar menunggu informasi yang diminta.
"Belum, Tuan. Tapi saya sudah mengirim anak buah untuk menyelidikinya," jelas Andre, sedikit gelisah. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya, mengapa kali ini sang tuan begitu tak sabaran?
Kenzo tak menjawab. Ia melangkah pelan ke arah jendela besar di apartemennya, memandangi bangunan-bangunan tinggi yang tampak dingin dan kaku seperti hatinya.
Ia menyelipkan kedua tangan ke dalam saku celananya, lalu berkata singkat,
"Pergilah. Kembali dengan apa yang saya minta."
Andre hanya mengangguk dan segera keluar menjalankan tugasnya.
Kenzo kembali ke kamar dan menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Fisiknya lelah, pikirannya kacau. Kejadian semalam seharusnya biasa saja baginya. Namun, entah mengapa, ada rasa asing yang mencambuk batinnya.
Sejak tragedi lima tahun silam, Kenzo bukan lagi pria ceria dan hangat seperti dulu. Luka yang mendalam mengubahnya menjadi monster berhati dingin. Dalam keterpurukan, ia bertemu seseorang yang membawanya ke dunia gelap, dan kini... ia adalah ketua.
Ketua mafia.
Dunia kriminal telah menjadi rumah barunya—dunia di mana ia bisa melampiaskan amarah dan kecewa tanpa batas. Kenzo kini dikenal sebagai pria paling kejam, tak segan menghabisi siapa pun yang menghalangi jalannya. Dunia gelap itu, anehnya, memberi ketenangan yang tidak bisa ditemukan di dunia yang terang.
---
Hari-hari berlalu dengan cepat. Kini hari Minggu—hari yang telah ditentukan. Kedua orang tua Aira datang ke kota untuk menghadiri acara wisuda putri mereka.
Malamnya, sesuai rencana, pertemuan antara Aira, kedua orang tuanya, dan Kenzo pun digelar. Aira telah memberitahu mereka beberapa hari lalu bahwa ia ingin mengenalkan seseorang.
Mereka kini duduk di sebuah ruang VIP restoran mewah. Abi dan Ummi Aira terlihat heran—bukan hanya karena tempat ini sangat mewah, tapi juga karena sikap putri mereka terasa berbeda.
"Nak, sebenarnya ada apa?" tanya sang Abi, menatap Aira penuh tanda tanya.
"Iya, kenapa mengajak kami ke sini?" sambung sang Ummi.
Aira menarik napas panjang. Ia berusaha menenangkan diri dan menahan rasa gugup yang begitu besar.
"Sebenarnya... ada seseorang yang ingin Aira kenalkan pada Ummi dan Abi," ucapnya pelan.
"Siapa? Dan kenapa lama sekali?" tanya Abi mulai resah.
Pintu terbuka. Seorang pria masuk dengan aura tenang namun kuat.
"Maaf membuat kalian menunggu," ucap Kenzo singkat.
"Ummi, Abi... ini Tuan Kenzo. Beliau ingin berkenalan dan menyampaikan sesuatu secara langsung," jelas Aira sambil mempersilakan Kenzo duduk.
Tatapan Abi langsung tajam tertuju pada Kenzo. Suasana mendadak menjadi tegang.
"Maaf, saya akan langsung ke intinya. Saya ingin melamar putri Anda," ucap Kenzo tegas.
Deg...
Abi dan Ummi Aira saling pandang. Suasana makin berat.
"Apa kalian menjalin hubungan tanpa sepengetahuan kami?" tanya sang Abi, menatap putrinya dengan sorot mata penuh kekecewaan.
Aira gugup. Ia tak sanggup membalas tatapan itu.
"Tidak, Abi. Kami tidak menjalin hubungan," jawab Aira lemah.
Kenzo segera angkat bicara.
"Begini, Tuan. Kami memang tidak memiliki hubungan seperti yang Anda maksud. Jujur, saya tertarik pada Aira sejak pertama kali bertemu. Seminggu lalu, saya mencoba mendekatinya, namun ia menolak. Ia berkata, jika saya memang serius, maka saya harus menemui Anda berdua secara langsung. Karena saya memang serius, maka saya datang ke sini, seperti yang ia minta."
Aira menoleh ke arah Kenzo, tak percaya. Pria itu begitu lancar mengarang cerita. Padahal, kenyataannya jauh berbeda dari yang diucapkan.
***
Haii guys aku kembali menulis novel ini, Semoga kalian suka, 🤗🤍
Jangan lupa like vote and comments 🤍
Lanjut Thor...