Judul : Jantung kita yang ajaib
Kisah perjalanan hidup sepasang insan yang kehilangan keluarganya. Sang pria memiliki jantung lemah, sementara sang wanita mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya di tambah dia tidak memiliki kaki sejak lahir.
Keduanya menjalani operasi transplantasi jantung. Pendonor jantung mereka adalah sepasang suami istri yang misterius dan meninggalkan memori penyesalan suami istri itu di dalam nya, jantung mereka mendorong mereka untuk mencari satu sama lain kemudian menyatukan mereka.
Inilah kisah perjuangan dua insan yang menjadi yatim piatu karena keadaan, mereka hanya saling memiliki satu sama lain dan keajaiban jantung mereka yang terus menolong hidup mereka melewati suka dan duka bersama sama. Baik di dunia nyata maupun di dunia lain
Remake total dari karya teman saya code name the heart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25
Setelah melepaskan pelukan mereka, keduanya melihat lembaran berkas yang tertumpuk di bawah surat itu. Isinya adalah berbagai macam lingkaran sihir dan blue print jam tangan mereka, selain itu banyak juga brosur jam tangan, potongan gambar iklan movie yang ada jam tangan nya dan lain sebagainya. Lalu ada juga blue print senjata senjata yang ada di dalam ruang rahasia,
Sepertinya Jimmy dan Irene bekerja keras untuk menciptakan kedua jam itu agar mereka bisa kembali ke dunia pertama mereka.
“Ini semua berkas penelitian mereka,” ujar Adrian.
“Iya, mereka benar benar mencari cara untuk pulang ke dunia mereka, tapi pada akhirnya mereka malah menetap di bumi, semoga mereka bereinkarnasi lagi di dunia ini dan saling menemukan lagi,” balas Elsa.
“Kita coba lihat di luar yu,” ajak Adrian.
“Iya, yuk,” balas Elsa.
Dengan bergandengan tangan, keduanya berjalan ke pintu kemudian “krieeek,” mereka membuka pintu. Adrian dan Elsa yang berdiri di depan pintu merasa takjub melihat halaman luas di depan mereka yang di tanami berbagai macam tanaman. Di sebelah kanan ada beberapa pohon apel dan di sebelah kiri ada kebun bunga yang indah. Di kebun bunga itu terlihat ada dua buah batu nisan di tengah tengahnya. Seluruh halaman dan rumah di pagari oleh pagar kayu sederhana dan di luar pagar terlihat ada pantai.
Adrian dan Elsa berjalan jalan di halaman, mereka melihat barisan pohon jagung, tomat, kentang, singkong dan terong. Elsa menunduk melihat hasil perkebunan di halaman, ternyata memang benar, hasilnya benar benar bagus dan segar, Elsa mengambil sebuah tomat dan langsung memakannya, dia memberikan sedikit untuk Adrian di sebelahnya,
“Enak,” ujar Adrian.
“Iya, bagus banget tomatnya,” balas Elsa.
Mereka berjalan keliling halaman yang di tumbuhi macam macam tanaman, kemudian mereka berjalan di antara pohon apel menuju ke halaman belakang, ternyata di belakang ada halaman yang tidak begitu luas, sebuah gudang dan sebuah bak mandi dari kayu yang tertutup tarub di atasnya. Di sisi kanan halaman belakang juga ada boneka kayu kokoh yang sepertinya di gunakan untuk berlatih pedang. Ketika mereka melihat keluar pagar, ternyata di belakang mereka adalah hutan lebat yang masih asri.
Setelah melewati halaman belakang, mereka berputar ke sisi kiri dan diam di taman bunga, mereka menatap dua nisan di depan mereka, yang pertama bertuliskan “Javis” dan yang kedua “Irisphilia.” Keduanya jongkok dan berdoa sejenak di depan kedua makam itu, kemudian mereka kembali lagi ke dalam rumah. Namun sebelum masuk, Adrian mendongak ke atas, ternyata ada semacam pelindung berbentuk setengah lingkaran yang serpertinya menutupi seluruh pulau.
“Kita bisa liburan di sini nih, trus makanan kita aman hehe,” ujar Elsa.
“Iya bener, di dalam ga ada kamar ya ?” tanya Adrian.
“Coba yuk liat, kita kan belum liat di dalam,” jawab Elsa.
Keduanya kembali masuk ke dalam, di belakang portal ternyata ada gang dengan dua pintu di sebelah kanan dan kiri. Adrian dan Elsa membuka pintu di kiri, ternyata di dalam adalah sebuah gudang berisi senjata seperti pedang kayu maupun pedang besi, peralatan pertanian dan sebuah meja dengan banyak buku tebal di atasnya. Mereka menutup kembali pintunya dan membuka kamar di seberangnya, isinya adalah kamar tidur sederhana namun besar dan cukup untuk berdua dengan jendela yang terbuka.
“Ada kamar nih,” ujar Adrian.
“Hehe tapi cuman satu, kita harus sekamar dong,” balas Elsa.
“Ya mau gimana lagi, ga bakal ada yang tau juga kan di sini, lagian asal ga ngapa ngapain ya ga apa apa juga,” balas Adrian.
“Hehe dasar, emang mau ngapain,” ujar Elsa memancing.
“Tidur hehe,” balas Adrian.
“Ih...payah,” balas Elsa sambil memukul lengan Adrian.
Setelah itu, mereka ke belakang dan melihat dapur, di sebelah kiri ada pintu keluar ke halaman belakang dan langsung ke bak mandi. Selesai melihat lihat, keduanya kembali ke ruang depan dan duduk di sofa yang sepertinya sengaja di bawa kesana dari bumi.
“Entah kenapa ya, di sini banyak kenangannya,” ujar Adrian.
“Iya, tapi pasti kenangan papa dan mama,” balas Elsa.
“Pastinya, terus kita mau ngapain di sini ya ?” tanya Adrian.
“Ya liburan, main main ke pantai di depan sana, latihan jalan hehe,” jawab Elsa.
“Tapi kamu kan lancar di sini,” balas Adrian.
“Tetep aja, aku juga pengen jalan di dunia sebelah, harus inget inget feeling nya, rasanya dan caranya di sini, trus di bawa ke sebelah,” balas Elsa.
“Hmm bener juga, tadi kan ada boneka kayu ya, coba bentar,”
Adrian berdiri dan berjalan ke belakang portal, “klek,” terdengar Adrian membuka pintu dan tak lama kemudian dia membawa sebuah pedang kayu keluar kemudian duduk kembali di sebelah Elsa.
“Pedang ?” tanya Elsa.
“Yup, coba latihan aja di sini, siapa tahu jadi jago hehe,” jawab Adrian.
“Hehe bener juga,” balas Elsa.
“Tapi ga sekarang ya, ngantuk,” balas Adrian.
“Iya, sekarang udah malam, tapi di sini siang ya,” balas Elsa.
“Namanya juga dunia lain, apa tidur di sini aja ya, besok libur ini,” ujar Adrian.
“Enggak deh,” balas Elsa.
“Kenapa ?” tanya Adrian.
“Kalau mau tidur sebaiknya kita bawa kasur sendiri kesini, rasanya ga enak aja, itu kan ranjang papa dan mama sejak mereka masih tinggal di sini sampai bereinkarnasi, ga pantes aja kalo kita pake,” jawab Elsa.
“Hmm bener juga ya, ok nanti kita bawa kasur sendiri kesini,” balas Adrian.
“Hehe sip, mau pulang ?” tanya Elsa.
“Iya yuk, ngantuk,” jawab Adrian.
Keduanya berdiri dan berjalan ke depan portal, “hup,” Adrian langsung menggendong Elsa yang merangkul lehernya,
“Sori ya,” ujar Elsa.
“Sori kenapa ?” tanya Adrian heran.
“Kamu jadi gendong aku,” jawab Elsa.
“Kamu enteng kok, lagian kalau ga di gendong, kaki mu hilang gimana, repot kalau jatuh,” balas Adrian.
“Hehe kamu emang baik,” balas Elsa yang memperat rangkulan nya.
“Dah yu, siap ya,” ujar Adrian.
“Iya, siap,” balas Elsa.
Adrian melangkah masuk ke dalam portal dan keluar di unit apartemen nya, keduanya menekan tombol di atas jam tangan mereka sebanyak dua kali dan portal menghilang. “Blak,” Adrian langsung berbaring di ranjang Elsa kemudian menutup wajahnya dengan lengan, tapi dia langsung duduk kembali,
“Ah sori, aku ke kamar deh,” ujar Adrian.
“Eh jangan, aku tidur di ruang tengah kamu aja, temenin,” balas Elsa.
“Serius ?” tanya Adrian.
“Iya, serius,” jawab Elsa.
Adrian kembali berbaring dan melepaskan sepatunya, kemudian dia menaikkan kakinya, Elsa mematikan jam nya dan merangkak tidur di sebelah Adrian dan dinding.
“Met tidur Sa,” ujar Adrian.
“Iya Dri, met tidur,” balas Elsa.
Tanpa basa basi lagi, keduanya langsung memejam kan mata dan tak lama kemudian terlelap di ranjang Elsa yang berada di ruang tengah Adrian sambil tetap bergandengan tangan dan dengan senyum menghiasi wajah mereka.