Judul : Jantung kita yang ajaib
Kisah perjalanan hidup sepasang insan yang kehilangan keluarganya. Sang pria memiliki jantung lemah, sementara sang wanita mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya di tambah dia tidak memiliki kaki sejak lahir.
Keduanya menjalani operasi transplantasi jantung. Pendonor jantung mereka adalah sepasang suami istri yang misterius dan meninggalkan memori penyesalan suami istri itu di dalam nya, jantung mereka mendorong mereka untuk mencari satu sama lain kemudian menyatukan mereka.
Inilah kisah perjuangan dua insan yang menjadi yatim piatu karena keadaan, mereka hanya saling memiliki satu sama lain dan keajaiban jantung mereka yang terus menolong hidup mereka melewati suka dan duka bersama sama. Baik di dunia nyata maupun di dunia lain
Remake total dari karya teman saya code name the heart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
Keesokan paginya, “ugh,” keduanya terbangun bersama sama, mereka saling menatap karena mereka masih berpelukan, keduanya tersenyum,
“Pagi Elsa,” ujar Adrian.
“Pagi Adrian,” balas Elsa.
“Cup,” keduanya menempelkan bibir mereka, “hehe,” keduanya tertawa kecil, mereka terdiam beberapa saat,
“Dasar orang indo ya, naik motor ama naik naga sama aja, kalo ga pake jaket masuk angin haha,” ujar Adrian.
“Hehe iya, kita kemarin ga minum tolak angin dulu sih dan maen langsung terbang aja ga pake jaket,” balas Elsa.
“Haaah....kayaknya sekarang aku udah tahu tujuan hidup ku nih,” ujar Adrian.
“Apa tuh ?” tanya Elsa.
“Berada di samping kamu selamanya,” jawab Adrian.
“Hehe sama, aku juga gitu, untuk itu aku akan belajar sihir di dunia sana,” ujar Elsa.
“Sama, aku juga mau belajar pedang, paling ga sama ama papa,” balas Adrian.
“Kalau memang hidup di dunia ini sulit, kita bisa pindah kesana, permanen,” ujar Elsa.
“Yap, aku juga berpikiran kayak gitu, tapi aku tetap akan berusaha di sini juga, paling ga sekarang selesaikan sekolah dulu,” balas Adrian.
“Hmm ok, kamu bener, aku juga mau berusaha di sini, kita hidup di dua dunia,” balas Elsa.
“Pertama tama, kita pindahin dulu senjata senjata di lemari ku itu agar tidak memancing masalah di kemudian hari,” balas Adrian.
“Ntar dulu ya, posisi lagi enak nih hehe,” ujar Elsa.
“Dasar kamu, tapi ok lah,” balas Adrian.
*******
Sementara itu, di dunia lain, di kerajaan baru hasil penggabungan dua kerajaan besar bernama Fredonia, seorang ksatria lengkap dengan zirahnya melangkah masuk ke dalam ruang kerja seorang pria paruh baya yang di dampingi oleh seorang penyihir pria,
“Lapor yang mulia Markus, ternyata gosip tentang naga beberapa hari lalu benar, naga dalam legenda itu bangkit lagi, banyak saksi mata yang melihat naga itu dan ada juga saksi mata melihat ada dua orang yang menunggangi nya,” ujar sang ksatria.
“Naga dalam legenda, Calamity Dragon Galvineel, naga milik sword saint dan hero Javis yang bersama sama dengan the great sage Irisphilia, melawan demon lord dan mengalahkannya 1000 tahun yang lalu. Karena kesalahan pendahulu kita yang memenjarakan Javis dan berniat menikahkan Irisphilia karena ingin memanipulasi kekuatan nya, membuat mereka melarikan diri dan berjanji akan kembali untuk menuntut balas atas pengkhianatan para pendahulu kita, kalau benar mereka kembali, kita harus bersiap sedia, walau kerajaan Norville dan kekaisaran Easterius sudah melebur menjadi kerajaan Fredonia sejak mereka pergi,” tambah sang penyihir.
“Haaah akhirnya era damai ini berakhir, segera selidiki kebenarannya dan jangan menyerang mereka, kita tidak boleh membuat kesalahan seperti pendahulu kita, semoga mereka masih bisa di ajak berbicara,” ujar Markus sang raja.
“Siap yang mulia,” balas sang ksatria.
*******
Setelah sembuh, Adrian dan Elsa mulai mengosongkan ruang rahasia di unit milik Adrian, mereka bekerja tanpa henti dan menyeimbangkan dengan kemampuan mereka sehingga mereka tidak jatuh sakit lagi. Setiap pulang sekolah, mereka pergi ke rumah mereka di dunia lain hanya untuk belajar, Elsa terus menekuni belajar sihir di dalam ruang baca dan gudang, sementara Adrian berlatih pedang di halaman belakang sesuai arahan dari dalam dirinya sendiri. Terkadang Galvin datang menemani mereka dan menjaga mereka dari monster monster yang suka datang menyerang dari luar pulau.
Empat bulan pun berlalu, setelah melalui ujian sekolah, keduanya mulai terkenal karena Adrian mendapat rangking satu di seluruh angkatan dan Elsa mendapat rangking dua di seluruh angkatan. Gosip mereka sudah menikah dan tinggal bersama sudah tidak terdengar lagi, namun mereka tetap tidak berteman dengan siapapun, selain dengan Yuni dan grup nya. Suatu hari sepulang sekolah, Toni dan Erik tiba tiba menghampiri Adrian yang sedang mendorong kursi roda Elsa,
“Oi bro, bisa bantu kita dulu ga ?” tanya Toni.
“Bantu apa ?” tanya Adrian.
“Gue di mintai tolong ama bu Indri penjaga perpus untuk membantu dia membereskan buku buku yang baru datang, lo bantu ya, bodi lo kan sudah gede nih sekarang, kuat buat angkat barang hehe,” jawab Toni.
“Hmm lama ga ? ntar Elsa pulang ama siapa ?” tanya Adrian.
“Santai bro, Yuni, Monic dan Sinta bersedia mengantar Elsa pulang, iya ga Sa,” jawab Erik sambil menoleh melihat Elsa.
“Iya bener, aku juga udah janji ama mereka, ga apa apa Dri, kamu bantu aja Toni dan Erik,” ujar Elsa.
“Oh ya udah kalau gitu, tapi mana Yuni, Monic dan Sinta nya ?” tanya Adrian.
“Tuh, mereka lagi jalan kesini,” tunjuk Erik kebelakang Adrian.
Adrian menoleh, dia melihat Yuni, Monic dan Sinta sedang berlari menghampiri mereka, kemudian Adrian menoleh melihat Toni dan Erik,
“Ya udah deh, yuk, biar cepet,” ajak Adrian.
“Sip thanks bro,” balas Toni.
Ketiganya langsung berjalan ke dalam lagi, ketika mereka berpapasan dengan Yuni, Monic dan Sinta, Erik langsung menepuk tangan Yuni yang juga membalas tepukan nya, mereka menghampiri Elsa dan langsung mendorong kursi roda Elsa keluar dari gedung sekolah. Setelah sampai ke perpustakaan, Adrian melihat banyak sekali box di atas meja yang belum di buka. Seorang guru perempuan paruh baya yang memakai kacamata menghampiri ketiganya,
“Makasih ya sudah mau bantu, tolong di buka box box nya trus di sortir bukunya sesuai kategori yang ada di rak,” ujar bu Indri.
“Baik, bu Indri,” balas ketiganya.
Mereka langsung mulai bekerja, Adrian mengambil satu box dan membukanya, dengan cepat dia menyortir buku buku yang baru tiba sesuai dengan kategorinya dan menumpuknya. Setelah semua selesai, dia menaruh buku buku itu di rak sesuai abjad. Kemudian dia mengambil box kedua dan melakukan hal yang sama. Toni dan Erik yang menatapnya tertegun dan kemudian berbisik,
“Woi dia kerjanya cepet banget, kalau gini mah ga sempet,” ujar Toni yang masih menyortir box pertama.
“Duh gawat ini mah, dia udah mau ke box ketiga, gimana dong, lo cari cara gih,” ujar Erik.
“Lah kenapa gue juga, bantuin dong lo,” balas Toni.
“Kalian kenapa ?” tanya Adrian menoleh melihat keduanya.
“Eh...enggak hahahaha,” jawab Toni.
Adrian melirik ke atas kepala Toni dan Erik, dia langsung tersenyum dan memperlambat kerjanya,
“Iya deh, gue pelan pelan,” balas Adrian.
“Oh...gitu ya...sip sip,” balas Toni.
Adrian kembali bekerja, wajahnya tersenyum dan air matanya menetes namun dia langsung menghapusnya seakan akan mengelap keringat nya, dia terlihat bahagia dan senang setelah melihat isi pikiran Toni dan Erik. Sementara itu, di apartemen, Elsa diam saja sambil memangku dagunya di kursi rodanya, dia melihat Yuni, Monic dan Sinta yang sibuk menghias apartemen nya,
“Ini percuma tau,” ujar Elsa.
“Apanya ? kita mau bikin surprise buat laki lo kok lo bilang percuma,” ujar Monic.
“Iya, lo tuh gimana sih,” balas Sinta.
“Hehe dia ga bisa di surprise, apalagi yang nahan dia Toni dan Erik, harusnya lo pada suruh gue yang nahan dia,” balas Elsa.
“Lah percuma dong kalau yang nahan dia elo, kita kan mau lo yang maju ngucapin selamet nya,” ujar Yuni.
“Hehe iya iya (padahal sih),”
Elsa teringat kejadian malam nya, ketika dia sedang berbaring di ranjang bersama Adrian yang masih menatap smartphone nya. Elsa melirik jam dinding nya, ketika waktu tepat menunjukkan jam 12 malam,
“Adrian,” ujar Elsa.
“Apa...hmph,”
Elsa langsung mencium Adrian yang berada di sebelahnya sampai Adrian kaget dan mendorong Elsa,
“Ada apa ?” tanya Adrian.
“Selamat ulang tahun ya, sekarang kamu sudah 16 tahun,” ujar Elsa.
“Klotak,” smartphone yang berada di tangan Adrian jatuh ke bawah, dia sama sekali lupa kalau hari sudah berganti dan hari ini adalah hari ulang tahunnya. Dia langsung mengingat vonis dokter yang di tujukan pada dirinya, kalau usianya tidak akan lebih dari 15 tahun. Sekarang dia sudah 16 tahun tanpa dia sadari, dia menoleh menatap Elsa yang sedang menatapnya sambil tersenyum. Kemudian Elsa berbalik dan mengambil sesuatu dari bawah ranjangnya, dia memberikan sebuah kado kepada Adrian.
“Boleh ku buka ?” tanya Adrian.
“Tentu saja boleh,” jawab Elsa.
Adrian membukanya, isinya adalah sepasang sepatu sekolah dan sebuah jaket hitam yang baru, Adrian tersenyum, dia berbalik dan merangkul Elsa di sebelahnya,
“Makasih ya,” ujar Adrian.
“Iya, jadi mulai sekarang, aku akan terus merayakan ulang tahun mu sampai kita tua,” ujar Elsa.
“Hahaha iya, tolong di ingatkan kalau aku lupa, soalnya semenjak di vonis, aku sudah tidak memikirkan ulang tahun lagi,” balas Adrian.
“Tapi kan waktu itu kamu udah ulang tahun ke 15 kan,” ujar Elsa.
“Iya, tapi saat itu aku tidak punya semangat hidup karena baru di operasi dan keluarga ku belum lama meninggal,” balas Adrian.
“Oh...sori, aku ga tau,” balas Elsa.
“Ga apa apa, sekarang aku kan sama kamu, aku sudah dapat hadiah terbaik dari Lia haha,” ujar Adrian mulai meneteskan air mata.
Elsa langsung melompat memeluk Adrian di depannya yang juga memeluk dirinya dengan erat. Kembali ke masa kini, Elsa tersenyum melihat teman temannya yang sedang mendekorasi apartemen nya dan menyiapkan makanan juga kue ulang tahun demi Adrian,
“Hehe kamu tidak sendirian lagi, aku juga dapat hadiah terbaik dari Lia, yaitu kamu Dri,” ujar Elsa dalam hati.